Dhila
Sinopsis
Tags :
Brokenhome
- Sarapan Kata KMO Club Batch 38
- Kelompok 20
- Jumlah Kata 350
Semua orang pasti menginginkan orang tua yang utuh dan juga harmonis. Lalu, apa jadinya jika salah satu di antara mereka telah pergi untuk selamanya, dan bagaimana jika kamu yang di salahkan penyebab kepergiannya. Dikucilkan, dicaci, bahkan dipukul, itu sudah menjadi makanan sehari-hari bagi seorang Nur Fadillah yang kerap di sapa Dhila. Walaupun hatinya sudah lelah akan kejamnya mereka, tetapi bagaimanapun sakitnya ia tidak bisa membenci keluarganya sendiri.
Dhila seorang gadis remaja yang berparas cantik tetapi dia harus kehilangan kasih sayang dari Bunda serta Abangnya. Semenjak, kepergian sang Ayah yang sangat ia cintai, sang pahlawan dan cahayanya di saat dia berada dalam kesulitan dan kegelapan. Walaupun ia sudah tidak di anggap lagi dari bagian keluarga Yusuf, tetapi bagi Dhila tidak ada yang abadi di dunia ini, sama seperti halnya ke benci keluarganya perlahan akan memudar seiring berjalannya waktu.
Ketika ia baru memasuki bangku kuliah, ia harus berhenti kuliah demi bisa bekerja untuk keluarganya. Cita-cita yang sudah dari dulu ia impikan harus kandas, tetapi walau begitu ia tidak akan menyerah walau cita-citanya tidak bisa ia gapai kembali.
Tepat hari ini ia akan memulai bekerja sebagai Waiters di salah satu rumah makan ternama di Makassar. Senyumnya terus merekah menyapa seluruh pelanggan yang datang, walau ada rasa sakit di hatinya kala mengingat kejadian semalam.
Sebelum hari dimana ia di terima bekerja, ia harus merasakan siksaan terlebih dahulu sebelum ia benar-benar di beri izin untuk bekerja di rumah makan tersebut. “Dhila, jangan melamun terus liat ada yang pengen pesan tuh,” tegur Aira, salah satu waiters ketika melihat Dhila terus saja melamun. “Ahh iya, maaf ya soalnya gak terlalu fokus.” Ucap Dhila tersenyum sambil berlalu pergi untuk melayani pelanggan lain.
Sudah lebih 2 jam ia melayani pelanggan yang berdatangan. Tetapi sialnya sakit itu kambuh lagi, sakit di bagian kepala begitu menyiksanya sampai akhirnya mimisan. “Ihh, Dhila lo kok mimisan? Mending lo istirahat aja dulu biar gua yang ganti in lo aja,” ucap Dimas ketika melihat darah di hidung Dhila tidak berhenti-henti juga. “Makasih ya Dimas, maaf ngerepotin kamu.” ujar Dhila sambil membersihkan sisa-sisa darah yang masih menempel. Dhila pun pergi ke ruangan khusus karyawan, untuk mengistirahatkan tubuhnya.
- Sarapan Kata KMO Club Batch 38
- Kelompok 20
- Jumlah kata 308
Sesampainya di ruangan tersebut Dhila langsung mendudukkan tubuhnya di lantai sambil bersandar ke dinding, dalam diam ia mulai memikirnya kejadian demi kejadian yang ia lalui bersama keluarganya di masa lalu.
Apakah ia bisa mengulang hal itu kembali? Ahh, sudahlah memikirnya saja sudah mustahil bagi Dhila untuk kembali seperti dulu. Tanpa sadar ia mulai meneteskan air matanya karena kerinduan yang amat mendalam, kerinduan yang hanya bisa ia pendam seorang diri.
Matahari berganti dengan bulan, ini saatnya bagi Dhila untuk pulang ke rumahnya agar bisa mengistirahatkan tubuhnya yang lelah itu. Baru saja sampai, bundanya sudah ada di depan pintu bukan untuk menyambut kedatangan Dhila, tapi untuk menyuruhnya membuatkan makanan.
Dhila hanya bisa pasrah ketika di suruh, walau bagaimanapun lelahnya ia tidak mau membantah kata bundanya. Selesai dengan tugasnya untuk membuat makanan, Dhila langsung saja pergi ke kamar untuk mengistirahatkan tubuhnya yang sangat lelah itu.
Baru beberapa jam tertidur Dhila langsung bangun karena mimpi itu, mimpi yang mengingatkan Dhila akan kenangan yang pahit dimana dirinya yang harus di salahkan karena kematian dari sang ayah tercinta. Keringat mulai bercucuran dan badan yang mulai bergetar, jangan lupa dengan sesak di dada dan rasa sakit yang luar biasa pada kepalanya itu.
“Argh, k-kenapa mimpi itu datang lagi hiks, kenapa ya Allah, hiks?” ucapnya sambil terisak, tak lama dia pun mulai mengambil sesuatu di dalam laci dan dapat. Ia mulai meminum obat itu dan bersandar pada dinding sambil menunggu rangsangan obatnya bekerja.
“Sampai kapan aku harus meminum obat ini,” ucapnya, sambil melihat obat yang ia pegang. “Ayah, Dhila pengen nyusul ayah aja hiks, Dhila udah capek hidup seperti ini. Ayah katanya sayang sama Dhila, tapi kok ayah malah pergi ninggalin Dhila hiks,”
“Dhila capek yah hiks, Dhila udah capek sama semua ini hiks.” Ucap Dhila sambil terisak. Tak lama setelah itu akhirnya, ia tertidur di lantai yang dingin tanpa beralaskan dengan mata yang sedikit sembab.
- Sarapan Kata KMO Club Batch 38
- Kelompok 20
- Jumlah Kata 329
***
Esok harinya dengan tega bundanya menyirami Dhila yang masih terlelap tidur, dengan segera Dhila pun terkejut dan bangun sambil melihat bundanya dengan tubuh yang gemetar antara takut dan kedinginan.
"Enak ya jam segini belum bangun juga, tuh lihat cucian sama piring numpuk di dapur cepat bersihin terus buat makanan, habis itu baru kamu bisa pergi bekerja.” Ujar Ayu, ibunda Dhila sambil berlalu.
Dhila buru-buru bangkit untuk melakukan pekerjaan rumah agar bundanya tidak memarahi dia. Selepas semua pekerjaan rumahnya selesai, Dhila bergegas untuk mandi agar tidak telat untuk bekerja. Ia pun mulai untuk berpakaian yang rapi dan menata hijab yang ia kenakan untuk bekerja.
Sesampainya di tempat kerjanya, ia langsung membantu karyawan yang ada untuk sekedar membersihkan tempat itu terlebih dahulu sebelum di buka agar tempat itu bersih sebelum pengunjung datang.
Sejenak Dhila melupakan semua masalah yang ia hadapi. Semoga saja hari ini penyakitnya tidak kambuh dulu, karena ia takut merepotkan karyawan lain apalagi ia karyawan baru disini, bisa di pecat dia kalau sering izin.
“Dhila, layani yang di meja 12 dulu ya soalnya gua kebelet nih” ucap Aira sambil berlalu di hadapan Dhila. Mungkin ia sudah tidak tahan lagi. Dhila mulai berjalan menuju meja yang di sebutkan Aira tadi, sesampainya di sana ia mulai melayani pengunjung itu dengan ramah dan lembut.
Selepas melayani pengunjung yang datang, Dhila meminta izin untuk istirahat sebentar karena kewalahan melayani pengunjung yang terus berdatangan tiada hentinya. “Huft capek banget ya Allah, mana gerah lagi,” ucap Dhila sambil mengipasi dirinya dengan tangan.
