Kandas
Sinopsis
Tags :
#teman #pertemanan #sahabat #khianat #berkhianat
Sarapan Kata KMO Club Batch 37
Kelompok 11
Jumlah kata : 384
---
“Diberitahukan kepada seluruh siswa-siswi yang mengikuti English Competition untuk melakukan seleksi internal di aula tengah sekarang juga, terimakasih.”
Kelas kembali riuh setelah pengumuman selesai. English Competition kali ini cukup bergengsi, banyak murid yang tertarik bahkan di kelas Wanda melewati batas setengah kelas. Menyisakan mereka yang benar-benar tak tertarik secuilpun pada Bahasa Inggris. Walau begitu, kelas itu tetap ramai. Ya, karena sebagian besar sisanya adalah anak-anak pembuat keributan.
Sementara itu, di aula tengah sudah penuh sesak. Panitia sibuk mengondisikan para peserta. “Loh? Awanda? Cih, kau ikut lagi?” lontar Mega tatkala bertemu Wanda. Aura keduanya terasa panas. Sejak SMP Wanda dan Mega tak pernah akur, hal tersebut dikarenakan persaingan keduanya dalam memperebutkan juara yang sangat sengit. Bahkan, di suatu waktu selisih nilai mereka pernah hanya 0,5.
“Iya, kenapa? Kau takut kalah lagi dariku?” balas Wanda dengan senyum miringnya, lalu melanjutkan, “Ok, let’s see!” diiringi dengan kepergian Wanda dari hadapan Mega. Sedangkan Mega hanya menahan amarahnya yang bisa keluar kapan saja. Pertemuan panas itu membangkitkan semangat Wanda dan Mega, dalam artian semangat menghabisi lawan.
Keadaan mulai terkondisi. Panitia dapat bernapas lega. Berbeda dengan panitia, peserta tak dapat bernapas lega, mereka akan menghadapi penyeleksian ketat. “Baik, semua sudah duduk. Silakan membaca doa terlebih dahulu sesuai keyakinan masing-masing. Berdoa dimulai.” Perintah Ketua Panitia. Lalu, peserta dipersilakan mengerjakan soal.
***
”Wanda!” panggil Mela pada sohibnya. Keadaan saat itu sangat ramai, para siswa berebut untuk melihat pengumuman peserta yang lolos seleksi sekolah pada English Competition. Bisa bisa pasar kalah ramainya.
“Hai Mela, gimana? Udah lihat?” tanya Wanda sembari menarik tangan Mela menjauh dari keramaian.
“Belum, rame banget, tapi aku gak yakin lolos, sih, hahaha” jawabnya santai.
Melihat hal itu, Wanda langsung cemberut. “Ish, kok udah negative thinking duluan, nanti aku gak ada temen belajar, ayo semangat dong!” timpal Wanda dengan semangat seakan ingin menyalurkan energinya pada Mela.
“Dih, kata siapa aku negatif! Aku justru ber-positif thinking loh” elak Mela dengan gayanya. Dahi Wanda berkerut tak paham. “Positif gagal! Hahaha, kabooor,” lanjutnya lalu lari meninggalkan Wanda yang mendengus kesal.
Keadaan mulai tenang, Wanda segera menyusuri papan nama pengumuman. Bukan untuk mencari namanya, karena dia yakin pasti ada namanya disana, melainkan mencari nama sahabatnya, Mela.
“Yes!” teriak Wanda tanpa sadar. Otomatis mata di sekitar menuju padanya. Dia hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan pergi dari sana.
Mampus kau Mela, hehe. Batin Wanda senang
Sarapan Kata KMO Club Batch 37
Kelompok 11
Jumlah kata : 446
---
KRIII.. NG
Bel istirahat telah terdengar, membuat seluruh wajah yang tadinya kusut menjadi ceria kembali. Terutama murid baru yang sedang ada kajian saat acara perkenalan lingkungan sekolah, bahkan ada yang telah tertidur. Tepat setelah dipersilakan istirahat, suara bising langsung megisi aula. Para murid berhamburan, kelaparan.
Tatkala tujuan murid lain ke kantin, Wanda lebih memilih ke perpustakaan. Ia belum sempat berkenalan dengan sesama murid baru. Teman akrab semasa SMP tidak ada yang masuk ke sekolah ini, yang masuk kesini hanya teman SMP yang tidak satu circle, bahkan Wanda tak yakin menyebutnya “teman”.
Sepertinya dia juga murid baru. Batin Wanda saat matanya tak sengaja menangkap sesosok yang memakai atribut sama dengan dirinya, topi setengah lingkaran di kepala. Wanda melihat anak itu begitu santai dengan keadaan memakai atribut tersebut, padahal dirinya sangat ingin melepas topi tak jelas itu. Jadi, duduk di sebelah anak itu adalah pilihan yang bagus agar tidak terlalu aneh dengan atribut MOS yang dikenakannya.
Tanpa permisi, Wanda duduk di sebelah anak itu. Sekilas, anak tadi melirik Wanda dari balik bukunya, lalu melanjutkan membaca.
Sial, dia cuek. Komentar Wanda dalam hatinya.
Tujuan Wanda ke tempat damai ini ialah untuk mencatat beberapa materi les yang tertinggal beberapa hari lalu. Namun sayang, yang Wanda bawa hanya buku dan kotak bekalnya saja, tanpa alat tulis. Kali ini matanya menangkap alat tulis yang dibawa anak di sebelahnya.
Apa hari ini adalah hari sialku? Huhft. Keluh Wanda pada dirinya sendiri.
“Halo,” sapa Wanda pada makhluk di sebelahnya. Anak itu hanya memandang Wanda, seperti mengucapkan “Kau perlu apa?” Melihat hal tersebut, rasanya ia ingin kabur saja.
“Aku Awanda, dari kelas X-MIA 1, salam kenal, namamu siapa?” Wanda mengulurkan tangannya lalu disambut oleh lawan bicaranya.
“Melati, panggil saja Mela, aku sekelas denganmu,” jawab anak yang ternyata bernama Mela. Ternyata dia tidak secuek yang Wanda bayangkan. Bahkan senyumnya mengembang disana.
“Wah, sekelas ya, senang berkenalan denganmu, Mel,” ujar Wanda sambil senyum membalas senyuman Melas. Lalu, Wanda melanjutkan, “by the way aku boleh pinjam pulpenmu? Punyaku tertinggal, hehe.”
Mela mengangguk sambil tersenyum, “Tentu! Anggap saja milik sendiri,” ucapnya sembari menyodorkan kotak pensil bercorak doraemon.
“Terimakasih Mela.”
Sejenak, suasana hening, sibuk dengan aktivitas masing-masing, Wanda menulis catatan dan Mela membaca komik. Tak lama, Wanda teringat sesuatu setelah cacing di perutnya berdemo lalu menyantap bekal yang dibawanya.
“Mela, ini.” tawar Wanda dengan tangan menyodorkan sepotong roti miliknya. Mela menolaknya dengan dalih ia sudah kenyang.
Kruk kruk
Tapi perutnya tak bisa berbohong. “Pfftt,” Wanda menahan tawanya saat dengar suara bunyi perut Mela yang cukup keras. Dengan posisi menahan tawa, Wanda menyodorkan rotinya hampir masuk ke mulut Mela. Ya, tentu saja Mela malu dan akhirnya menerima roti Wanda.
Rupanya ini bukan hari sialku, hehe. Batin Wanda menarik kata-katanya tadi.
***
Sarapan Kata KMO Batch 37
Kelompok 11 Dandelion
Jumlah Kata : 465
---
“Si Awanda satu sekolah lagi sama kita!” seru Mega pada kedua temannya, Ara dan Bunga.
“Iya, tadi ada di depanku saat MOS.” Balas Ara alas.
“Aku ada ide nih, gimana kalau masa SMA yang indah ini kita berdamai dengan Wanda?” usul Bunga dengan ceria. Dua orang lainnya hanya menggeleng cepat. Menolak mentah-mentah tawaran Bunga.
“Ish, Bunga, kau tidak ingat kejadian SMP yang menyebalkan itu? Ya, walaupun masa lalu tidak usah diungkit yang buruk-buruk, tapi memorinya melekat di otak, gimana dong?” keluh Mega.
“Gapapa, yang penting kita tidak sekelas dengan Wanda, jadi aman saja.” Bunga mencoba menenangkan kedua temannya.
“Sial! Aku sekelas, tahu!” keluh Mega. Yang lain hanya menatap iba. Pasalnya, Ara dan Bunga satu kelas, berbeda dengan Mega.
Begitulah perbincangan Mega, Ara, dan Bunga saat mengetahui Wanda juga masuk di sekolah yang sama. Aura tak suka muncul di ketiganya.
***
“APA?” Wanda dan Mega berteriak kaget saat mengetahui keduanya satu kelompok yang mana satu kelompok terdiri dari dua orang.
“Dih, ngikutin,” celetuk Mega saat tau keduanya berteriak bersamaan.
“Siapa juga yang sudi mengikuti orang seperti setan,” balas Wanda tak ingin kalah. Saat itu juga perang tatapan terjadi. Wanda tak tinggal diam, ia usul pada panitia agar kelompoknya pilih sendiri.
“Tidak bisa ya, nanti kalian tidak bisa akrab dengan yang lain. Kalian harus berbaur tak pandang bulu, ayoo semangatt!” itulah jawaban panitia yang dibujuk Wanda, berakhir tragis.
Disaat yang lain berkenalan, berbincang, serta saling bertanya, Wanda dan Mega justru saling membelakangi. Sibuk dengan dunianya masing-masing. Wanda membaca buku, Mega memainkan ponselnya. Namun itu sebelum dirampas panitia.
“Bukannya tadi sudah kusuruh mengumpulkan ponsel, ya?” ucap panitia itu sebari merebut ponsel Mega. “Lagipula, seharusnya kalian saling berkenalan satu sama lain, itulah tujuan diadakannya MOS.” Lanjut panitia tadi.
“Sudah kenal.” Lagi-lagi Wanda dan Mega menjawab bersamaan.
“Apaan sih, kau ikut-ikut terus.” Omel Mega.
“Sumpah ya, jangan kepedean jadi orang!” balas Wanda.
“Wah, kalian sudah akrab ya, baiklah kalau begitu. Aku pamit ya, nikmati MOS ini.” Panitia tadi menengahi pertempuran Mega dan Wanda. Lalu pergi meninggalkan keduanya yang tak setuju dibilang akrab.
“Permisi, kau Awanda?” tanya seseorang di tengah panasnya aura antara Mega dan Wanda.
“Mela? Ada apa?” Wanda bertanya balik. Tentu saja Wanda senang dengan hadirnya Mela.
“Gapapa hehe. Partner-ku sedang ke kamar mandi,” tuturnya sambil tersenyum.
Setelah itu, mereka berdua asyik berbincang tanpa Mega. Karena tak dianggap, Megapun mencari kedua sohibnya, Ara dan Bunga. Begitu pula dengan beberapa siswa lain yang mulai berantakan. Kini suara bisingnya menjadi tiga kali lipat lebih bising daripada sebelumnya. Ada yang benar-benar berkenalan, ada pula yang ghibah, ataupun tidur di pojokan.
Panitia segera menyadari kekacauan kecil yang terjadi. Sempritan peluit berbunyi panjang nan lantang memenuhi ruangan. “Semuanya harap tenang! Kembali ke tempat semula!” teriak panitia setelah sempritan berhenti. “Baik, sekarang saatnya berganti partner,” lanjutnya menjelaskan. Pergantian tersebut berlangsung tiga kali. Setelah itu pemberian tugas.
***
Sarapan Kata KMO Club Batch 37
Kelompok 11 Dandelion
Jumlah Kata : 405
---
Mega merutuki kejadian sial yang menimpanya hari ini. Sungguh tak terhitung, mulai dari penempatan kelas yang membuatnya sekelas dengan Wanda, saat MOS menjadi partner Wanda, dan sekarang ban sepedanya bocor. Sungguh malang nasibnya. Kini ia menuntun sepedanya menuju bengkel terdekat.