Dimas pun datang sambil menyodorkan minuman ke arah Dhila, Dhila pun menerimanya dengan senang hati karena dirinya benar-benar kehausan saat ini, tak lupa ia juga berterima kasih kepada Dimas karena telah memberikan minuman kepada Dhila.
Hari mulai larut saatnya para karyawan pulang untuk mengistirahatkan tubuh mereka, tapi tidak dengan Dhila karena ia harus menunggu Aira yang masih ada urusan dengan Andi, sang Accounting di rumah makan tersebut.
Setelah Aira sudah menyelesaikan urusannya dengan Andi, barulah Aira bisa mengantar Dhila untuk pulang ke rumahnya.
- Sarapan Kata KMO Club Batch 38
- Kelompok 20
- Jumlah Kata 329
***
Dalam perjalanan pulang Aira pun mulai bertanya kepada Dhila “Dhila, lo kok gak bawa motor aja sih? Bukannya apa ya, tapi gua tuh kasian liat lu yang terus nungguin gua lama banget bahkan berjam-jam,” tanya Aira pasalnya Aira belum pernah melihat Dhila mengendarai motor untuk ke tempat kerja mereka.
“Jangan di masukin dalam hati ya La, gua tuh Cuma kasian aja sama lu yang rela nungguin gua pulang walau shift kita tuh beda.” Lanjut Aira, karena ia tidak ingin Dhila sakit hati mendengar ucapannya tadi.
“Ehh enggak kok Ra, aku sebenarnya gak di bolehin pake motor makanya nebeng ke kamu, gak papa kan Ra?” tanya Dhila kepada Aira. “Gak papa kok La, tapi emang lu gak apa-apa gitu kalau nungguin gua?” tanya Aira lagi, untuk memastikan kepada Dhila.
“Ehh, gak apa-apa kok aku nunggu kamu lama, yang ada ya aku tuh malah ngerepotin kamu ya,” tanya Dhila karena selalu merepotkan Aira saja. “Gak papalah, sans aja kalau sama gua mah,” Ucap Aira sambil tersenyum.
"Btw udah sampai nih,” ucap Aira kepada Dhila, karena mereka sudah sampai ke depan rumah Dhila. “Oh iya makasih ya tumpangannya Aira maaf ngerepotin kamu ya, mm Aira gak mau mampir dulu?” tanya Dhila kepada Aira saat ia turun.
“Kapan-kapan aja deh La, ok gua duluan ya.” Ucap Aira sambil melajukan kendaraannya. Setelah Aira sudah tak terlihat barulah Dhila masuk ke dalam rumahnya, di dalam rumah, Dhila tak pernah di sambut dengan hangat yang ada hanyalah kebencian Ayu, ibunda Dhila.
“Assalamu’alaikum Bunda,” ucap Dhila sambil ingin meraih tangan Ayu, tetapi segera Ayu tepis. Ayu hanya berlalu begitu saja tanpa sepatah kata yang keluar dari mulutnya. Dhila yang melihat Hal tersebut hanya bisa menghela napas dan pasrah akan sikap bundanya itu.
Jika Dhila protes akan sikap Bundanya, yang ada nanti Bundanya bakal memarahinya dan akan menambah kebencian Bunda terhadap dirinya itu.
Ahh, memikirnya saja sudah membuat ia sakit kepala, apalagi jika melakukannya pasti akan mendapatkan sakit hati akibat kata-kata yang sudah pasti akan membuat ia terluka.
- Sarapan Kata KMO Club Batch 38
- Kelompok 20
- Jumlah Kata 314
***
Dhila memasuki kamarnya sambil merebahkan tubuhnya, ia jadi bingung sendiri dengan sikap keluarganya, kenapa harus ia yang di salahkan atas kematian ayahnya.
Padahal ia hanyalah gadis yang tidak tau apa-apa, tetapi kenapa harus ia, kenapa? Tanpa terasa air matanya mengalir ketika mengingat ketidak adilan yang ia terima ketika kepergian ayahnya.
“Sakit banget sih,” ucap Dhila ketika ia merasakan sakit di bagian kepalanya lagi. “Kenapa akhir-akhir ini kepalaku makin sakit aja ya, apakah penyakit itu tambah parah.” Monolognya sambil memegangi kepalanya yang begitu sakit.
Dhila mencari obat penghilang rasa sakit, tapi tunggu kok ia tak menemukan obat itu lagi di dalam laci. Ahh sial, ia melupakan bahwa obatnya sudah habis, terpaksa ia hanya bisa menahan rasa sakit itu dengan menahan sakitnya.
Dhila yang tak tahan pun mulai menangis akan sakit yang begitu ia derita bukan hanya kepalanya yang sakit tapi juga dengan hatinya.
Dhila sudah lelah akan semua hal itu, fisik dan hatinya sudah begitu sakit ketika mengingat kembali perlakuan bundanya terhadapnya. Tanpa terasa Dhila mulai terlelap dengan rasa sakit yang masih ada.
***
“Heh, anak pemalas bangun cepat,” ucap Ayu kepada Dhila ketika ia melihat Dhila yang belum bangun juga, tanpa belas kasih Ayu pun segera mengguyur air ke arah Dhila, agar Dhila mau bangun.
Dhila yang dapat siram secara tiba-tiba pun terkejut dan langsung saja bangun dari tidurnya. “Enak banget ya kamu jam segini masih tidur, gak ada kapok-kapoknya ya kamu. Saya kan sudah bilang kalau kamu itu harus bangun lebih awal, agar bisa beberes rumah dan masak tapi kenapa kamu gak dengerin saya, hah!” bentak Ayu.
Tanpa belas kasih ia mulai menarik rambut Dhila dan menyeretnya ke luar kamar. “B-bunda, kepala Dhila sakit Bun,” ucap Dhila sambil menangis. Ia sudah tidak bisa menahan rasa sakit di kepalanya di tambah Ayu juga menarik rambut Dhila dengan kencang.
Ayu tidak menghiraukan ucapan Dhila, ia terus menyeret Dhila ke dalam gudang untuk di kasih pelajaran.
- Sarapan Kata KMO Club Batch 38
- Kelompok 20
- Jumlah Kata 338
***
"Hari ini kamu lagi off kerja kan, maka dari itu saya akan kurung kamu disini. Ingat Dhila ini sebagai pelajaran buat kamu yang sering malas-malasan, saya bakal kurung kamu disini dan gak akan saya kasih makan biar kamu tau rasa.” Ucap Ayu berlalu dari hadapan Dhila dan mengunci Dhila di dalam gudang tersebut.
Dhila yang berada di dalam hanya bisa pasrah dengan keadaan ini, walau ia sekuat tenang buat menjelaskan kepada Bundanya tetap saja tak akan di pedulikan.
Dhila yang masih di dalam hanya bisa menangis dan menahan rasa sakit di kepalanya. “Argh, sakit banget Bunda, kepala Dhila sakit hiks, Dhila udah gak kuat lagi bun hiks,” ucap Dhila sambil menangis.
“Bunda, Dhila mohon buka pintunya. Dhila gak mau tetap disini bun, t-tolong Dhila.” Perlahan-lahan penglihatannya mulai mengabur dan terjatuh di lantai yang sangat dingin itu, Dhila tak sadarkan diri karena efek belum sarapan dan sakit yang menjalar ke kepala Dhila.
Beberapa jam kemudian Dhila pun mulai sadar, tapi tunggu kenapa ia ada di kamarnya? Bukankah tadi dia berada di gudang, tapi kenapa ia bisa berada di sini.
“Ahh, sudahlah gak usah di pikirin nanti kepala aku makin sakit lagi.” monolognya sambil beranjak dari tempat tidurnya. Ahh ia lupa seharusnya hari ini ia ada pemeriksaan dengan dokter.
“Bunda,” panggil Dhila, Ayu hanya melirik sekilas dan ingin beranjak tetapi Dhila menahan tangannya. “Apa-apaan kamu jangan sentuh saya, saya gak mau di sentuh oleh anak yang telah membunuh suami saya!” bentak Ayu tepat di hadapan Dhila.
Dhila yang mendapat perlakuan tadi hanya bisa minta maaf kepada sang Bunda. “Bunda, Dhila boleh gak keluar sebentar soalnya Dhila pengen beli barang, bentar aja Bun,” Ucapnya, Dhila berharap Ayu mau mengizinkannya untuk membeli barang yang sangat penting itu.
“Mau kamu kemanapun saya gak akan larang kamu, mau kamu gak pulang sekalipun di rumah ini saya gak akan rugi.” Ucap Ayu sambil berlalu pergi dan meninggalkan Dhila yang menahan rasa sakit yang ada pada hatinya itu.
Sakit di kepalanya tak sebanding dengan sakit yang ia rasakan ketika Bundanya sudah tak memedulikan ia lagi.
- Sarapan Kata KMO Club Batch 38
- Kelompok 20
Jumlah Kata 312
***
Setelah melamun cukup lama Dhila pun bergegas untuk ke tempat yang akan ia tuju, yaitu rumah sakit. Tak lama Dhila pun sampai di tempat yang ia tuju, Dhila segera menemui dokter Andre untuk cek up.
Dhila pun mengetuk pintu ruangan dan masuk, dokter Andre langsung menyambut Dhila dengan senyumnya. “Kenapa baru datang sekarang Dhil,” ucap dokter Andre saat melihat Dhila masuk ke ruangannya.
“Hehehe, Dhila baru ambil off makanya baru dateng,” ucap Dhila sambil cengengesan dan mengaruk kepalanya yang tidak gatal. “Dasar kamu ya, kalau penyakitnya tambah parah gimana, hmm?” tanya Andre sambil menatap Dhila dengan serius.
Dhila yang di tatap seperti itu langsung saja menjawab pertanyaan Andre, “Kalau emang penyakit Dhila udah parah ya mau gimana lagi kan udah takdir kan dok.” Andre yang mendengar perkataan Dhila langsung saja di buat diam.
Andre mulai melihat hasil pemeriksaannya dan saat itu juga wajahnya berubah, Dhila yang melihat perubahan wajah dari dokter Andre, langsung saja bertanya “Dok gimana hasil pemeriksaannya?” ucap Dhila dengan wajah bingungnya.
Andre yang mendengar pertanyaan Dhila, langsung saja tersadarkan dari lamunannya. Dhila mulai bertanya lagi “Gimana hasilnya dok, apakah penyakit Dhila perlahan pulih atau tambah parah?” ucap Dhila kepada Andre.
Andre yang mendengar perkataan Dhila langsung saja menghembuskan nafasnya lelah. “Dhila, saya harap kamu bisa sabar dan kuat ya menjalankan semua ini.” Ucap Andre sambil menyodorkan kertas yang ia pegang.
Dhila mulai membaca dan mulai memahami tulisan yang ada di kertas tersebut. Dhila hanya bisa menangis ketika melihat hasilnya, Andre yang melihat itu langsung saja menenangkan Dhila agar lebih kuat.
“Dok, ini pasti bercanda kan, penyakit Dhila pasti belum sampai stadium 3. Ini pasti salah kan dok?” tanya Dhila kepada Andre, dia yakin pasti Andre salah mengeceknya.
Andre yang mendengar perkataan Dhila lagi-lagi merasa kasihan kepadanya, “Dhila, Dhila pasti bisa melalui ini semua Dhila kan anak yang kuat, dokter yakin Dhila pasti bisa sembuh kok.” Ucap Andre untuk menyemangati.
- Sarapan Kata KMO Club Batch 38
- Kelompok 20
- Jumlah Kata 327
***
"Apakah kanker otak stadium 3 ini bisa sembuh, dok?” tanya Dhila, Andre yang mendapat pertanyaan ini langsung saja memanggukkan kepalanya sambil berkata “ini bisa sembuh asal kamu rutin buat kemoterapi.” Jawab Andre.
Dhila yang mendengar perkataan itu langsung saja terdiam, bagaimana bisa ia melakukan kemoterapi sedangkan ia hanya bekerja sebagai waiters yang gajinya bisa di bilang pas, belum lagi untuk membiayai dirinya semenjak orang tuanya sudah tidak memedulikannya lagi.
“Hm, Dhila kayaknya gak bisa kemo deh dok, soalnya mau dapat biaya dari mana. Dan juga Dhila kan udah gak di biayai lagi sama keluarga Dhila jadi gak usah deh dok buat kemo-kemo gitu,” Andre yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas.
“Tapi, ini juga demi kamu, Dhila” ucap Andre, “Ya sudah terserah kamu aja, saya gak bisa memaksakan kehendak Dhila.” Melanjutkan ucapannya ketika melihat Dhila yang tak mengeluarkan sepata kata apapun.
Setelah keluar dari ruangan dokter Andre, ia langsung saja ke apotek untuk menebus obatnya. Setelah itu ia tak langsung pulang ke rumah, ia langsung saja mendudukkan dirinya ke kursi panjang yang berada di taman rumah sakit.
Dhila mulai menangis karena masih memikirkan hal yang baru saja terjadi di ruangan dokter Andre. Tak lama ada yang mengagetkan Dhila, seorang gadis cantik ramah senyum tengah memandang Dhila sambil melambaikan tangan.
Dhila yang melihat itu pun segera menghapus air matanya, dan memandang gadis yang di depannya itu dengan mengerutkan keningnya, merasa heran karena bisa-bisanya gadis di depannya ini mengagetkan dan tersenyum ke arahnya padahal Dhila tak mengenal gadis itu.
“Hai, Kenalin nama gua Nur Aisyah lu bisa panggil gua Icha,” ucap gadis tersebut sambil mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Dhila.
Dhila yang melihat itu langsung saja tersenyum dan berkata “Kenalin nama aku Nur Fadillah, kamu bisa panggil aku Dhila,” balas Dhila sambil menerima uluran tangan dari gadis yang berada di depannya itu.
“Ehh pake aku-kamu ya, maaf gak tau hehehe,” ucap Icha sambil cengengesan ke arah Dhila. “gak apa-apa kok, kan baru kenal juga.” Jawab Dhila sambil tersenyum ramah.
- Sarapan Kata KMO Club Batch 38
- Kelompok 20
- Jumlah Kata 327
***
“Ohiya, kamu tadi kenapa nangis, ada masalah ya?” tanya Icha, mulai memecahkan keheningan di antara mereka. “Oh, tadi Cuma kelilipan debu makanya air mata aku keluar hehehe,” jawab Dhila, ia tidak mau menjawab dengan jujur karena tidak ingin ada orang yang tau tentang masalah yang ia hadapi.
Icha yang mendengar jawaban Dhila, hanya berOh ria. “Mm, aku panggil Ilha aja gimana, gak apa-apa kan?” tanya Icha waswas, takut Dhila tak menyetujui usulan nama panggilan Dhila.
“Kenapa harus panggil Ilha? Kan Dhila juga bagus.” Jawab Dhila sambil memandang Icha. “Hehehe biar beda gitu sama yang lain, bisa di bilang itu nama panggilan spesial dari aku,” Dhila yang mendengar hal itu pun hanya bisa tersenyum dan memanggukkan kepalanya tanda ia setuju akan nama baru yang ia dapatkan dari gadis yang baru beberapa menit ia kenal.