Gawat, ada Kak Langit! batin Mega saat sampai di bengkel.
Langit Saputra ialah kakak kandung Wanda. Mega pikir karena ada Langit, maka akan ada Wanda. Padahal batang hidungnya saja tidak nampak. Setelah melihat sekitar, Mega merasa keadaan telah aman. Iapun menuntun sepedanya dengan hati tenang menuju bengkel untuk mengantre menjadi pasien selanjutnya, setelah Langit. Wanda memilih pura-pura tidak melihat hadirnya Langit dengan memainkan ponselnya.
“Mega?” sapa Langit ragu-ragu karena posisi Mega yang fokus dengan ponselnya.
Rupanya rencana Mega gagal. “Iya, Kak,” sahut Mega dengan senyum terpaksa.
“Wah rupanya benar, ya.” Langit terlihat senang, ia tidak akan menghabiskan waktu di bengkel dengan bengong seperti tadi. Ponsel Langit lowbat.
Mega tak ingin berbicara panjang lebar dengan Langit. Akhirnya ia hanya ber-hehe ria.
“Sepedanya kenapa?” tanya Langit dengan wajah cerianya.
Astaghfirullah, inginku berkata kasar. Jelas-jelas bocor gini, pinter! Batin Mega berteriak kesal.
“Bannya bocor, Kak.” jawab Mega tersenyum getir. Setelah itu Mega segera bermain ponsel lagi.
“Oh iya!” teriak Langit tiba-tiba mengagetkan Mega. Mega tak menghiraukan. “Aku boleh pinjam ponselnya?” lanjut Langit. Rasanya Mega ingin mengumpat.
“Untuk apa, Kak?” Mega bertanya balik.
“Mau kasih kabar ke Wanda kalau ban motorku kena paku, terus kusuruh kesini,” jawabnya enteng.
Mega kaget untuk kedua kalinya saat tahu tujuan Langit meminjam ponselnya untuk menelpon Wanda. Bagaimana tidak? Kontak Wanda di ponselnya ia beri nama ‘setan‘
Mega berusaha tetap tenang, “Oh, tentu boleh. Tapi, aku akan membalas pesan dari Bu Susi dulu. Sebentar, kok,” tipunya. Dengan segera, jarinya menari diatas ponsel mengganti nama Wanda sewaras mungkin. Lalu memberikan ponselnya pada Langit.
Hari ini hari apa, sih? Sial banget.
Tak cukup disitu, setelah menelpon Wanda, Langit menatap Mega. Yang ditatap merasa terganggu, “A.. apa ada yang ingin dipinjam lagi, Kak?” Mega juga bingung kenapa dirinya bisa menjadi gugup seperti itu.
Sebelum menjawab pertanyaan Mega, Langit terkekeh. “Enggak ih, kau kira aku tukang pinjam?”
“Ya, kali aja,” bisiknya hampir tak terdengar.
“Masih suka berantem sama Wanda, ya?” tanya Langit to the point. Mega tidak menjawab. “Haha, iya iya, maaf ya,” imbuhnya. Mendengar perkataan maaf tersebut, Mega mengernyitkan dahi.
“Kok kakak yang minta maaf?” kesal Mega.
“Setiap orang punya salah, kan? Akupun pasti ada,” balasnya sambil tersenyum. Mega hanya mendengus kesal mendengar jawaban yang tidak nyambung.
***
Sarapan Kata KMO Club Batch 37
Kelompok 11 Dandelion
Jumlah Kata : 407
---
Mendengar ada nama Mega, Wanda tak sudi pergi ke tempat kakaknya, Langit. Ia memilih untuk menunggu di sekolah. Takdir membawa kakinya ke depan papan pengumuman, ia melihat daftar perlombaan yang sudah tak karuan. Mungkin karena ini adalah ajaran baru, jadi papan tersebut masih belum diperbaiki, pikirnya.
Banyak perlombaan besar yang dipajang disana, mulai dari tingkat regional, nasional, hingga internasional. Semangatnya membara, ia tak sabar mencicipi hidangan perlombaan itu. “Dih, semangat banget Wan, haha,” tawa seseorang mengagetkan Wanda. Tangan Wanda yang tadi mengepal karena semangatnya, kini ia berusaha mengembalikan ke bentuk normal.
“Ish, Mela. Kukira siapa tadi, kaget.” Wanda mengerucutkan bibirnya. Lawan bicaranya, yang tak lain dan tak bukan ialah Mela, justu makin tertawa keras.
“Biasa aja kali, sejak awal ketemu, sudah terlihat kalau kamu ini anak ambis, hehe. Enggak masalah, enggak perlu malu sama aku,” tegas Mela sembari merangkul Wanda.
“Hey! Kamu salah paham, astaghfirullah. Siapa yang malu karena itu, aku hanya kaget,” bela Wanda pada dirinya sendiri.
Seketika sunyi menyelimuti mereka berdua. Dua pasang itu kini fokus menelusuri papan pengumuman. “Mel,” panggil Wanda memecah kesunyian sementara. Yang dipanggil hanya menoleh. “Ikut yang ini, yuk!” ajak Wanda sembari menunjuk pada sebuah poster English Competition.
“Yakin? Sepertinya kau ingin memborong semua lomba, deh. Bukan satu itu doag, hahaha,” ledeknya pada Wanda.
“Memang, tapi yang ini, aku ingin kau juga ikut.” Mendengar jawaban Wanda, Mela tercengang. “Kau bisa dapat pengalaman baru, Mel,” lanjut Wanda meyakinkan manusia di sebelahnya.
Mela tak langsung menyetujui, ia memilih untuk mempertimbangkan di rumahnya. Pendaftaraan masih lama, lagipula mereka masih baru selesai MOS, terlalu dini untuk mengikuti perlombaan, menurut Mela. Setelah itu, Mela pamit meninggalkan Wanda seorang diri.
***
Siang hari itu sungguh gerah. Cuaca dan suasana hatinya. Pertemuannya dengan Langit masih terngiang. “Ah, jangan sampai! Dia itu kakaknya Wanda, pokoknya gak mau,” oceh Mega sembari masuk ke kamarnya. “Padahal dari dulu aku sudah berusaha menghindar, tapi tadi aku justru melihat senyumnya,” lanjutnya mengoceh. “Argh!”
Mega merebahkan badannya ke kasur lalu seperti biasa, ia bermain handphone, mengecek semua media sosialnya. Seragam masih melekat, ia terlalu lelah siang ini. “W … what?” Mega kaget setengah mampus. Matanya tak sengaja menangkap nama “Langit Saputra” di daftar kontaknya tatkala ia membuka kontak ingin mencari nama temannya.
Sempat-sempatnya memberi nomor, astaghfirullah. Batin Mega.
Mega berusaha mengabaikan pemandangan tersebut. Ia kembali fokus dengan tujuan awalnya. Tapi ia tak menghapus “Langit Saputra” dari daftar kontak. Walau otaknya tak setuju, hatinya sangat senang melihat nama itu menjadi salah satu jejeran kontak di ponselnya.
Sarapan Kata KMO Club Batch 37
Kelompok 11 Dandelion
Jumlah kata : 315
---
Hari yang ditunggu Wanda telah tiba, pendaftaran English Competition telah dibuka. Perlombaan pertamanya di SMA. Tak hanya Wanda, Mega juga telah menanti masa ini. Aura ambisius keduanya terpancar jelas.
Pendaftaran serta sosialisasi dilakukan di kelas masing-masing yang dibawakan oleh panitia perlombaan. Saat panitia itu keluar kelas setelah tugasnya selesai, Wanda sempat mendengar, “Wah, lihat ini, kelas sepuluh sekarang sangat ambisius, padahal yang terpilih pasti dari kelas sebelas atau dua belas, haha,” bisik salah seorang panitia.
Tentu saja Wanda tak dapat menerima itu. Apa-apaan kakak panitia itu, merendahkan kelas sepuluh. Semangat Wanda jadi semakin membara, lalu diliriknya Mega, ia ingin meyakinkan apakah anak itu juga mendengar perkataan panitia tadi atau tidak. Ternyata di ujung sana, tangan Mega sudah terkepal, raut kesalnya tak karuan, serta bibirnya komat-kamit.
“Hus, jangan gitu, kita ‘kan belum tau kemampuan mereka. Toh, tak ada ruginya jika mereka ambisius, bisa jadi sekolah ini makin maju,” jawab panitia lainnya.
“Iya juga, hahaha, baiklah mari kita lihat apakah dari mereka ada yang berhasil lolos, yuhu.”
Ok, let’s see. Batin Wanda dan Mega.
“Wanda!” sapa Mela menghampiri meja Wanda. “Pokoknya kamu janji ngajarin aku, lho!” imbuhnya.
“Siap, bosku!” jawab Wanda dengan gaya hormat.
“Nanti ikut aku, yuk! Aku punya kenalan kakak kelas yang pernah ikut lomba ini tahun lalu dan lumayan, juara tiga.” Tangannya sibuk mengutak-atik rambut Wanda.
“Hey, turunkan tanganmu, nanti banyak kumannya, hihi,” guyon Wanda. Bukannya berhenti, Mela justru menelungkupkan tangannya ke kepala Wanda.
“Ayolah, ikut ya! Pokoknya harus mau! Ini demi kita juga, walaupun lebih tepatnya, demi kau,” ajaknya dengan nada mengejek.
“Haha, demi kita! Jangan demi aku. Kalau demi aku, aku takkan mau,” balas Wanda dengan tegasnya.
“Dih, gayanya selangit. Baiklah, intinya kau harus temani aku, siap?” Kini tangannya telah berhenti memainkan rambut Wanda dan bersiap kembali ke bangkunya, Bu Asti telah tiba.
“Langit? That’s my brother,” jawab Wanda tak nyambung. Sebenarnya Mela ingin sekali menghujat temannya itu, namun Bu Asti telah mengucapkan salam.
Sarapan Kata KMO Batch 37
Kelompok Dandelion
Jumlah Kata : 315
---
Wanda dan Mela telah berkeliling sekolah mencari kenalan Mela. Sudah lima kelas yang ia kunjungi salah, tentu saja Wanda mengomel, “Ck, kok bisa gak tau kelasnya, sih? Perutku sudah keroncongan, nih.” Yang diomeli hanya terkekeh pelan dan menarik Wanda menuju destinasi selanjutnya.
“Baiklah! Kali ini aku yakin, firasatku merasakan kelas ini!” ucap Mela dengan penuh semangat.
“Gitu aja terus, tapi dari tadi tak ada yang benar.” Wanda mengomel lagi dengan bibir mencucu. Mela ber-hihi-ria tanpa menjawab omelan Wanda.
Tok tok tok
Yang membuka pintu hanya diam dengan ekspresi “Ya? Cari siapa?”. Mela segera menyahut, “Apakah benar ini kelas Kak Bulan?”
“Bulan, dicari!” teriak kakak tadi lalu pergi meninggalkan Mela dan Wanda.
Merasa terpanggil, Bulan menghentikan obrolan dengan temannya dan menuju pintu. Sedangkan diujung pintu, Wanda menyikut Mela. “Ssstt, itu bukannya yang tadi sosialisasi di kelas, ya?” bisik Wanda. Mela mengangguk. Wanda kaget, pasalnya, Bulan adalah orang yang sempat merendahkan kelas sepuluh tadi, saat telinga Wanda tak sengaja menangkap perbincangan kecil itu.
“Wah, Mela. Akhirnya datang juga, gimana?” sapanya ramah. Image Kak Bulan di mata Wanda telah tercemari. Ia jadi malas berhubungan dengan orang seperti itu. Tapi, kenapa ia ramah pada Mela, tanya hatinya.