“Ohiya, minta nomor whatsapp kamu dong biar kita makin akrab gitu,” ucap Icha sambil menyodorkan hp nya kearah Dhila. Dhila pun mulai mengetik nomornya dan mengembalikan hp Icha ketika ia sudah mengetik nomor.
Akhirnya Dhila pun pulang ke rumahnya tapi baru sampai di ruang keluarga, bundanya muncul dan berkata “Masih ingat pulang kamu, saya kira kamu gak akan pulang lagi setelah mendengar perkataan saya tadi siang,” Dhila yang mendengar perkataan bundanya, ia hanya bisa menyembunyikan rasa sakit hatinya karena perkataan bundanya itu.
“Ohiya satu lagi, anak saya akan pulang, jadi saya harap kamu bisa menjauh dari anak saya, karena saya gak suka kamu dekat-dekat dengan anak saya.” Ucap Ayu sambil berlalu pergi.
Dhila yang mendengar bahwa abangnya itu akan pulang merasa bahagia, karena sudah lama ia tak bertemu dengan abangnya itu. Tapi apakah Abangnya tidak akan membenci Dhila, apakah ia akan menyayangi Dhila.
Ahh, memikirkannya saja sudah membuat Dhila pusing, apalagi jika sudah bertemu dengan abangnya itu. Dhila pun mulai memasuk kamarnya dan meminum obat yang baru di belinya tadi, tak lama ia pun mulai merebahkan badannya di ranjang dan tertidur karena efek obat tersebut.
- Sarapan Kata KMO Club Batch 38
- Kelompok 20
- Jumlah Kata 308
Malam pun tiba, Dhila mulai beranjak untuk membersihkan dirinya. Tak lama ia pun mulai memasak untuk keluarganya. Akhirnya makanannya pun matang, ia pun mulai memanggil bundanya untuk memakan makanan yang sudah ia siapkan tadi.
Akhirnya Ayu pun datang, tapi ia tak mengizinkan Dhila untuk makan bersama dia. Dhila yang sudah dapat tatapan melotot dari bundanya hanya bisa pasrah, ia mulai beranjak dari duduknya dan mendudukkan dirinya di atas lantai yang dingin sambil menikmati makanannya.
Malam mulai larut dan suasana mulai dingin, tetapi itu tidak membuat Dhila beranjak dari duduknya di balkon kamarnya. Dhila mulai menatap langit yang sangat cerah sambil tersenyum ia mulai berkata,
“Maka nikmat tuhan manakah yang kamu dustakan,” ucapnya masih dengan senyuman yang masih tercetak di bibir ranum nan indah itu. Seketika Dhila mengingat akan kenangannya dengan Almarhum Ayahnya, dulu waktu beliau masih hidup pasti akan membawa Dhila ke rooftop hanya untuk memperlihatkan langit malam yang bertabur ribuan bintang.
“Ayah, Dhila kangen liat bintang sama Ayah,” ucapnya, tak terasa air matanya mengalir karena mengingat masa-masa yang indah bersama sang Ayah. “Ayah apa kabar, Ayah di atas sana baik-baik aja kan? Ayah pasti udah bahagia ya karena tugas Ayah di dunia udah selesai,” Dhila melanjutkan ucapannya yang terjeda tadi.
“Ayah tau gak, Bunda udah gak sayang lagi sama Dhila karena Ayah pergi ninggalin kita. Terus juga Bunda selalu salahi Dhila atas kematian Ayah, katanya kalau saja waktu itu Ayah gak keluar buat cariin Dhila mainan, Ayah pasti gak akan kecelakaan.”
“Ayah, Dhila capek Yah hiks, Dhila udah capek sama semua ini. Dhila udah gak kuat buat menghadapi sikap Bunda yang kayak gitu, Dhila capek, Yah.” Ucapnya sambil menunduk dan mengusap air matanya.
Dhila hanya bisa menangis saja dan mengeluh kepada Tuhan, tanpa ada niatan untuk memberitahu orang lain akan sakit yang ia derita, sakit kanker stadium 3 dan sakit pada hatinya karena perlakuan Ayu terhadap dirinya.
Pasrah
- Sarapan Kata KMO Club Batch 38
- Kelompok 20
- Jumlah Kata 308
***
Tidak lama handphone yang berada di sampingnya berdering, Dhila yang mendengar itu langsung saja melihat handphone dan melihat nomor yang tidak di kenal terpampang di layar.
Dhila hanya melihatnya saja tanpa mau mengangkat telpon dari nomor yang tidak di kenal itu. Beberapa kali berdering, akhirnya Dhila pun menyerah dan segera memencet ikon hijau yang tertera di layar.
“Assalamu’alaikum, maaf ini siapa ya,” tanya Dhila kepada sang penelpon. “Wa’alaikumsalam, Ilha masih ingat Icha gak? Yang minta nomor kamu tadi, masih ingat kan?” jawab orang yang berada di seberang sana. Ternyata Icha, gadis yang tadi menghampirinya untuk mengajaknya berkenalan.
“Ohiya ingat-ingat, kirain tadi siapa yang nelpon tengah malam gini,” ucapnya sambil tertawa, setidaknya ia bisa melupakan kesedihannya walau cuma sesaat saja.
“Cuma mau bilang sih, jangan lupa ya save nomor aku. Udah dulu ya, aku Cuma mau bilang itu aja kok. Maaf mengganggu waktumu dan selamat malam, semoga mimpi indah ya,” Dhila yang mendengar itu pun langsung menjawab “Malam juga Icha, babay.” Jawabnya sambil mematikan sambungan telponnya.
Selepas menelpon dengan Icha, Dhila pun beranjak dari duduknya dan mengambil obat yang ada di dalam laci meja untuk ia minum, ini sudah menjadi rutinitas setiap hari bagi ia untuk meminum obatnya. Perlahan ia pun mulai menutup matanya untuk menuju alam mimpi.
Matahari pun menampakkan dirinya, pertanda pagi telah tiba. Dhila yang masih tertidur pulas harus di kejutkan dengan gedoran pintu yang sangat kencang, dengan segera Dhila membuka pintu tersebut.
Hal yang pertama ia dapatkan adalah siraman air yang sangat dingin, siapa lagi pelakunya kalau bukan Bundanya sendiri, yang dengan teganya menyiram anaknya sendiri dengan air yang sangat dingin itu tanpa ada rasa belas kasih.
Dhila yang mendapatkan perlakuan tersebut hanya bisa mematung dan menggigil akibat dinginnya air tersebut. Tak sampai di situ, Ayu dengan teganya menyeret Dhila menuju dapur, Dhilapun hanya bisa pasrah tanpa adanya perlawanan sedikit pun.
Telat
- Sarapan Kata KMO Club Batch 38
- Kelompok 20
- Jumlah Kata 324
***
“Sekarang bereskan ini semua dan jangan lupa buat sapu di semua ruangan tanpa terkecuali. Awas sampai ada yang tersisa, saya gak bakalan izinkan kamu buat kerja kalau sampai ada yang tidak kamu kerjakan apa yang saya suruh tadi.” Ancam Ayu, sambil berlalu di hadapannya.
Dhila hanya bisa mangguk patuh ketika mendengar suruhan serta ancaman dari Bundanya itu. Ia mulai mengerjakan semua pekerjaan yang di suruh oleh Bundanya, mulai dari mencuci, mengepel, serta menyapu semua ruangan yang ada layaknya seorang asisten rumah tangga saja.
Selesai dengan pekerjaannya ia pun mulai bersiap-siap untuk bekerja karna jam sudah menunjukkan pukul 07.35. Itu artinya setengah jam lagi ia harus sudah ada di tempat kerjanya, belum lagi buat cari kendaraan untuk sampai di sana.