“Anu, aku dan temanku ingin belajar sedikit dari Kak Bulan, boleh?” tanya Mela hati-hati sambil mencolek Wanda diam-diam.
“Tentu, dengan senang hati, nanti chat saja. Aku balik dulu, ya? Sampai jumpa.” Bulan pergi meninggalkan mereka berdua dan melanjutkan ghibah dengan temannya.
“Mel, kukasih info, tapi jangan disini!” bisik Wanda.
Setelah menyetujui, mereka pun pergi ke perpustakaan, tempat mereka bertemu. “so?” ujar Mela tak sabar mendengar info dari Wanda.
“Kak Bulan.” Wanda memulai dengan wajah cemberut.
“Iya, Kak Bulan baik, kok. Kau tenang saja tidak perlu tegang begitu, haha,” tawa Mela justru lepas melihat ekspresi Wanda.
“Bukan, ish. Tadi aku dengar samar-samar saat panitia keluar kelas, Kak Bulan merendahkan kita, kelas sepuluh. Katanya, kita terlalu ambisius.” Akhirnya Wanda membocorkan apa yang didengar tadi.
Sarapan Kata KMO Batch 37
Kelompok 11 Dandelion
Jumlah Kata : 370
---
Setelah belajarnya rampung, terlintaslah rasa penasaran di hati Mega, tentang progress saingannya, Wanda. Matanya melirik ponsel yang terlihat seperti memanggil dirinya. Tanpa pikir panjang, ia bertanya pada Langit tentang kegiatan Wanda. Tak disangka, Langit langsung menelpon Mega.
“Aduh! Pinter banget, Mega. Kenapa gak hati-hati, sih? Astaga, gimana kalau ternyata yang pegang handphone tadi bukan Langit, tapi Wanda? Argh! Bisa gila aku.” Mega memarahi dirinya sendiri. Tapi ia tak ingin jadi pengecut yang menolak telepon.
“Assalamualaikum,” ucap seseorang di seberang telepon, Langit. Mendengar suara itu, Mega dapat menghembuskan napas lega
“Waalaikumsalam, Kak. Ada apa?” Sebenarnya Mega juga bingung jika ternyata itu Langit.
“Cie, sudah tau,” goda Langit.
“Tau apa, Kak?” Mega berusaha sabar.
“Tau kalau namaku ada di daftar kontakmu, hehe,” kekehnya pelan. Mega memutar bola matanya, kesal. Walaupun ia sedikit tersipu. “Maaf ya, aku gak bilang-bilang. Tapi akhirnya berguna juga, kamu bisa cari tau progress sainganmu ya, ‘kan?” lanjutnya dengan membawa fakta kebenaran.
“Iya, Kak. Santai saja. Oh iya, ada perlu apa menelponku malam-malam begini?” Mega bertanya untuk kedua kalinya.
“Katanya ingin tahu progress saingan,” jawab Langit.
“Hehe, iya tapi kenapa telepon? Kenapa gak chat saja?” tanya Mega lagi.
“Entahlah, aku lebih suka begini.” Setelah itu, Langit menjelaskan bahwa Wanda belajar dengan Mela hampir setiap hari. Sesekali ada Bulan yang menemani sekaligus membimbing mereka.
What? Kak Bulan? Tumben sekali dia menggunakan kakak kelas. Gawat, sih. Batin Mega bertanya-tanya.
“Baik, Kak. Terima kasih. Oh iya, tolong jangan kasih tahu Wanda kalau aku tanya begini sama Kakak,” pinta Mega pada Langit.
“Hahaha, tenang tenang, aku bukan tipe yang begitu.” Tak dapat dipungkiri, Mega langsung tersenyum mendengarnya.
***
Kafe terasa sesak namun tetap nyaman untuk dijadikan tempat hang out. Begitu pun bagi Bulan dan teman-teman panitianya “Tau tuh, kemarin dia yang mengejek, sekarang justru jadi gurunya, haha,” celetuk salah seorang dalam kumpulan tersebut.
“Kalau soal mengajari, aku gak bisa menolak. Nanti ilmuku gak berkah,” jawab Bulan santai sambil menyeruput cappuccino pesanannya.
“Asseeek!” Yang lain langsung menyoraki Bulan.
“Tapi, kalau misal nih ya, misal. Ternyata yang lolos justru mereka, gimana?” Pertanyaan tersebut membuat Bulan bimbang dengan kebaikannya pada Wanda dan Mela selama ini.
“Ya, jika memang itu yang terbaik, why not?” Bulan mencoba untuk menjawab dengan keren, padahal otaknya terus berpikir, haruskah aku begini?
Sarapan Kata KMO Club Batch 37
Kelompok 11 Dandelion
Jumlah kata : 322
---
Pertempuran menuju medan perang semakin dekat. SMA Jaya Raya telah menentukan peserta yang akan dibimbing lebih dalam, yaitu tiga anak dari kelas sepuluh, tiga anak dari kelas sebelas, dan empat anak dari kelas dua belas. Mereka akan dikarantina selama dua minggu untuk mendapatkan bimbingan intensif serta kegiatan yang telah terjadwal. Setelah itu mereka akan diseleksi kembali untuk mewakili sekolah hingga menyisakan dua peserta pilihan.
“Gak nyangka banget bisa masuk ke asrama ini,” ucap Mela berbinar saat langkahnya memasuki asrama khusus SMA Jaya Raya. Wanda yang mendengar itu langsung merangkul kawannya dan tersenyum.
Drap drap drap
Mereka berdua menoleh ke belakang, sumber suara langkah yang mereka dengar. “Kak Bulan?” kaget Wanda dan Mela berbarengan.
“Ngapain lari-lari, Kak?” lanjut Mela.
“Ah, aku kira terlambat, hehe. Oh iya, selamat ya, Mela dan Wanda bisa masuk ke sini. Kalian hebat!” tutur Bulan dengan napas terengah-engah.
“Makasih, Kak. Ini semua berkat bimbingan Kak Bulan, sebenarnya aku jarang banget ikut lomba, ini saja dipaksa Wanda,” jawab Mela lalu melirik ke arah Wanda yang sudah cemberut mendengar namanya disebut.
“Bagus, kamu jadi punya pengalaman, semangat kalian! Aku duluan, ya.” Lalu Bulan pergi ke arah teman-temannya berada.
“Wah, saingan kita berat-berat ya, Wan,” celetuk Mela tatkala mereka melanjutkan perjalanan menuju kamar.
“Iya, apalagi ada aku.” Itu bukan suara Wanda, melainkan Mega. Lalu ia melewati Wanda dan Mela dengan senyum sinisnya.
“Cih, awas kau!” teriak Wanda pada Mega. “Mela, walau saingan kita berat, jangan jadikan itu sebagai alasan untuk menyerah. Disini saja sudah suatu kemenangan, kita sudah bisa mengalahkan beberapa anak di sekolah. Selanjutnya, kita nikmati saja dua minggu ini. Have fun!” lanjutnya yang kini matanya beralih ke Mela.
“Ah, benar sekali, huhu aku terhura, nih” jawab Mela dengan gaya alaynya.
“Dih.” Wanda memutar bola matanya.
Tiap kamar berisi dua orang. Mulanya Wanda dan Mela tidak sekamar, namun mereka telah membicarakannya dengan masing-masing partner, hingga jadilah seperti yang mereka inginkan. Merupakan surga dunia, bisa sekamar dengan sahabat. Semangat mereka kian meletup.
Sarapan Kata KMO Club Batch 37
Kelompok 11 Dandelion
Jumlah Kata : 315
---
“Bunga! Ara! Aku kangen,” sapa Mega pada kedua sohibnya, lalu memeluknya. Keduanya bingung, tidak biasanya Mega seperti itu.
“Ih, kau kerasukan apa, Mega?” jawab Ara seraya melepaskan pelukan. Menatap Mega dengan pandangan iba.
“Hehe, kalian beda kelas dan gak mau ikut English Competition pula. Aku jadi sendiri,” curhat Mega sambil memainkan ujung rambutnya.
“Sejak dulu, mana ada kita ikut Lomba Bahasa Inggris, ya ‘kan, Bung,” tukas Ara sambil melempar pandangan ke Bunga.
“Tau nih, Mega. Kek yang baru kenal kita saja, haha,” ejek Bunga.
“Aku kesal lihat Wanda sama Mela jalan berdua mulu, kek lengket. Alay gak sih menurut kalian? Huhft,” tutur Mega dengan ekspresi cemberutnya.
Ara dan Bunga saling pandang, lalu tawa mereka pecah. Mega yang melihat itu terbengong, bingung. “Kau iri dengan Wanda? Hey ayolah, haha,” ucap Bunga di sela tawanya.
“Ish, siapa yang iri pada anak itu, aku hanya kesal saja.” Wanda mendengus kesal.
Setelah itu mereka saling bertukar cerita, menghabiskan jam istirahat bersama. Sedangkan di perpustakaan, Wanda sudah bersin ketiga kalinya,
“Wah, fix ini. Pasti ada yang ghibahin aku,” ujarnya dengan percaya diri dan menggaruk hidungnya yang gatal setelah bersin.
“Haha, kau percaya mitos itu, Wan?” balas Mela dengan pandangan tetap pada komik kesukaannya, Detektif Conan.
***
“Oy, Wanda!” panggil Mega dengan ketus. Yang dipanggil hanya menoleh dan menaikkan satu alisnya. Lalu Mega mendekat, bertanya lewat bisik, “Kok kamu bisa kenal Kak Bulan?”
Jelas saja Wanda heran, tiba-tiba Mega menanyakan hal aneh. “Mela yang kenal, aku hanya ikut dia,” jawab Wanda datar.
“Tapi, aku sering mendapat tatapan sinis darinya, aneh sekali. Padahal aku tak pernah melemparkan sepatah kata pun jika bertemu dengannya, kau … pernah,” lanjut Mega tapi tak sempat ia selesaikan, Wanda memotong,
“Hey, kau jangan suudzon, gak sudi aku ngomongin kamu ke Kak Bulan, cih. Lagi pula, sejak masuk asrama ini, dia lebih sensitif. Beda banget dengan sebelum masuk sini, aku gak tahu alasannya.” Wanda menjelaskan seakan tahu isi pikiran Mega.
10:Info
Sarapan Kata KMO Club Batch 37
Kelompok 11 Dandelion
Jumlah Kata : 319
---
“Huh, baiklah, terima kasih.” Mega pergi begitu saja setelah mendapat informasi dari Wanda. Tentu saja hal tersebut membuat Wanda geram, tapi ia lebih memilih untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
“Wah wah, berani sekali membicarakan kakak kelas.” Wanda kaget mendengar perkataan judes tersebut.
Glek
Wanda menelan ludahnya sendiri, ia tak dapat berkutik. “Eng … enggak kok, Kak,” bantahnya terbata-bata, lalu tersenyum getir pada lawan bicaranya itu.
Mega sialan, awas saja. Batin Wanda berteriak kesal.
“Hey, sudahlah. Lihat, dia ketakutan, kasihan sekali, hihi. Namamu Wanda, ‘kan?” Perempuan di samping orang tadi mencoba untuk mencairkan suasana.
“Iya, Kak.” Kini Wanda mencoba untuk tetap tenang. Walaupun jantungnya tak bisa berbohong untuk tetap deg-degan.
“Ok, nanti kita kasih info ke Kak Bulan, hihi,” sambung perempuan tadi.
Shit, kukira dia baik. Wanda merutuki dirinya sendiri. “M … maaf, info apa ya, Kak?” tanya Wanda memberanikan diri. Ia tak ingin dirinya terlihat jelek di depan Bulan, ia sudah cukup berjasa baginya.
“Yah, pake nanya lagi, haha,” sahut orang yang judes tadi. “Info tentang Awanda yang membicarakan Kak Bulan lah, astaga. Dahlah ayo cabut, Fan,” lanjutnya, setelah yang diajak setuju, mereka menghilang dari pandangan Wanda. Mereka tak memberikan kesempatan Wanda menjawab atau membantah.
***
Semenjak kejadian nomor Langit yang tiba-tiba muncul di daftar kontaknya, Mega menjadi lebih akrab dengan Langit, tentu saja sebagian besar topiknya ialah Wanda. Namun ia mendapat kabar dari Langit bahwa sekarang ia tidak terlalu tahu-menahu tentang adiknya lagi, apalagi sekarang Wanda sedang di asrama pembinaan. Langit bilang, Wanda lebih senang menghabiskan waktunya bersama buku dan Mela.
Mega menjadi sulit untuk mengetahui progress saingannya, tapi ia tak menyerah. Hingga muncullah ide di otaknya.
“Jadi begitu, gimana? Kalian setuju, gak?” tanya Mega pada kedua sohibnya setelah mngutarakan ide yang muncul di otaknya.
Ara dan Bunga tampak berpikir keras. “Sulit, Mega. Apa kau yakin?” Ara terlihat tak menyetujui dengan ide Mega kali ini. Bunga masih berpikir.
“Yakin,” jawab Mega mantap, lalu melanjutkan, “aku sudah menyusun strateginya, kalau kalian mau.”
11:Aneh
Sarapan Kata KMO Club Batch 37
Kelompok 11 Dandelion
Jumlah Kata : 319
---
Mata Bunga menyapu seisi perpustakaan. Setelah menemukan objek yang dicari, ia menghampirinya. “Permisi, aku boleh tanya?” ucap Bunga sopan. Tanpa menunggu jawaban, ia kembali melanjutkan kalimatnya, “Buku ‘Ata Itu Ini’ ada di sebelah mana, ya?”
Merasa aneh, Wanda langsung bertanya balik, “Kau kerasukan apa? Kau pikir kami petugas perpustakaan, huh.” Ia merasa heran. Seperti keajaiban dunia. Walau begitu, akhirnya Wanda menunjuk salah satu rak berisi buku yang dicari Bunga.
“Sst, memangnya benar dia kerasukan, Wan?” tanya Mela setelah anak yang dibicarakan pergi mencari buku. Mela tak melihat titik keanehan Bunga. Seperti anak-anak yang lain. Wanda menghembuskan napas mendengar pertanyaan konyol Mela.
Tangannya meraih es jeruk dan menyeruputnya. “Dia tidak pernah ke perpustakaan,” jawab Wanda santai. Lalu menawarkan es jeruk pada Mela.
“Kok tahu? Kau sudah jadi asisten petugas perpustakaan, kah?” Mela bertanya lagi sambil menggapai es jeruk yang ditawarkan Wanda, kini jiwa penasarannya meronta-ronta.
“Ish, dia itu ‘kan temannya Mega. Mereka tak pernah kesini walau sesenti meter pun,” tuturnya sedikit kesal.
“Iya, hehe. Dulu aku, Mega, dan Ara tidak pernah ke perpustakaan, sekarang aku hanya bosan dan ingin mencoba hal baru.” Perkataan tersebut mengejutkan keduanya.
“Apaan, sih. Main nyambung-nyambung aja,” ketus Wanda. Mendengar temannya seperti itu, Mela tertawa geli.
“Judes banget, Bu Wanda, hahaha,” celetuk Mela. Sedangkan Bunga, ia sudah duduk di hadapan keduanya.
“Aku duduk di sini, ya,” izin Bunga yang kemudian disetujui oleh Mela, tapi tidak dengan Wanda. Lagi-lagi ia curiga.
“Kok aneh, kau bertengkar dengan Mega dan Ara? Kenapa larinya ke sini? Atau kau mau sesuatu dari kami? Cepat ngaku!” tanya Wanda bertubi-tubi, mengintrogasi makhluk di hadapannya.
“Wanda, santai dikit napa, haha,” ujar Mela mencoba tuk menenangkan suasana. Lalu matanya beralih ke Bunga yang tampak sedih. “Kalo ada apa-apa, kau bisa cerita ke aku, Bunga. Maaf ya, Wanda sedang PMS, hihi,” lanjutnya.
“Dih, bawa-bawa Wanda.” Yang punya nama tak terima namanya disebut.
“Aku memang sedang ada masalah dengan Mega dan Ara,” tutur Bunga dengan mata sendu.
12:Kantin
Sarapan Kata KMO Club Batch 37
Kelompok 11 Dandelion
Jumlah Kata : 311
---
Kejadian aneh Bunga di perpustakaan membuat ketiganya sering bertemu di sana. Mela merasa nyaman-nyaman saja, ia terbuka pada siapa pun yang datang. Namun tidak dengan Wanda, rasa curiganya masih saja muncul. Meski begitu, ia dapat merasakan aura berbeda antara Bunga, Mega, dan Ara. Di matanya, Bunga sedang dimusuhi kedua sahabatnya.
“Terus, kau peduli? Bisa saja setelah mereka berbaikan, dia kembali seperti semula, huh,” cerocos Wanda. Kini ia mengajak Mela ke kantin, menghindari bertemu Bunga dan mendiskusikannya. Mulanya Mela tak setuju, tapi begitulah Wanda, ia tetap bersikukuh mengajak Mela
Bless
Garpu di tangan kanan Mela menusuk pentol lalu melahapnya. “Hey, kita gak boleh suudzon, kalau itu benar terjadi, kita tinggal melupakan saja keburukannya ambil kebaikannya saja. Lagi pula menurutku ini bukan perkara besar yang mengakibatkan perang dunia ketiga. Toh, dia lumayan jago dalam menghitung, aku bisa meminta bantuannya, hehe.” Penjelasan Mela membuat Wanda melogo, otaknya makin bekerja.
“Wah, tumben sekali, Mela Teguh,” sahut Wanda. Sambil berpikir, ia menghabiskan bakso di hadapannya. “Sudahlah, aku tak bisa menghakimi juga. Kalau memang Bunga baik untuk kita, pasti Allah permudah,” lanjutnya memutuskan berserah diri pada-Nya.
“Buset, sudah kek bingung milih jodoh saja, Wan, haha,” ledek Mela diikuti tawanya yang membuat Wanda kesal dan cemberut. Lalu keduanya fokus dengan makanan masing-masing.
Mata Wanda bak mata elang, di ujung kantin ia melihat Bunga tengah berbincang dengan Mega dan Ara. “Huhft.” Ia menghembuskan napas secara kasar. “Baru saja dibicarakan, Mela, lihat itu,” kata Wanda sambil menunjuk objek yang baru saja ditangkapnya. “Mereka sudah baikan, haha, jadi dia memang tidak baik untuk kita,” lanjut Wanda dengan rasa penuh kemenangan.
“Hmm, entah. Aku gak bisa lihat dengan jelas, bisa saja itu semacam suatu pertengkaran mereka atau apa, tapi bagus juga sih kalau mereka sudah akur,” jawab Mela yang terdengar sedih. Wanda jadi merasa bersalah, sejak kapan Mela akrab dengan Bunga? Rasa ‘cemburu’ sebagai sahabat muncul.
Ah, aku kenak-kanakan, haha. Batin Wanda
13:Lesu
Sarapan Kata KMO Club Batch 37
Kelompok 11 Dandelion
Jumlah Kata : 321
---
Hari ini Bunga benar-benar lesu. Langkahnya yang sudah seperti mayat berjalan itu memasuki perpustakaan. Kini ia tak lagi mencari Wanda dan Mela. Tangannya meraih buku secara acak tanpa memedulikan buku apa itu. Lalu menempati sembarang bangku yang didapatnya.
Mata coklat gadis itu memang sedang menatap buku, tapi ia tak membacanya. Ia hanya memandang dengan pikiran yang sudah berkeliaran. Tentang keputusan yang ia ambil. “Huhft.” Napasnya dikeluarkan secara kasar. Samar-samar telinganya menangkap suara bisikan yang tak asing baginya, Wanda dan Mela. Mereka seakan berbisik tapi dengan volume yang tak sewajarnya bisikan.
Bunga menggeser sedikit tubuhnya mendekati suara itu. Yang dapat ia tangkap, pembicaraan mereka adalah tentang dirinya. Bukan menyanggah atau marah, Bunga justru semakin tertarik mendengar obrolan keduanya.
“Hadeh, baiklah baiklah aku mengalah, kau terlalu positive thingking tentang ini, Mela. Padahal saat pengumuman kemarin sudah pesimis duluan,” ucap Wanda yang sudah menyerah dengan kegigihan Mela. Mereka sudah tak lagi berbisik seperti tadi. Bunga dapat mendengar kekehan pelan Mela.
“Nanti kita bisa tanya, apakah dia sudah baikan atau belum, kalau sudah ya Alhamdulillah, kalu belum, kita dengarkan saja ceritanya, dahlah, aku mau mengembalikan komik dulu,” tutur Mela enteng lalu meninggalkan sahabatnya sendiri.
Pikiran Bunga makin kacau, ia meletakkan kepalanya diatas meja. Membiarkan dirinya melamun beberapa saat hingga datanglah Mela di hadapannya. “Mela? Ada apa?” tanya Bunga kikuk.
“Harusnya aku yang bertanya seperti itu, kau ada apa? Sudah dua hari tak mampir ke meja kami, apa ada masalah?” tanya Mela lembut. Entah sejak kapan, Wanda telah hadir di sebelah Mela. Dan ikut bertanya dengan sedikit judes,
“Kau sudah baikan dengan Mega?”
Bunga hanya menggelengkan kepalanya. Hal itu sontak membuat Wanda bertanya lagi, “tapi kemarin kau sudah bersama mereka, itu apa? Reuni?” Bunga menggeleng mendengar pertanyaan tersebut.
Selang beberapa detik ia baru menjawab dengan hembusan napas sebagai pembuka, “Huhft, aku juga bingung dengan mereka, seperti melarangku untuk bertemu kalian, padahal mereka sendiri masih marah padaku, konyol memang.” Penjelasan Bunga tersebut membuat Mela dan Wanda mengerutkan keningnya.
14:Maaf
Sarapan Kata KMO Club Batch 37
Kelompok 11 Dandelion
Jumlah Kata : 311
---
Waktu penyeleksian untuk perwakilan sekolah dalam English Competition semakin dekat. Tentu saja sepuluh peserta asrama belajar keras, entah dimana pun mereka berada. Namun kegiatan Mega di tengah siang bolong ini agak berbeda. Entah sejak kapan pula, Mega menjadi nyaman dan tak ada keraguan untuk meminta orang di hadapannya menemani dirinya.
“Kak,” panggil Mega. Orang yang dipanggil mengangkat kepalanya setelah menghirup aroma kopi yang unik. Sebelah alisnya dinaikkan sedikit. Tiba-tiba jantung Mega memompa darahnya lebih cepat dari biasanya. Uh, sial. Kenapa jantungku berulah? Batinnya. “Sebelumnya terima kasih waktunya, aku cuma mau minta maaf karena sudah memusuhi adik Kakak, hehe,” jelas Mega pada orang di hadapannya, Langit.
Langit terkekeh pelan sejenak. “Kirain kenapa, ternyata. Aku sih gak pernah ngurus permasalahan kalian, haha. Jadi, kalian sudah berbaikan?” Lalu kerongkongannya mencerna kopi yang baru saja diminum dan menatap Mega. Bersiap untuk mendengar jawaban dari pertanyaannya.
“Enggak, cuma mau minta maaf sama Kakak, kalau sama Wanda, aku gak ada niat buat baikan,” jujurnya. Ia sudah terang-terangan kepada Langit bahwa dirinya tak menganggap Wanda sebagai teman. Percuma juga, Langit sudah tahu sejak dahulu kala pertengkaran itu.
Lelaki berpakaian kaos putih itu kini mengangguk-angguk bukti bahwa ia menanggapi orang di depannya. “It’s ok, I don’t care about it, yang penting tidak ada pertempuran darah,” balasnya. Sedetik kemudian ia melanjutkan, “kalau misal kalian yang terpilih untuk mewakili sekolah, itu artinya waktu kalian untuk bersama lebih banyak, bukan? Sepertinya berbaikan adalah pilihan yang bagus, Mega. Kau bisa lebih enjoy menjalaninya.”