Tapi sialnya, ia harus telat beberapa menit karena susah untuk mendapatkan angkutan umum untuk menuju ke tempat tersebut. Dhilapun buru-buru masuk untuk sekedar melaporkan kehadirannya, untungnya hanya terlambat beberapa menit saja tapi tetap saja nantinya gajinya akan di potong atas keterlambatannya itu.
Dhila tidak mempersalahkannya karena itu memang konsekuensinya ketika terlambat masuk walau hanya beberapa menit saja. “Lambat ya La,” tanya Dimas sambil mempersiapkan bahan-bahan minuman.
“Hehehe iya, soalnya tadi susah buat nyari angkot” jawabnya sambil membersihkan meja yang berada dekat dengan meja kasir. “Lain kali kalau gak ada angkot langsung telpon gua atau si Aira, biar nanti bisa di jemput.” ucap Dimas.
“Hehehe, gak apa-apa kok Dim, nanti juga malah ngerepotin kalian kalau harus jemput aku dulu. Cukup aku ngerepotin Aira, karena tiap jam pulang aku nebeng ke dia,” jawab Dhila, merasa tidak enak.
“Gak papa kok sans ajalah, La.” Ucap Dimas sambil berlalu pergi untuk mengambil bahan-bahan yang masih ada di dapur. Dhila yang mendengar itu bahagia, karena masih di kelilingi dengan orang baik.
Ia merasa sangat bersyukur karena bisa di pertemukan dengan orang-orang yang masih mau berteman dan membantunya.
Dhila pun tersadar dari lamunannya ketika Sidiq, salah satu barista yang ada disini itu menegurnya agak cepat menyelesaikan pekerjaan yang Dhila sedang lakukan.
Kambuh Lagi
- Sarapan Kata KMO Club Batch 38
- Kelompok 20
- Jumlah Kata 329
Tidak lama para pengunjung pun berdatangan, tempat yang tadinya sepi berganti kan dengan keramaian akibat pengunjung yang tidak henti-hentinya terus berdatangan untuk makan di tempat atau memesannya untuk di bawa pulang.
Secara hari ini adalah hari libur, di mana orang-orang akan bersantai atau berjalan-jalan untuk menikmati kuliner yang ada di sana. Dhila semakin kewalahan karena pengunjung yang membludak dari hari biasanya, ia tidak terbiasa dengan situasi yang sekarang.
“Dhila, lo baik-baik aja kan, gak ada yang sakit?” ucap Dimas ketika melihat wajah pucat Dhila. Dhila yang mendengar hal itu pun hanya bisa menggeleng, Dimas yang melihat hal itu pun berkata, “Kalau sakit istirahat aja La, lo juga harus jaga kesehatan lu sendiri. Lo jangan paksa in kalau emang lo sakit, La.” Ucap Dimas, karena merasa khawatir.
“Gak apa-apa Dim, aku Cuma kewalahan aja kok.” Ucapnya sambil berlalu pergi untuk melayani pengunjung yang baru datang. Dhila berbohong, bohong jika tidak ada yang sakit, bohong jika ia tidak lelah, ia sangat-sangat lelah di tambah sakit di kepalanya semakin menjadi-jadi.
Tetapi ia harus melakukannya, karena tidak mau merepotkan karyawan lain dan juga ia tidak mau terus-terusan istirahat. Nanti yang ada kalau bukan gajinya yang di potong atau di keluarkan dari pekerjaannya, dan Dhila tidak mau sampai hal itu terjadi.
Hari semakin siang, tetapi sakit di kepalanya belum juga reda. Dhila yang merasakan bahwa dirinya sudah tidak kuat lagi, perlahan meminta izin dulu untuk mengistirahat tubuhnya yang kelelahan itu. Sesampainya di ruangan khusus karyawan, ia langsung saja mencari obatnya di dalam tas dan dapat.
Ia langsung saja mendudukkan dirinya di atas lantai dan meminum obat yang ia pegang tadi. “Huft, capek banget. Sampai kapan aku harus meminum obat ini,” ucapnya sambil melihat botol obat yang ada di tangannya itu, “Apakah aku bisa sembuh jika rutin meminum ini? Tapi kan kata dokter Andre, aku harus menjalankan kemoterapi agar bisa sembuh.” Lanjutnya.
Sudah pasti mustahil baginya untuk bisa sembuh, bukankah sudah jelas perkataan dokter Andre tempo hari, bahwa kemungkinan ia bisa sembuh jika melakukan kemoterapi.
Lelah
- Sarapan Kata KMO Club Batch 38
- Kelompok 20
- Jumlah Kata 538
“Apakah Bunda akan peduli atau hanya membiarkan saja ketika tau penyakit yang aku derita sekarang ini. Apakah Bunda akan kembali sayang sama aku atau justru membuangku.” Monolognya, tak terasa air matanya mengalir.
Ia sudah tidak sanggup menjalani ini semua, berobat pun tidak akan membuat ia sembuh jika tidak di barengi dengan kemoterapi.
Malam pun tiba, saatnya bagi semua karyawan pulang untuk mengistirahatkan tubuh mereka. Tetapi beda dengan Dhila, ia harus menunggu Aira yang masih menyelesaikan pekerjaannya dulu dengan Andi karena ada sedikit masalah.
Dhila yang bosan pun hanya bisa memainkan pulpen yang berada di meja kasir. Cukup lama menunggu, akhirnya Aira pun keluar dari ruangan dan segera menghampiri Dhila yang menunggunya di meja kasir.
“maaf ya Dhil, lama banget ya nungguin gua sampai ngantuk gitu,” ucap Aira di barengi dengan kekehan karena melihat Dhila yang menidurkan kepalanya di meja.
Dhila yang mendengar itu pun langsung saja mengajak Aira untuk pulang, karena ia sudah tidak tahan lagi untuk membuka matanya akibat terlalu mengantuk.
Sesampainya di depan rumah, Dhila langsung berterima kasih dan berlalu begitu saja tanpa mau mendengarkan balasan dari Aira. Aira yang melihat hal itu pun memaklumi karena mungkin saja Dhila kelelahan.
Dhila memasuki rumahnya dan mengucapkan salam, tapi tidak ada yang menjawabnya. Ia mulai mencari keberadaan Bundanya tapi nihil, tidak ada siapa-siapa di dalam rumah tersebut.
Dia yang takut pun mulai menelpon dan menanyai keberadaan Bundanya itu. “Assalamu’alaikum, Bunda ada di mana? Kok Bunda gak ada di rumah,” tanya Dhila ketika sudah tersambung.
“Ngapain kamu nanya kayak gitu, seharusnya kamu senang karena saya tidak ada di rumah?!” Jawab Ayu.
Dhila yang mendengar jawaban dari Bundanya hanya bisa menghela napas, dan mulai bertanya lagi. “Bunda ada dimana, Dhila tadi udah nyariin Bunda di setiap ruangan tapi tetap aja gak ada. Bunda dimana?” tanya Dhila sekali lagi.
“Ck, saya lagi di rumah orang tua saya, jadi berhenti untuk menanyakan keberadaan saya.” “Ohiya, jangan lupa kamu harus bereskan semua pekerjaan rumah. Awas aja kalau saya pulang nanti tapi pekerjaan rumah belum beres!” Lanjut Ayu mengancam dan mulai mematikan sambungan telpon secara sepihak.
Dhila yang melihat hal itu pun langsung saja menjatuhkan dirinya ke sofa, hari yang sangat melelahkan bagi dirinya.