“Aamiin lolosnya, kalau baikannya, entahlah, Kak. Aku benar-benar tak berpikiran sejauh itu, tapi memang lebih baik bersama Wanda, sih. Kakak kelas di sana banyak yang judes, I don’t like it,” jawab Mega yang kemudian dilanjut dengan menyuruput hidangannya, mie.
“Nah, kan, di waktu dekat ini banyak-banyak berdoa saja, terus tenangkan pikiran. Astaga, kenapa aku jadi sok iye, haha. Padahal kau lebih pengalaman daripada aku.” Langit menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
15:Bebas
Sarapan Kata KMO Club Batch 37
Kelompok 11 Dandelion
Jumlah Kata : 367
--
“Yeay!” sorak seisi asrama. Penyebabnya ialah pengumuman bahwa akhir pekan ini mereka dibebaskan dari kegiatan asrama karena Senin nanti penyeleksian dimulai. Ada yang langsung melanjutkan pergulatan dengan buku, ada yang pulang ke rumah, bahkan ada yang memilih rebahan.
Wanda dan Mela pun sudah memiliki rencana dadakan setelah pengumuman itu. “Kemana?” tanya Wanda setelah merapikan kerudungnya. Bukannya menjawab, Mela mengambil ponsel, menghubungi seseorang.
“Assalamualaikum, Bung,” ucap Mela membuka percakapan telepon.
“Waalaikumsalam, ada apa?” jawab orang di seberang. Merasa terkacangi, Wanda mendengus kesal lalu memilih untuk merebahkan tubuhnya ke kasur si sebelahnya.
“Kau sibuk? Aku dan Wanda ingin ke Pasar Minggu, pesta makanan, akhir pekan ini kami dibebaskan dari kegiatan asrama,” jelasnya.
“Wah, asik. Ikut ikut,” sahut Mela dengan semangat.
“Sip, kami ke rumahmu sekarang, bersiaplah! Assalamualaikum.” Lalu telepon diputusnya. “Ayo, Wan. Kita ke rumahnya Bunga dulu,” ajaknya pada makhluk yang telah rebahan di kasur.
“Kenapa kita yang ke sana? Biarkan dia saja yang ke sini.” Wanda menjawab tanpa menoleh ke arah Mela. Matanya masih fokus pada layar ponselnya. Kerudung yang tadinya sudah rapi, kini sudah tergeletak di sampingnya.
Mela sedang malas berdebat, diambilnya kerudung merah maroon itu lalu memakaikan pada Wanda. “Hey, kau kira aku bocah yang gak bisa pakai kerudung sendiri, huh,” ketus Wanda sambil merebut kerudungnya.
“Haha, kau kenapa, sih? Selalu kesal pada Bunga.” Wanda tak mengindahkan pertanyaan Mela barusan.
“Ayo, aku sudah siap, keburu siang, nih,”
Pasar Minggu di daerah itu menjual berbagai makanan tradisional dengan harga terjangkau, di sebelahnya ada beberapa permainan kecil, pasar ini buka tiap akhir pekan, wanda, Mela, dan Bunga siap memborong makanan disana. Mereka bertiga juga berkeliling di daerah permainan, merasa kembali seperti anak kecil. Saking serunya, Wanda dan Mela sudah melupakan English Competition, mereka harus me-refresh otaknya sebelum berperang.
“Nanti aku ingin main sebentar ke asrama kalian, boleh?” tanya Bunga saat sedang mengantre di gerobak cimol.
“Boleh,” jawab Wanda singkat.
“Wah, sungguh? Tidak ada larangan, ‘kan?” Bunga bertanya lagi.
“Entah, karena kegiatan kami sudah dibebaskan, ku pikir tak ada masalah mengundang siapa pun ke asrama,” jelas Wanda sesuai apa yang ada di logikanya. “Lagi pula kalau ternyata dilarang, kau tinggal balik, mudah saja, haha” lanjutnya.
Dua orang di sebelah Wanda mengangguk-angguk setuju. Benar juga, pikir mereka membenarkan ucapan Wanda.
16:Bising
Sarapan Kata KMO Club Batch 37
Kelompok 11 Dandelion
Jumlah Kata : 433
---
Siang itu Mega hendak membaca buku di lorong, karena tempat itu tergolong sepi. Namun kegiatannya tidak berjalan mulus, ia terganggu dengan keramaian di salah satu kamar lorong itu. “Sial, kamar siapa itu ramai sekali, mentang-mentang sudah dibebaskan,” gerutu Mega. Ia bangkit dan mencari sumber suara keributan.
Langkahnya terhenti di kamar 12. Suara mereka makin jelas di telinga Mega. “Sudah kuduga, Wanda berulah, shit.” Tangannya sudah terangkat ingin memperingati kebisingan kamar itu, tetapi yang terdengar tidak hanya suara Wanda, ia mendengar suara Mela dan Bunga. “Bu … Bunga?” tanyanya ke pintu. Lebih baik ia kembali ke kamar, pikirnya.
Sembari melangkah, Mega mencari kontak Ara di ponselnya. “Halo, Ra,” sapanya setelah nomor yang dituju tersambung.
“Hoam, tumben siang bolong nelpon, haha.” Mendengar itu, Mega menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Iya, juga, ia jarang menelpon di siang hari.
“Ke asrama, yuk! Katanya kau kepo sama bentuk asrama sekolah kita,” ajaknya. Tentu saja penyebabnya setelah melihat keramaian di kamar Wanda.
“Lah, boleh?” tanya Ara memastikan. Mega langsung menjawab dengan antusias serta menceritakan keributan di kamar Wanda. Di ujung sana, Ara mengangguk-angguk tanda bahwa ia memahami penjelasan Wanda. “Tapi ini siang, males, ah. Ntar malem aja, gimana? Aku mau bobo cantik, haha,” tolak Ara, kantuk mengalahkan segalanya.
“Ck, Ara mah gitu.” Wanda memang kecewa, tapi ia tahu bahwa kawannya itu kalau sudah masalah tidur, tidak dapat diganggu gugat. “Ya sudah, nice dream, awas aja, ku doakan supaya muncul aku di mimpimu,” lanjutnya mengakhiri telepon.
“Dih.” Sambungan langsung diputus Mega. Jujur saja, ia merasa kesepian serta sedikit iri, mungkin, setelah mendengar Bunga bercanda dengan Wanda dan Mela. Napasnya ia keluarkan kasar.
Langkahnya terhenti, ia lebih memilih ke taman. Mencari ketenangan di sana. Walau siang, ia dapat berteduh di bawah pohon yang rimbun. Ia merasakan pelukan ringan dari angin semilir yang hadir.
Mengisi waku, gadis itu mulai membuka bukunya, menikmati setiap kata yang ada, hingga tak sadar sudah hampir sejam ia berkutat di situ. Badannya mulai di renggangkan, matanya menyapu sekitar. Lalu menangkap bayangan Bunga di ujung gerbang. Wanda dan Mela tak nampak, akhirnya ia memutuskan mendekati Bunga.
“Bunga,” bisik Mega, kini jarak keduanya kurang dari satu meter. Bunga hanya menatap Mega penuh tanda tanya. “anu,” lanjutnya.
“Ih, ngomong yang jelas, Mega.” Bunga tak suka dengan kata anu, terlalu banyak makna di baliknya.
Sedetik.
Dua detik.
Tiga detik.
“Wanda! Kok ninggalin aku, sih?” Suara cempreng Mela membuyarkan pikiran Mega. Akhirnya ia meninggalkan Bunga.
“Ish, apa-apaan, tadi aku hampir menangkap berita bagus, tapi kau berteriak, dasar,” omel Wanda pada Mela yang masih ngos-ngosan.
“Be … hosh berita apa? Hosh,” tanya Mela dengan napas satu-satu. Ia benar-benar seperti telah melakukan marathon.
17:Malming
Sarapan Kata KMO Club Batch 37
Kelompok 11 Dandelion
Jumlah Kata : 317
---
“Hmm, not bad. Betah gak, Ga?” tanya Ara setelah manggut-manggut mengetahui beberapa seluk beluk asrama sekolahnya. Seperti yang telah direncanakan siang tadi, Ara memecahkan rasa penasarannya. Keduanya melakukan tour asrama.
“Biasa saja,” jawabnya singkat. Kini tour keduanya berakhir di kamar Mega.
“Eh, kakak kelas yang di sini gak ada?” Ara masih berdiri di depan pintu. Menunggu jawaban Mega.
“Haha, santai aja kali, Ra. Lagi malming-an keknya.” Mendengar itu, Ara menghembuskan napas lega dan segera masuk serta merebahkan dirinya ke kasur..
“Ra,” panggil Mega. Setelah yang dipanggil menoleh, ia melanjutkan, “ke rumah Bunga, yuk!”
Ara segera mendudukkan badannya. “Gila, baru juga rebahan, katanya pengen main di sini, huh,” kesalnya, kedua tangan Ara disilangkan di depan dadanya.
“Ya, gak sekarang juga, sih. Habis ini saja, aku ingin melanjutkan rencana,” ujarnya santai dengan wajah memelas. Melihat hal itu, Ara memutar bola matanya malas.
“Sekarang saja, gas.” Saking semangatnya, Ara hampir terjungkal dari kasur.
“Tadi gak mau, gimana sih, astaga,” ucap Mega sembari bersiap. Sekarang Ara sudah di depan pintu sambil terkekeh.
***
“Jadi, gitu guys,” tutup Bunga setelah penyampaian laporan. Ara mengangguk-angguk paham, sedangkan Mega berpikir keras.
“Jauh juga,” celetuk Mega. “Bung, kau ingat perjanjian kita, ‘kan?” sambungnya. Matanya terlihat khawatir atas tugas yang diemban Bunga.
“Haha, gayanya,” sembur Ara. Lantas tatapan sinis Mega menghunjam ke arahnya. “Aduh, atut atu.” Bahasanya dibuat-buat lalu pura-pura sembunyi di balik punggung Bunga.
“Tenang, serahkan saja padaku, sini peyuk!” Akhirnya mereka bertiga berpelukan layaknya teletubies.
Malam itu mereka menghabiskan malam Minggu di rumah Bunga. Setelah segala drama yang berlalu kemarin-kemarin, mereka bersatu untuk malam itu. Entah bermain game, menonton bebrapa film hingga larut, ataupun memasak hingga dapur Bunga pecah dibuatnya.
“Bunga, maaf ya sudah korbanin kamu,” celetuk Mega tiba-tiba.
“Santai, lagian cuma acting, gampang,” jawab Bunga sambil mengacungkan jempolnya.
“Sebenarnya aku agak gak kuat harus relain kamu bareng mereka, haha,” curhat Mega dengan wajah melas andalannya yang membuat siapapun dapat memberikan belas kasihan padanya.
18:Lolos
Sarapan Kata KMO Club Batch 37
Kelompok 11 Dandelion
Jumlah Kata : 312
---
Sial, dugaan Kak Langit benar! Batin Mega membaca papan pengumuman di hadapannya.
“Sh*t man, krucil-krucil itu yang lolos, gila! Kok bisa? Bulan kalah, woy!” Mendengar celotehan histeris itu, Mega langsung menutupi wajahnya, sebisa mungkin menghindar. Walau suara itu asing, tapi jelas bahwa aura mereka tak bersahabat dengannya. Ia pergi dari hadapan papan pengumuman, berjalan menunduk.
Bruk
Bahu Mega tertabrak seseorang. “Maaf, saya gak lihat,” ucapnya tanpa menengadahkan wajah, lalu segera pergi. Namun langkahnya kalah lambat dengan orang yang ditabrak barusan.