Permainan Takdir
- Sarapan Kata KMO Club Batch 38
- Kelompok 20
- Jumlah Kata 341
Selepas mengistirahatkan tubuhnya sebentar, ia pun beranjak menuju kamarnya untuk membersihkan dirinya dan mulai mengistirahatkan tubuhnya.
Perlahan ia pun mulai menutup matanya dan menuju alam mimpi. Beberapa jam berlalu, tetapi ia harus terbangun dari tidurnya karena mendapatkan mimpi yang sama.
Mimpi dimana ia harus kehilangan Ayahnya untuk selama-lamanya, mimpi itu akhir-akhir ini selalu mengusik dirinya dari tidur malamnya. Keringat mulai bercucuran, napas yang tidak teratur dan jangan lupa badan yang mengigil akibat mimpi itu.
“ARGH, AKU BUKAN PEMBUNUH. AKU GAK BUNUH SIAPAPUN, AKU GAK PERNAH BUNUH AYAH. KENAPA MIMPI INI DATANG LAGI, KENAPA, ARGH. Aku bukan pembunuh, hiks. Aku gak pernah bunuh siapa pun termasuk Ayah, hiks.” Elaknya sambil berteriak, perlahan suaranya melemah di akhir kalimat dan menangis sejadi-jadinya.
Dhila mulai menjambak rambutnya sendiri, ia lelah akan mimpi yang terus saja menghantui dirinya. Dhila mulai berpikir, Ini bukan kesalahannya, tapi kenapa mimpi itu terus saja menghantui dirinya.
Kenapa juga dirinya yang di salahkan, kenapa? Dhila hanyalah gadis remaja yang tidak mengerti apa-apa waktu itu, tetapi kenapa dirinya yang harus di salahkan akibat meninggalnya sang Ayah.
Apakah Tuhan sudah tidak sayang lagi kepadanya, atau Tuhan ingin melihat seberapa mampu ia bertahan. Tapi kenapa harus dirinya yang harus mendapatkan ini semua, kenapa bukan yang lain saja.
Dhila tidak habis pikir akan permainan takdir yang sekejam ini kepadanya. Rasa sakit di kepalanya tidak sebanding dengan sakit di hatinya. Sudah lama ia terus di salahkan oleh keluarganya akibat meninggalnya sang Ayah.
Sampai kapan ia harus menanggung kesalahan yang tidak ia perbuat, apakah ia harus mati dulu agar bisa di maafkan. Kalau iya, Dhila akan dengan senang untuk menerimanya, dan tak akan melakukan yang namanya kemoterapi agar ia bisa lebih cepat mati.
Dhila yang sudah tidak kuat lagi untuk menahan rasa sakit yang ada pada kepalanya itu pun langsung saja mengambil obat yang berada di laci, ia mulai menelan beberapa butir obat tanpa bantuan air.
Merasa sakitnya agak mendingan ia pun segera membaringkan tubuhnya untuk segera menuju alam mimpi, tak butuh waktu yang lama agar ia bisa tertidur kembali dengan rasa sakit yang masih terasa sedikit.
Janjian
- Sarapan Kata KMO Club Batch 38
- Kelompok 20
- Jumlah Kata 367
Pagi menjelang, matahari sudah menampakkan sinarnya. Dhila yang baru saja terbangun buru-buru untuk mengambil wudhu dan melaksanakan sholat subuh.
Selepas sholat ia tidak langsung beranjak dari duduknya, melainkan ia berdo’a agar ia dan keluarganya di beri nikmat kesehatan serta rezeki yang terus mengalir. Tidak lupa ia juga berdo’a agar keluarga termasuk Bundanya itu agar di bukakan pintu hatinya dan bisa menerima Dhila lagi dalam keluarganya.
Selepas berdo’a, ia buru-buru untuk mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasanya. Tapi tidak lama, suara deringan handphone berbunyi, Dhila pikir yang menelponnya adalah Bundanya tetapi itu panggilan masuk dari Icha, gadis yang pernah ia temui di rumah sakit waktu itu.
Dhila pun segera mengangkat telpon dari Icha, “Iya ada apa Cha, kok pagi-pagi gini udah nelpon aja. Ada perlu apa ya?” Tanya Dhila, karena heran kenapa Icha menelponnya sepagi ini.
“Hehehe gak papa kok, aku Cuma mau nelpon aja. Ohiya sama juga pengen ketemu kamu La, boleh kan?” jawab Icha di seberang sana.
“Ohiya, emang mau ketemu dimana? Ketemu di tempat kerja aku aja gimana, mau gak?” usul Dhila, pasalnya hari ini ia tidak boleh mengambil off dulu karena yang ada gajinya akan berkurang akibat di potong karena off.
“Mm, boleh deh, nanti sharlok ya lokasi tempat kerja kamu,” jawab Icha, merima usulan Dhila. “Ohiya, nanti aku share kalau udah sampai di lokasi. Tutup dulu ya Cha, sampai ketemu nanti.” Ucap Dhila langsung saja mengakhiri panggilan tersebut.
Bukannya apa, tetapi kalau dia ladeni Icha sekarang yang ada pekerjaan rumahnya gak beres-beres nanti. Selesai dengan pekerjaan rumah, Dhila pun pergi untuk membersihkan diri dan bersiap untuk bekerja.
Sudah setengah jam ia sudah menunggu angkot tetapi belum ada juga yang lewat, bosan menunggu akhirnya ia memutuskan untuk menelpon Dimas agar menjeputnya sekarang juga.
Dhila berharap Dimas mau menjemputnya untuk berangkat bekerja bersama. Tanpa pikir panjang ia mulai menelpon Dimas, panggilan pertama tidak ada jawaban sampai akhirnya panggil ke tiga Dimas mau mengangkat telponnya.
Dhila menjelaskan apa yang terjadi dan Dimas pun setuju. Tak butuh waktu lama Dimas pun sampai ke tempat dimana Dhila menunggunya, dengan segera Dhila menaiki motor yang di kendarai Dimas.
Dhila hanya takut jika mereka berdua akan terlambat, makanya ia buru-buru naik ke motor Dika dan dengan segera Dika menjalankan motor tersebut.
Kedatangan Icha
- Sarapan Kata KMO Club Batch 38
- Kelompok 20
- Jumlah Kata 333
Akhirnya mereka sampai juga, untung saja jalanan tidak macet jadi mereka bisa tepat waktu untuk sampai. Dhila dan Dimas buru-buru memasuki ruangan karyawan untuk mengabsen diri mereka dan membantu karyawan lain untuk membereskan tempat tersebut sebelum di buka kembali.
Tak lama para pengunjung mulai berdatangan tetapi jumlahnya tidak sebanding dengan hari kemarin, karena mungkin saja kemarin hari libur jadi tidak heran jika banyak yang memanfaatkan waktunya untuk sekedar santai ataupun jalan-jalan keluar.
“La, hp lo bunyi terus nih, angkat gih siapa tau penting.” Ucap Mila, salah satu kasir yang ada di rumah makan ini. Buru-buru Dhila menghampiri meja kasir dan melihat siapa yang menelponnya.
Ternyata Icha, baru saja Dhila ingin menggeser tombol berwarna hijau tetapi panggilannya langsung terputuskan. Dhila baru ingat seharusnya ia mengirimkan alamat ia bekerja ke Icha, agar Icha bisa kesini dengan mudah tanpa kesasar.
Segera saja ia mengshare lokasi tempat ia bekerja, tidak lama menunggu Icha pun langsung membalasnya dan mengatakan bahwa ia akan ke sana untuk mengunjunginya.
Akhirnya Icha pun sampai di tempat kerjanya Dhila, Icha mulai memasuki rumah makan tersebut. Dan pertama kali yang Icha lihat adalah Dhila yang sudah menyambutnya di depan pintu masuk seraya tersenyum ke arah Icha.
Icha segera saja menghampiri Dhila yang sudah menunggu dirinya di depan pintu, akhirnya mereka bisa bertemu lagi. Dhila langsung saja mengajak Icha untuk masuk dan memesan makanan yang ada di menu, “Tunggu dulu ya Cha, soalnya aku mau nganterin pesan pelanggan lain.” ucap Dhila sambil berlalu pergi untuk mengantar pesanan orang.
Tidak lama Dhila pun kembali ke meja yang di duduki oleh Icha sambil membawa pesan Icha. “Maaf ya lama nunggu, soalnya aku harus melayani pelanggan disini dulu dan juga harus nunggu jam istirahat aku tiba,” ucap Dhila seraya mendudukkan dirinya di kursi depan Icha.
Icha yang mendengar hal itu pun membalasnya dengan senyum sambil berkata “gak papa kok, lagian kan ini masih jam kerja kamu jadi aku maklumin kalau kamu sekarang sibuk buat ngurus pelanggan yang berdatangan.” Jawab Icha sambil meminum minuman yang di bawakan oleh Dhila.
Pulang Bareng Dimas
- Sarapan Kata KMO Club Batch 38
- Kelompok 20
- Jumlah Kata 342
“Ohiya La, kapan-kapan main ke rumah aku ya,” tawar Icha. “Mm, boleh Cha, tapi tunggu aku libur dulu ya, gak papa kan?” tanya Dhila semoga saja Icha tidak keberatan untuk menunggu hari liburnya.
Icha yang mendengar hal itu pun memanggukkan kepalanya seraya berkata “gak papa kok, nanti aku jemput kamu ya.” “Ilha, aku pulang dulu deh takut di cariin nanti,” ucap Icha sambil tersenyum.
“Oh ya udah, hati-hati ya.” Ucap Dhila sambil mengantarnya ke depan pintu masuk dan melambaikan tangan saat Icha sudah melajukan kendaraan yang di pakainya.
Dhila pun masuk dan mengerjakan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi. Karena, kedatangan Icha ke tempat kerjanya.
Beberapa jam kemudian, hari juga semakin larut malam, para karyawan sebagian sudah ada yang pulang dan sebagian pula masih tetap berada di sana karena hujan mulai mengguyur bumi. Tetes demi tetes, tanah yang tadinya kering kini basah akibat dari air hujan yang turun.
Dhila dan Dimas masih menunggu agar hujannya reda, agar mereka bisa pulang. Aira? Aira hari ini off jadi dia tidak bisa mengantar Dhila untuk pulang, makanya Dhila harus bersama Dimas untuk pulang.
Perlahan hujan mulai reda, para karyawan yang melihat bahwa hujannya mulai reda pun akhirnya memutuskan balik ke rumah mereka masing-masing, tidak terkecuali bagi Dhila dan Dimas.
Manusia yang berbeda gender ini memutuskan pulang untuk mengistirahatkan tubuh mereka. “La, lo pake jaket gua aja nih,” ucap Dimas sambil menyodorkan jaket ke arah Dhila.
Dhila yang melihat itu pun langsung berkata “gak papa, kamu aja yang pake. Kan kamu juga pasti kedinginan, apalagi ini udah malam Dim,” ucap Dhila sambil mengembalikan jaket yang Dimas berikan padanya tadi.
“Astaga nih anak, pake aja napa sih La. Lagian kan gua kasih ke lo biar lo pake, bukan malah balikin ke gua lagi.” ucap Dimas sambil menyodorkan jaket tadi. Kali ini dia memaksa untuk Dhila pakai.
Dhila yang melihat itu langsung saja menuruti apa kata Dimas. Karena, ia takut Dimas akan marah kepadanya. Dalam perjalanan tidak ada percakapan antara mereka berdua, Dimas yang fokus mengendarai motornya dan Dhila yang fokus kepada jalanan yang masih basah akibat guyuran hujan.
Kembalinya Sang Abang
- Sarapan Kata KMO Club Batch 38
- Kelompok 20
- Jumlah Kata 347
Sesampainya di rumah, Dhila langsung saja melepas jaket yang dia pake tadi dan memberikannya kepada Dimas untuk di pakai agar Dimas tidak kedinginan nantinya. Dimas pun menerimanya dengan senang hati sambil berkata, “Jangan lupa kalau lu gak ada kendaraan buat ke tempat kerja, telpon gua aja ya nanti gua pasti jemput lo kok,”
“Selamat malam, mimpi yang indah ya cantik.” Dimas melanjutkan ucapannya tadi sambil mengacak pucuk kepala Dhila dan berlalu pergi. Dhila yang mendapatkan perlakuan tersebut pun hanya bisa mematung, karena baru kali ini ia mendapatkan hal seperti itu.
Semenjak kepergian sang Ayah, Dhila sudah tidak pernah mendapatkan perlakuan tersebut dari sang Abang tercintanya. Ahh, memikirkannya membuat ia rindu kepada Abangnya itu.
Dhila pun memasuki rumahnya dan yang pertama kali ia lihat adalah sosok Abang yang sangat ia rindukan tengah berdiri di depannya. Apakah ini Cuma mimpi saja, ini pasti Cuma mimpi saja ya Cuma mimpi.
Bagaimana bisa Abangnya langsung ada di hadapannya seperti ini, bukankah Abangnya itu masih di rumah sang Nenek. Pikir Dhila. Dhila perlahan menghampiri Abangnya itu, ia masih berpikir bahwa ini hanyalah mimpi saja.
Ia mulai mencubit tangannya pertanda ini hanyalah mimpi, tapi kok ia merasakan sakitnya. Berarti ini tidak mimpi ini beneran nyata, sekarang orang yang sangat ia rindukan ada di hadapannya dan sedang memandanginya.
Dhila bergegas memeluk sang Abang untuk meluapkan rasa rindunya, tapi belum sampai memeluk, Abangnya dengan kasar menghempaskan tangan Dhila sambil berkata, “siapa laki-laki tadi?!” bentak Rama. Ya, dia adalah Muhammad Rama Bimantara, Abang Dhila.
Dhila yang mendengar hal itu pun langsung saja menjawab, “D-dia teman kerjanya Dhila Bang.” Jawab Dhila gugup karena baru kali ini ia mendapatkan bentakan dari Abangnya. Rama yang mendengar hal itu pun memutar bola matanya malas dan berlalu pergi dari hadapan Dhila.
Dhila yang melihat hal itu pun mengekori Abangnya sambil bertanya, “Abang kapan pulangnya? Kok gak kasih tau Dhila dulu kalau Abang mau pulang, kan Dhila bisa siapin makanan kesukaan Abang.” Ucapnya sambil terus mengekori Abangnya.
Dhila yang tidak mendapatkan jawaban pun bertanya lagi, “Abang, Dhila kangen liat bintang sama Abang. Abang mau kan kapan-kapan kita liat bintang bareng di rooftop.”
Sesak
- Sarapan Kata KMO Club Batch 38
- Kelompok 20
- Jumlah Kata 327
***
Masih tidak ada tanggapan dari Rama, Dhila pun mulai kesal dan berkata “Abang, Abang dengar gak Dhila tadi ngomong ap-“ belum sempat melanjut ucapannya, Rama langsung saja memotong ucapan Dhila, sambil berkata, “Bisa gak sih lo diam aja, gak usah bawel deh. Gua muak tau gak sama lo!” ucap Rama, Dhila yang mendengar hal itu seketika langsung terdiam.