“Haha, kenapa menunduk begitu? Kau tidak lolos dan malu menampakkan wajah?” ejek orang tersebut. Suara yang sudah sangat familiar, bahkan sampai bosan dan mual. Wajahnya diangkat sedikit, sekadar ingin memastikan, walau sudah pasti. Tanpa ba bi bu, Mega menarik pergelangan tangan anak itu. “Hey, lepaskan!” tolaknya.
“Sstt … diam sebentar!” titah Mega sedikit ganas, walau sudah terbiasa, tapi kali ini berbeda, Wanda dapat merasakannya. Akhirnya Wanda pasrah dan menuruti apa kata Mega, mengikuti langkahnya membawa entah kemana.
Krik krik krik
Suara jangkrik terdengar jelas, mengalahkan suara angin. “Kenapa?” ketus Wanda setelah pergelangan tangannya bebas dari cengkraman Mega. Sesaat Mega mengedarkan pandangannya, melihat keadaan.
“Kita lolos, berdua,” bisik Mega. Mendengar itu, mata Wanda terbelalak kaget.
“Serius?” tanyanya masih tak percaya. “Alhamdulillah,” lanjutnya tanpa menunggu jawaban Mega.
“Hadeh, terus tadi di sebelahku banyak kakak kelas ngomongin kita, parah sih mulutnya, bahkan ini lebih bahaya, karena mereka teman-temannya Kak Bulan, makanya aku nunduk terus, huhft. Di asrama aku sudah sering dapat tatapan sinis dari Kak Bulan, aku gak mau dapat dari temannya juga. Btw, setelah kupikir-pikir ngapain juga aku narik kamu,” jelas Mega sambil menyilangkan kedua tangannya.
“Mereka bilang apa?” Ternyata Wanda masih penasaran tanpa menghiraukan kalimat terakhir Mega yang menyulut emosi.
“Intinya sih mengejek kita karena masih kelas sepuluh,” jawab Mega.
“Haha, baiklah, ayo kita buktikan!” Wanda mengepalkan kedua tangannya.
“Kita? Haha.” Setelah mengucapkan itu, Mega pergi dari pandangan Wanda.
“Btw thanks, Mega!” teriak Wanda.
19:Langkah
Sarapan Kata KMO Club Batch 37
Kelompok 11 Dandelion
Jumlah Kata : 314
---
Rasa kantuk menyerang kelas X MIA-1, pasalnya, banyak kepala yang sudah tumbang di atas meja. Bahkan ada yang menggabungkan dua bangku menjadi satu dan berbaring di sana. Pelajaran belum selesai, tapi guru mereka keluar lebih awal dan mewasiatkan tugas pada mereka.
“Woy! Bangun, bangun, bangun! Bu Laven menuju kelas kita!“ Teriakan tersebut membuat seisi kelas gelagapan, saling bangun-membangunkan temannya yang tertidur. Keributan mengisi sejenak di kelas itu hingga akhirnya Lavendel atau biasa dipanggil Laven—guru Bahasa Inggris—masuk dan kelas kembali sunyi.
Laven menatap satu persatu wajah murid-murid di hadapannya. Beliau terkenal dengan ketegasannya tanpa pandang bulu. “Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,” salamnya. Setelah salamnya terjawab ia melanjutkan, “Maaf, mengganggu, untuk Awanda dan Mega Merah tolong segera ke ruang guru tepatnya meja saya, terima kasih, wassalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.” Kali ini Laven tidak mempermasalahkan kelas yang hawa kantuknya sangat terasa dan meninggalkannya begitu saja.
Setelah hembusan lega keluar, keributan kembali mengisi ruang kelas tersebut. Tentu saja mereka bersorak karena Laven tidak berceramah seperti biasanya. Akhirnya banyak yang melanjutkan tidurnya menunggu bel pulang berbunyi, ada pula yang bergosip ria, dan ada pula yang benar-benar mengerjakan wasiat tugas.
Berbeda dengan teman-temannya yang dapat bersorak, jantung Wanda dan Mega harus berdegup kencang menuju ruang guru. “Dih, jangan dekat-dekat!” ketus Mega saat Wanda menyamai langkahnya. Tak ingin ambil pusing, Wanda membungkukkan badan seolah Mega tuan putri yang harus dihormati.
“Silakan, tuan. Hati-hati di jalan,” Lalu Wanda menghentikan langkahnya, menunggu Mega supaya langkah keduanya tak beriringan.
Sesampainya di depan ruang guru, Mega menunggu Wanda yang jaraknya sekitar sepuluh langkah. “Lama sekali,” ucapnya tatkala Wanda baru sampai.
“Lah, kenapa gak langsung masuk?” ketusnya mengetahui Mega hanya mematung di depan guru. “Nungguin, ya? Haha, gaya saja yang besar, nyali enggak,” ledeknya lalu memasuki ruang guru setelah permisi dan salam ia lontarkan.
“Sial! Awas saja,” desis Mega sebelum akhirnya mengikuti langkah Wanda dari belakang.
“Assalamualaikum, Bu Laven,” ucap Wanda sesampainya di meja Laven.
20:Jadwal
Sarapan Kata KMO Club Batch 37
Kelompok 11 Dandelion
Jumlah Kata : 326
---
“Waalaikumsalam, baik Wanda dan Mega silakan duduk,” perintah Laven sembari mempersilakan kedua tamunya duduk.
Laven menatap kedua muridnya beberapa saat sebelum akhirnya membuka suara. “Saya salut dengan kalian, baru kelas sepuluh sudah sampai di posisi ini, mengalahkan kakak kelas kalian,” ucapnya sambil tersenyum. Wanda dan Mela berterima kasih atas pujian Laven.
Tangan Laven bergerak menelusuri tumpukan kertas di mejanya. “Ini jadwal kalian sebelum competition.” Tangannya kini menyerahkan masing-masing kertas pada Wanda dan Mega. Lantas keduanya segera mengamati kertas yang diberikan itu.
“Kalian tidak lagi dikekang di asrama seperti sebelumnya, tapi jadwal ke sekolah kalian menjadi lebih banyak dari sebelumnya, pagi, jam enam hingga jam tujuh, pastikan sudah sarapan atau bawa bekal, kesehatan itu penting, ingat! Lalu sepulang sekolah, jam satu hingga setengah tiga. Apakah ada sanggahan? Atau mungkin keberatan? Silakan,” jelas Laven.
“Tidak, Bu,” jawab keduanya tegas dan bersamaan. Lalu saling melirik sinis.
“Baik, jawaban yang bagus. Saya harap kita bisa saling membantu. Kalian bisa mengoreksi saya bila ada salah, begitu pun sebaliknya. Kemudian kalian juga saling melengkapi, tolong-menolong jika kesulitan ya, saya tau ini kuno, tapi tolong-menolong sangat penting.” Punggungnya kini disandarkan pada kursi.
“Baik, Bu,” jawab mereka bersamaan, lagi.
“Dih, ngikutin mulu,” celetuk Mega spontan.
“Ish, mana sudi aku,” jawab Wanda tak kalah sengit.
“Wah, kalian … seperti ada sesuatu? Apa ada masalah di antara kalian?” Rasa penasaran Laven meningkat, punggungnya ditarik dari sandaran kursi. Tangannya kini bersedekap di atas meja. “Saya tidak memaksa cerita, jika ingin cerita silakan, jika tidak juga tak apa-apa, hanya saja saya harap kalian masih bisa bersatu untuk proses pembelajaran, bisa?” lanjutnya antusias.
Wanda tak langsung menjawab, ia melirik sinis Mega. Begitupun dengan Mega. “Haha, baiklah, baiklah saya akan coba pendekatan untuk kalian berdua, apakah nanti sore ada waktu? Saya ingin sedikit mengenal kalian berdua.” Laven memotong acara lirik-melirik Wanda dan Mega.
“Bisa, Bu.” Lagi-lagi keduanya menjawab secara bersamaan.
“Sepertinya kalian bisa menjadi teman yang sangat kompak nantinya, haha.” Laven gemas.
Ogah banget, batin Wanda.
Gak sudi. Mega membatin
Gak sudi. Mega membatin
21:Pulang Sekolah
Sarapan Kata KMO Club Batch 37
Kelompok 11 Dandelion
Jumlah Kata : 341
---
“Lama, ya?” Wajah cerah Wanda menghampiri Mela yang tengah asyik dengan komiknya. Percakapan dengan Laven memakan waktu yang tidak sedikit. Sekolah sudah sepi.
“Enggak juga, komiknya seru, jadi waktu terasa berhenti berputar, hehe,” jawabnya sembari menutup komik dan memasukkannya dalam tas, bersiap tuk pergi. “Tapi sepertinya Bunga sudah pulang, deh, kita berdua saja,” lanjut Mela yang kini sudah berdiri
“Coba ke kelasnya dulu? Kali aja ketiduran, haha,” tawar Wanda yang disetujui Mela.
Sesampainya di kelas di kelas X MIA-5, keduanya langsung saling menatap dan tawa mereka pecah. Kelas sudah kosong melompong, menyisakan bangku-bangku yang tertata rapi. “Sudah ku duga, dahlah,” ucap Mela.
“Setidaknya diriku pernah berjuang, eh? Kita,” sahut Wanda bernada.
“Apaan gak jelas, Wan, hahaha.” Akhirnya keduanya pergi meninggalkan kelas tersebut.
“Sstt … Mel, lihat!” Tiba-tiba Wanda berbisik sambil menunjuk kepada tiga objek yang tak asing di matanya. “Itu Bunga, bukan? Tas yang digunakan anak sebelahnya adalah tas Mega, sebelahnya lagi pasti Ara, mereka ngapain, ya? Ayo kita ikutin, Mel!” cerocos Wanda lalu menarik paksa tangan Mela.
“Kau yakin?” sela Mela saat mereka hendak mengejar ketiga objek tangkapan Wanda. Wanda mengangguk mantap. Mereka mengendap-endap seperti maling. Makin dekat dan dekat.
“Ah, sial. Mereka naik mobil. Pupus sudah rasa kepo ini.” Wajah keduanya kusut seketika.
“Gapapa deh, lagian kita ‘kan punya rencana lain, yuk,” hibur Mela. Akhirnya mereka pun meninggalkan sekolah.
***
“Bagaimana? Kau lolos tidak, Wan?” tanya Langit penasaran tepat saat Wanda memasuki kakinya ke dalam rumah.
“Dih, sambutannya gitu banget,” jawab Wanda judes. “Buatkan es jeruk dulu, baru ku kasih tahu, hihi,” lanjutnya sembari menghempaskan badannya ke sofa lembut.
“Ogah banget, mending tanya ke yang lain, wle,” ejek Langit lalu duduk di sebelah Wanda. Dahi Wanda berkerut mendengar pernyataan kakaknya barusan.
“Yang lain? Siapa? Kakak ‘kan gak pernah minta nomor Mela? Jangan-jangan … Kakak PDKT lewat Instagram, ya? Cie, nanti ku kasih kabar ke Mela, ah,” cerocos Wanda mengambil kesimpulan sendiri. “Eh? Atau bisa jadi ke Bunga? Atau bahkan keduanya? Astaghfirullah, jangan maruk, Kak, haha,” lanjutnya menduga-duga.
“Bocah satu ini suka sembarangan, ku lempari bangku, tahu rasa!” geram Langit.
22:Kepo
Sarapan Kata KMO Club Batch 37
Kelompok 11 Dandelion
Jumlah Kata : 328
---
“Terus maksud Kakak ‘tanya ke yang lain’ itu apa, dong? Masa iya mau tanya ke guruku, niat banget.” Tangan Wanda disilangkan di dadanya sambil menatap Langit. Menunggu jawaban.
“Buatkan es jeruk dulu, baru ku kasih tahu, hihi,” jawab Langit meniru gaya adiknya tadi. Mata Wanda melotot seketika.
“Plagiat, ih. Ayo, Kak!” paksa Wanda. Kini tangannya menggoyangkan lengan kakaknya.
“Sebentar, kamu diem dulu di situ,” perintah anak sulung itu. Adiknya menuruti dan kembali ke posisi semula. Tangan Langit menari di atas ponsel, sedangkan mata Wanda berusaha mencuri informasi, melirik-lirik ke arah ponsel kakaknya. Menyadari kegiatan Wanda, akhirnya ia memunggunginya.
“Pelit amat,” celetuk Wanda. Ia menyerah. Langit memilih untuk tidak menggubris adiknya.
“Uhuy! Lolos euy, congrats!” sorak Langit lalu memeluk Wanda erat-erat sambil mengusap ujung kepalanya. Tentu saja yang dipeluk merasa sesak napas. Wanda berusaha melepaskan pelukan kakaknya.
“Sebagai ucapan selamat, Kakak harus traktir aku!” suruhnya setelah terlepas dari dekapan Langit.
“Kebalik, dahlah.” Langit kesal dan beranjak dari duduknya. Namun tangan Wanda menarik pergelangannya, memaksa duduk kembali. “Dih, apaan?” tanyanya sambil mengerutkan kening.
“Tau dari siapa, Kak?” Nada Wanda berubah serius. Membuat Langit menelan ludahnya sendiri.
“Orang,” jawabnya singkat. Wanda memutar bola matanya.
“Kirain tuyul,” imbuh Wanda lalu dengan gesit, tangannya merebut ponsel yang dipegang Langit. “Yes! Dapet!” teriak Wanda sembari berlari menjauhi Langit.
Reaksi Langit benar-benar di luar dugaan Wanda. Dengan tenang, Langit menanggapi, “coba saja kalau bisa, wle.” Setelah itu ia benar-benar meninggalkan Wanda yang masih kegirangan dan juga bingung.
Kedua bahu Wanda dinaikkan tak peduli lalu mulai membuka ponsel curiannya. “Ya Allah, pantesan,” desisnya setelah mengetahui maksud kakaknya. Ponsel Langit ada pengamannya.
***
Hari ini ialah hari ketiga Wanda, Mela, dan Bunga menghabiskan waktu bersama. Akhir-akhir ini Bunga sering mengajak berjalan-jalan, entah ke toko buku, perpustakaan, taman, atau ke mall. Wanda harus me-manage waktunya sebaik mungkin. Competition sudah sangat dekat, tapi ia tak ingin kehilangan momen bersama Mela. Walau keduanya sering menyarankan agar ia fokus belajar, tapi Wanda merasa tak rela jika Mela hanya berjalan-jalan dengan Bunga.
23:Aktif
Sarapan Kata KMO Club Batch 37
Kelompok 11 Dandelion
Jumlah Kata : 314
---
Tak berhenti sampai situ, terkadang Bunga mampir ke rumah Wanda, sekadar ngobrol ria. Wanda kesulitan dalam menolak hal seperti itu, hingga jadilah seperti saat ini. Wanda, Mela, dan Bunga asyik berbincang. “Wanda, kau belajar saja, biar aku dan Mela yang nonton, nanti kau akan aku ceritakan, hihi.” Entah sudah berapa kali Bunga menyarankan hal tersebut, tapi tak ada yang diterima oleh Wanda.
“Kenapa akhir-akhir ini kau lebih aktif, Bung?” tanya Wanda penasaran.
“Aktif? Aktif apaan?” Tubuh Bunga yang tadinya rebahan, kini duduk tegak dan mencomot camilan di hadapannya. Wanda memutar kedua bola matanya, malas. Lalu memasukkan beberapa biji kacang polong ke mulutnya.
“Mel, sadar gak, sih?” tanya Wanda yang kini ditujukan ke Mela. Mela mengerutkan kening. Pasalnya, ia tak menyimak obrolan kedua temannya. Matanya fokus mencari film yang akan mereka tonton.
“Sadar apa?” tanya Mela dengan tatapan yang masih fokus ke layar laptop.
“Sudah ketemu, belum?” Bunga berpindah posisi ke sebalah Mela ikut menatap layar laptop.
“Belum, nih. Apa kita download saja?” balasnya dengan wajah cemberut. Topik yang dibawa Wanda sudah tak dihiraukan, mereka sibuk membahas film yang akan mereka tonton. Wanda pun meneguk segelas air tuk meredakan sedikit emosi yang mulai muncul.
Entah kenapa tiba-tiba otaknya mengingat kejadian beberapa hari lalu sepulang sekolah. “Bung,” panggil Wanda. “Eh, gak jadi,” sambungnya. Ia memilih pergi ke kamar mandi dan berwudu.
Astaghfirullah, aku gak boleh seperti ini. Batin Wanda sebelum akhirnya menghilan dari pandangan Mela dan Bunga.
***
“Kau yakin, Bulan?” Pertanyaan itu membuat aksi Bulan terhenti. Ia menjawab dengan anggukan kepalanya. “Haha, padahal waktu itu kau bilang tak apa-apa jika mereka yang lolos,” lanjut orang tadi.
“Haha, bodo amat,” jawab Bulan santai. “Lagian waktu itu aku terlalu naif, konyol memang,” lanjutnya diikuti senyuman miris.
“Waktu itu banyak orang, ‘kan? Nah, ku kira kau acting,” tutur Bela—teman Bulan—setelah mendengar pernyataan Bulan.
“Itu suka salah satunya, hehe.” Kekehan Bulan membuatnya mendapat jitakan spesial dari Bela.
24:Bingung
Sarapan Kata KMO Club Batch 37
Kelompok 11 Dandelion
Jumlah Kata : 331
---
“Bunga,” sapa Mega tatkala berpapasan dengan gadis yang disebut namanya itu. Tanpa menunggu jawaban, ia melanjutkan, “jangan lupa besok, ya!” Lalu meninggalkan Bunga begitu saja.
Langkahnya sangat berat. Pikirannya kalut. Hati nuraninya memberontak. Ia bimbang dan menyesal atas keputusan yang diambilnya. Tiba-tiba muncullah Mela di otaknya. Gadis itu dapat memberi solusi tanpa emosi.
Lima belas menit lagi bel pelajaran pertama akan berdentang. Ah, masih sempat, semoga saja Mela ada, batinnya. Setelah sampai di depan kelas Mela, ia mengintip dari jendela. Namun Bunga memilih untuk mengurungkan niatnya itu tatkala melihat Mela sedang asyik bercengkrama dengan sahabatnya.
“Ah, iya juga, setiap ada Mela pasti ada Wanda,” desisnya bermonolog. Ia pun memutuskan kembali ke kelasnya dengan berat hati, menunggu bel berbunyi.
***
Kini pelajaran tengah berlangsung, tapi saking bingungnya, Bunga tak dapat menangkap ilmu untuk dimasukkan ke otak dengan baik. Pikirannya melayang-layang. Jam istirahat pun terasa sangat lama. Spontan, Bunga meletakkan kepalanya di atas meja, lelah. Saat ini pelajaran yang disuguhkan benar-benar tidak membuat nafsu belajarnya tergugah.
Pletak!
“Aduh!” teriaknya kaget. Bagaimana tidak? Sebuah penggaris kayu baru saja dipukulkan ke bangkunya. Pipi Bunga memerah malu. Semua mata menatap ke arahnya.
“Nyenyak tidurnya?” Suara khas Laven membuat degup jantung Bunga bertambah cepat.
“Sa … saya tidak tidur, Bu,” jawabnya pelan sambil menunduk.
“Tidak apa-apa, sekarang kau boleh tidur.” Laven berjalan ke depan dengan penggaris kayunya. “Silakan tidur di luar, Bunga!” Perintahnya. Sunyi menyelimuti kelas tersebut. “Jika ada yang ingin tidur atau ingin menemani Bunga, saya persilakan,” tegasnya lalu duduk ke bangku. Pandangannya menyapu kelas.
Kini langkah Bunga menuju perpustakaan setelah diam-diam pergi dari depan kelasnya dan memastikan Laven mengajar dengan tenang. Bunga menghabiskan waktunya hingga istirahat tiba, hal yang ditunggu-tunggu.
“Yoww, what’s up, Bung!” sapa Mela diikuti Wanda kemudian.
“Tumben datang duluan,” celetuk Wanda yang heran akan ketidak-biasaan itu.
“Aku pengen ngasih tau sesuatu,” bisiknya tak menghiraukan perkataan Mela dan Wanda. “Ke gudang, yuk! Disini gak aman,” imbuhnya lalu berjalan keluar dari perpustakaan.
Wanda dan Mela saling pandang bingung, lalu menaikkan pundak, tanda tak tahu.
25:Cerita
Sarapan Kata KMO Club Batch 37
Kelompok 11 Dandelion
Jumlah Kata : 352
---
Sesampainya di gudang, Bunga menatap mata dua gadis di hadapannya dengan tatapan sendu. “Hey, kau kenapa, Bung? Ada masalah apa?” tanya Mela memecah sunyi. Lalu kini ia memeluk Bunga, berusaha menenangkan. Yang terjadi bukannya tenang, tangis Bunga justru tumpah.
”Gosh! What are you doing?” desis Wanda saat Bunga mulai sesenggukan. “Jangan cengeng, ih! Malu, Bunga!” Wanda mengedarkan pandangannya, di sekitar gudang memang sepi, tapi suasana horror-nya terasa. “Aman, sih. Ya sudah puas-puasin nangisnya,” lanjut Wanda yang lalu ikut menenangkan perempuan yang jilbabnya sudah basah.
Setelah sedikit mereda, Bunga mulai membuka suara, “a … aku minta maaf, ya, Wanda, Mela!” Matanya memerah.
“Aku ambil tisu dan air dulu, ya!” Mela tak menghiraukan permintaan maaf Bunga dan beranjak meninggalkan keduanya. Dengan sigap, tangan Bunga menarik pergelangan tangan Mela.
“Jangan! Keburu masuk,” larang Bunga. “Kalian belum jawab, ih, aku minta maaf tadi,” lanjutnya dengan senyum ke bawah.
“Iya, iya, aku maafkan,” jawab Mela lembut.
“Minta maaf tentang apa?” tanya Wanda dengan kening berkerut.
“Kita duduk dulu, yuk!” sela Mela sebelum Bunga menjabarkan alasannya. Lalu ketiganya menuju bangku cokelat di belakang gudang.
“Kalian ingat tidak saat kita pertama kali ngobrol?” Bunga memulai dengan melontarkan pertanyaan. Keduanya mengangguk mantap. Bunga mulai menceritakan awal mula kegelisahan mampir ke hati nuraninya.
“Mega menunjukku untuk menjalankan ide busuknya, yaitu mengetahui progres belajarmu, Wan, karena saat itu aku hanya diam saja, sibuk dengan pikiranku. Aku pun menyanggupinya, tak memikirkan jangka panjangnya. Mega bilang aksiku tidak lama, hanya sampai competition berakhir.
“Saat itu, saat pertama kali kita bertiga bertemu, aku hanya pura-pura ada masalah dengan Mega dan Ara. Itu hanya acting. Lalu saat pikiranku kacau akan rencana Mega itu, aku justru mendengar percakapan kalian tentangku, hatiku maki sakit akan dosaku pada kalian.
“Bod*hnya, aku masih melanjutkan aksi itu hingga detik ini. Bahkan … rencananya bertambah, be … besok.” Bunga menghentikan ceritanya. Ia menatap Wanda dan Mela.
“Besok kenapa?” tanya Wanda getir. Dugaannya selama ini benar, Bunga mempunyai rencana dengan Mega.
Bunga menatap Wanda sendu. Lalu mencoba memeluk Wanda, tapi ditolak. “Wan, sebelum ku lanjutkan, aku ingin mengatakan bahwa aku menyesal, aku salah. Aku minta maaf, ku mohon, maafkan aku,” tuturnya penuh penyesalan.
26:Jujur
Sarapan Kata KMO Club Batch 37
Kelompok 11 Dandelion
Jumlah Kata : 322
---
Wanda diam menatap langit yang mendung, mendukung suasana kacau ini. Matanya mulai berkaca-kaca. Mela yang dari tadi diam seribu bahasa, kini beralih ke sebelah Wanda. Mengusap punggungnya pelan. “Aku juga minta maaf, Wanda, aku tak percaya dengan kata-katamu saat itu, aku justru menerima Bunga,” ucap Mela memohon maaf. Yang diajak bicara tetap diam, membiarkan suara jangkrik masuk ke pendengarannya.
“Besok adalah rencana terbesarku dengan Mega dan Ara.” Ucapannya terhenti. Tangannya mengepal kuat. “Namun aku tak akan menjalaninya,” lanjutnya pelan.
“Kenapa? Lanjutkan saja hingga tuntas. Sudah terlanjur jauh,” ketus Wanda membuat dua orang di sebelahnya merinding.
“Hey, dengar, aku sudah menyesali semua ini, ku mohon, maafkan aku. Aku bahkan tak tahu akan ke mana jika kau tak memaafkan aku, hubunganku dengan Mega pasti akan retak,” tutur Bunga dengan suara kacau.
“Bukan urusanku.” Lagi-lagi ucapannya ketus. Mela menghembuskan napasnya kasar.
“Jadi, sekarang bagaimana, Bung? Aku gak punya ide,” jujur gadis penyuka komik itu.
“Aku tidak akan melakukan rencana busuknya, izinkan aku menjadi teman kalian, ya?”
“Bisa saja ini rencana mereka lagi, Mel, kau jangan terlalu naif.” Kini Wanda bangkit dari duduknya. “Terima kasih infonya, Bung, ini lebih dari cukup,” ucapnya sebelum berlalu.
Mela tak mengikuti langkah Wanda. “Itu yang kau bingungkan ya, Bung? Aku juga gak tahu harus bagaimana, tapi jika kau benar-benar ingin berubah, akan ku bantu. Dengan syarat, jangan bilang-bilang ke Wanda dulu! Dia pasti sedang sensitif denganmu, hihi,” ujar Mela memberi solusi.
Mata Bunga berkaca-kaca, ia terharu. Lalu berhambur memeluk Mela. “Aku harus apa, Mel? Hiks,” tanyanya sedikit terisak karena air matanya telah tumpah. Sejenak mata keduanya bertemu, lalu Mela menatap rumput di bawah kakinya.
“Ya, keputusanmu sudah benar, kok. Setidaknya kau tidak melukai Wanda terlalu dalam, ‘kan?” jawab Mela. “Kalau boleh tahu, rencana apa yang kalian siapkan untuk besok?”
“Meracuni Wanda,” jujurnya pelan, tapi Mela dapat mendengarnya karena keadaan di sana memang sepi. Mata Mela melotot tak percaya. “Tenang, aku gak bakal ngelakuin itu,” lanjut Bunga mencoba menjawab kekagetan Mela.
27:Aneh
Sarapan Kata KMO Club Batch 37
Kelompok 11 Dandelion
Jumlah Kata : 335
---
“Ka … kau serius punya rencana sekejam itu?” tanya Mela masih tak percaya. Gadis di sebelahnya menunduk lesu lalu mengangguk pelan. “Dan H-1 kau ingin membatalkan?” tanyanya lagi.
“Iya, aku ingin menuruti nuraniku. Sejak awal melakukan ini, aku selalu mengikuti logika tak masuk akal yang terus membela Mega, semua yang ku lakukan demi Mega, demi pertemanan aku, Mega, dan Ara.” Penjelasannya ia hentikan tuk mengambil napas lalu menghembuskannya. “Sekarang aku sadar, aku sadar segala kesalahanku. Makanya aku ingin menceritakan ini semua, tadinya aku hanya ingin menceritakan ini padamu, tapi kau selalu bersama Wanda, apa boleh buat.”
“Baiklah, aku paham, untuk sementara ini, aku akan mencoba menjelaskan hal ini baik-baik pada Wanda. Saat bertemu kami, sebisa mungkin jangan bersama Mega agar kau dipercayai Wanda. Siap?” ujarnya dengan wajah yang mulai ceria.
“Siap!” jawab Mela mantap.
***
Setelah kejadian belakang gudang, Bunga lebih banyak menghabiskan waktunya sendiri atau bergabung dengan teman sekelasnya selain Ara. Ia berusaha menghidari Mega dan Ara. Di sisi lain, Mela tetap selalu bersama Wanda. Hanya saja, kini keduanya lebih memeluk kesunyian. Mela masih memikirkan bagaimana cara terbaik agar Wanda mau mendengarkan penjelasannya. Sedangkan Wanda tidak ingin memusingkan kejadian itu, ia fokus pada competition yang sudah semakin dekat. Walaupun demikian, Wanda malas untuk memulai percapakan, ia berbicara pada Mela hanya untuk mengajak.
Pagi ini kelas masih renggang, hanya satu-dua murid yang sudah lalu lalang. “Awanda!” panggil seseorang. Merasa terpanggil, Wanda yang baru saja meletakkan tasnya, berbalik badan dan menghampiri orang tersebut.
“Kak Bulan? Ada apa?” tanya Wanda dengan kening berkerut.
“Nanti saat istirahat ke kelasku, ya!” titahnya setengah berbisik. Sebelum dijawab, Bulan melanjutkan, “Ajak Mega juga! Jangan lupa! Daaah ….” Bulan meninggalkan Wanda dengan seribu satu pertanyaan di kepalanya.
Mungkin ada arahan dari panitia, tapi kenapa harus aku yang mengajak Mega? Sial. Batin Wanda kesal dan kembali ke bangkunya menunggu bel berbunyi.
Di lain arah, Mela mendengar percakapan singkat antara Bulan dan Wanda. Ia merasa sedikit aneh dengan ajakan Bulan, ada yang berbeda. Kegiatannya untuk masuk kelas terhenti untuk berpikir, ada yang tidak beres.
28:Istirahat
Sarapan Kata KMO Club Batch 37
Kelompok 11 Dandelion
Jumlah Kata : 333
---
Mela memutuskan berbalik arah dan mengurungkan niatnya untuk masuk kelas. Ia mencari Bunga. Tak butuh waktu lama, matanya telah menangkap sosok yang dicarinya. “Bunga!” panggilnya menghentikan langkah empunya nama.
Bunga berbalik badan mencoba menangkap asal suara. “Mela?” Kini keduanya saling menghampiri. Tas masih tergantung di pundak masing-masing. “Baru dateng, Mel? Tumben.” Basa-basi Bunga lontarkan.
“Hehe, nanti istirahat ikut aku, yuk!” ajak Mela to the point. Tentu saja Bunga kebingungan. “Ada sesuatu yang ingin ku cari tahu, tentang Wanda dan Mega,” lanjutnya memberi penjelasan. “Aku ke kelasmu, Bung, sampai jumpa nanti,” imbuhnya diikuti kepergiannya dari hadapan Bunga.
***
“Hey,” panggil Wanda ke salah seorang yang tengah berlalu lalang di depan kelas X MIA-5. Tatkala panggilannya dihiraukan, Wanda melanjutkan, “Tolong panggilkan Mega, hehe, terima kasih.” Tanpa menjawab, orang tadi memanggil Mega dan berlalu begitu saja.
“Lah, siapa yang nyari?” celetuk Mega sesampainya di pintu. Ia tak menganggap keberadaan Wanda. Tentu saja Wanda makin malas, tapi itu adalah amanah yang diberikan Bulan.
“Aku yang nyari,” sahut Wanda dengan nada datar. “Kata Kak Bulan, kita disuruh ke kelasnya saat istirahat, ayo! Don’t wasting time,” lanjutnya dengan langkah menjauhi kelas tersebut.
“Aku nyusul nanti.” Jawaban Mega membuat langkah Wanda terhenti dan berbalik arah dengan langkah cepat.
“Kau bercanda? Gak lucu!” ketusnya.
“Oh girl, kenapa? Masalah? Sebentar saja, perutku meronta-ronta ingin diisi, duluan saja,” jawab Mega santai. “Lagi pula cuma Kak Bulan, kan? Bukan guru dan dia gak bilang harus sesegera mungkin,” imbuhnya. “Atau … kau takut lalu akhirnya harus berdua ke sana bersamaku, haha.” Hal tersebut membuat Wanda menggeram kesal.
Sebenarnya ucapan Mega ada benarnya, Bulan tak mengatakan harus cepat atau tidak, apa yang akan dilakukan Bulan pun tak jelas, juga dirinya tak nyaman jika harus berdua saja dengan kakak kelas. Aku gak takut, sih. Cuma canggung saja, sial. Batinnya bersuara. Mau tak mau, demi harga dirinya, ia menuju kelas Bulan sendiri.
“Eh, woy, tunggu!” Teriakan memekikkan suara itu membuatnya makin kesal. Wanda membalikkan badannya kemudian menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.
“Gak jelas banget! Cepat! Wasting time,”
29:Tertangkap
Sarapan Kata KMO Club Batch 37
Kelompok 11 Dandelion
Jumlah Kata : 318
---
Sebelum bel istirahat berbunyi, Mela sudah keluar kelas dengan dalih izin ke toilet. Lalu ia segera meluncur ke kelas X MIA-5 tuk memanggil Bunga tatkala bel berbunyi. Kini keduanya telah bersembunyi dibalik buku di depan kelas Bulan.
“Wanda dan Mega belum sampai, Mel,” bisik Bunga melihat keadaan. Mela mengangguk setuju. “Kok tumben, ya? Biasanya Wanda suka gercep,” lanjutnya sedikit heran.
Mela menaikkan kedua bahunya. “Mungkin lagi berantem sama Mega, haha,” tebak Mela. Lalu keduanya terkekeh pelan. Tak lama setelah itu, Bulan berada di samping pintu, sedang berdialog dengan seseorang yang mereka yakini satu angkatan dengan Bulan.
“Plan A?” tanya seseorang itu pada Bulan.
“Yap, kau tunggu saja di sana.” Jawaban Bulan membuat Mela dan Bunga saling menatap hingga tak sadar buku yang mereka gunakan tuk menyamar sedikit terbuka. “Mela?” Si empunya nama terkejut, apalagi suara itu sudah akrab di telinganya.
Mela dan Bunga merutuki nasib sial yang mereka dapat. Mela hanya membalas dengan senyuman dan menganggukkan kepala, tanda membalas panggilan. Di sebelahnya, Bunga ikut tersenyum, kikuk.
“Kenapa membaca buku di sini? Perpustakaannya penuh?” tanya Bulan pura-pura polos. Teman di sebelahnya tersenyum sinis.
“Sepertinya mereka dengar, plan B saja! Good luck!” titah orang itu lalu pergi entah ke mana. Bulan menjawab dengan anggukan mantap. Kini matanya beralih ke Mela.
“Jadi?” tanya Bulan, lagi.
“Tadinya aku ingin menanyakan sesuatu, Kak, tapi kelihatannya Kakak sibuk, jadi enggak jadi, deh, hehe. Ayo Bung kita ke kantin!” Tangan Mela menarik pergelangan tangan Bunga menjauhi Bulan yang sudah tersenyum penuh kemenangan melihat kepergian keduanya.
“Naif sekali,” desis Bulan.
Selang beberapa detik, “Permisi, Kak.” Tampaklah dua makhluk yang ditunggu-tunggu.
“Apa ada masalah? Kalian lumayan lama, hehe,” tanyanya basa-basi.
“Ada, Kak. Tadi ada yang plin-plan,” jawab Wanda tegas sembari melirik orang di sebelahnya.
“Dih, ngapain lirik-lirik,” desis Mega.
“Haha, I see, baiklah. Aku hanya ingin menanyakan, apakah nanti sore kalian ada waktu? Ada yang ingin ku sampaikan, tentang competition,” ujarnya sembari menatap Wanda dan Mega bergantian.