Abangnya berubah, iya berubah dari yang Dhila kenal dulu. “Abang kenapa berubah gini, Dhila kangen Abang yang dulu.” Ucap Dhila menatap Abangnya sendu. Rama yang mendapatkan tatapan tersebut memutar bola matanya malas dan berkata, “Hahaha, Rama yang dulu udah mati. Iya, Rama yang dulu udah mati pas Ayah ninggalin gua sama Bunda.”
“Ngerti gak lo? Jadi jangan harap buat gua kembali lagi seperti dulu, ingat itu!” Peringatan Rama, sambil berlalu pergi dari hadapan Dhila. Dhila hanya bisa menatap punggung Abangnya dengan tatapan sendu.
Dhila pikir Abangnya itu tidak akan seperti Bundanya yang menyalahkan Dhila atas kematian sang Ayah. Tapi, ternyata semuanya salah, semua keluarganya menganggap dirinya hanyalah pembunuh.
Segera saja ia berlari memasuki kamarnya, karena sudah tidak kuat lagi untuk menampung cairan bening yang ada di matanya itu.
Sesak, sesak sekali ketika mendengar perkataan yang menyakitkan itu keluar dari mulut Abangnya, orang yang paling Dhila sayangi kini menyakitinya. Bukan hanya Bundanya, tetapi Abangnya juga ikut menyalahkan Dhila atas kepergian sang Ayah.
“Argh, kenapa harus aku yang menanggung ini semua Ya Allah, hiks. Kenapa harus aku yang di salahkan atas kematian Ayah, hiks.” Ucap Dhila sambil seseguhan. Ingin rasanya Dhila teriak dan menangis sekencang-kencangkan.
Ia sudah lelah akan semuanya, ia ingin menyerah saja. Akhirnya Dhila tertidur dengan rasa sakit yang masih menyelimuti hatinya, rasa yang sangat sulit untuk di ungkapkan.
Pagi pun tiba, Dhila sudah mengerjakan pekerjaan rumah sebelum ia berangkat untuk bekerja. Yang pertama kali ia lihat adalah sang Abang dan Bundanya sarapan dan bercanda bersama tanpa mengajak dirinya.
Tidak mau terlalu larut dalam kesedihan, akhirnya Dhila memilih untuk pergi dari tempat itu dari pada hatinya harus terluka lagi.
Makan Malam
- Sarapan Kata KMO Club Batch 38
- Kelompok 20
- Jumlah Kata 348
***
Sudah beberapa jam Dhila bekerja, lelah serta sakit ia rasakan sekarang. Dhila yang sudah tidak tahan lagi akan sakit yang berada di kepalanya itu akhirnya memutuskan untuk mengistirahatkan tubuhnya.
“Ssshh, sakit banget sih, kenapa kepala aku sakit banget sih.” Ringis Dhila sambil memegang kepalanya. Akhirnya ia mulai mengambil obat di dalam tas yang ia bawa, Dhila mulai meminum obat tersebut agar rasa sakit yang berada di kepalanya itu bisa agak mendingan.
Malam pun tiba, Dhila mulai beres-beres karna jam kerjanya sudah selesai, ia pun mulai menunggu Icha karena ia akan makan malam bersama keluarga Icha. Lama menunggu akhirnya Icha pun datang menggunakan mobilnya, Icha mulai turun dari mobilnya dan segera menghampiri Dhila yang sedang berdiri di depan pintu tempat kerjanya tersebut.
Dalam perjalanan mereka terus saja berbincang, entah itu hal yang penting ataupun tidak, bercanda bersama bahkan mereka menyanyikan lagu yang mereka dengarkan di radio mobil.
Tidak terasa mereka pun sampai di tempat tujuan yaitu rumah Icha, Dhila terkagum-kagum saat melihat rumah Icha yang bagaikan istana. Icha mulai mengajak Dhila untuk masuk ke rumahnya dan mengajaknya makan malam bersama keluarganya.
Dhila dibuat melongo ketika melihat isi yang ada di dalam rumah tersebut. Rumah yang terkesan simpel tapi menawan dan jangan lupa taman yang sangat indah karena di hiasi lampu-lampu, mungkin siapa saja yang melihat hal ini pasti akan kagum dengan perancang bangunan tersebut, sama halnya seperti Dhila ketika melihat rumah Icha.
Mereka berdua pun menuju ruang makan dimana kedua orang tua Icha menunggu mereka untuk memulai acara makan malam tersebut. Dhila di sambut dengan hangat oleh keluarga Icha. Begitu pun Dhila, Dhila menerimanya dengan hangat pula ketika mendapat sambutan dari keluarga Icha.
Para asisten rumah tangganya mulai menyajikan makanan untuk makan malam tersebut, mulai dari lauk, nasi serta beberapa buah-buahan sebagai pencuci mulut.
“Dhila, kamu kuliah atau kerja?” tanya Ika, memecahkan suasana hening di ruang makan. Dhila yang masih mengambil lauk akhirnya menoleh ke arah orang yang bertanya kepadanya, yang tak lain adalah Mama dari Icha.
“Dhila dulu kuliah Tante, tapi pas Ayah Dhila udah mutusin buat berhenti kuliah dan cari kerja aja Tan.” Jawab Dhila sambil menunduk.
Dibanding-Bandingkan
- Sarapan Kata KMO Club Batch 38
- Kelompok 20
- Jumlah Kata 337
***
“Oh gitu ya. Emang kamu gak dapat beasiswa dari kampus kamu?” tanya Ika, jujur saja dia masih penasaran kepada Dhila yang memutuskan kuliahnya demi bekerja.
“Mm Dhila kuliah karna dapat beasiswa Tante, tapi Dhila udah gak mau lanjut kuliah karna Ayah Dhila kan meninggal terus nanti siapa yang mau biayai hidup keluarga Dhila nantinya kalau Dhila gak kerja. Abang Dhila juga baru aja lulus kuliah dan belum dapat kerjaan, makanya Dhila aja yang putus kuliah buat cari nafkah.” Jawab Dhila sedikit berbohong masalah biaya hidup keluarganya.
Bukannya ingin membohongi Tante Ika tetapi jika dia cerita yang sebenarnya bahwa ia sudah tidak pernah di biayai lagi oleh keluarganya, bisa-bisa keluarganya yang akan di pandang rendah oleh orang-orang di sekitarnya jika saja mengetahui telah menelantarkan anak gadisnya itu.
Ika yang mendengar hal itu mangguk seraya berkata, “Andai Icha juga seperti kamu, tapi ya gitu dia itu gak mau nurut sama Tante. Dulu juga Tante mau daftarin Icha buat kuliah tapi percuma karna dia tuh bodoh dalam hal pelajaran, gak tau apa-apa dan juga gak becus jadi anak.” Ucap Ika, Icha yang mendengar ucapan yang menohok dari Mamanya itu pun hanya bisa memandang dengan tatapan yang sulit di artikan.
Candra, yang melihat putrinya yang ingin menangis itu pun mulai membuka suaranya, “Ma, jangan gitu lah sama Icha. Gini-gini juga Icha itu anak kamu, darah daging kamu.” Ucap Candra yang tidak terima jika Icha di jelek-jelekkan di hadapan Dhila.
“Ya emang fakta Pah, Icha emang gak bisa apa-apa, bahkan nilai saat dia masih sekolah aja rata-rata 75 Pah. Apa yang mau di banggakan sama anak kayak Icha ini?!” jawab Ika yang tidak mau mengalah.
Dhila yang mendengar pertengkaran keluarga yang berada di hadapannya ini, ia hanya bisa diam membisu sambil mendengarkan ucapan demi ucapan yang mereka lontarkan.
Ternyata bukan hanya dirinya yang di benci oleh keluarganya, ternyata masih ada Icha yang selalu di banding-banding kan dan di anggap bodoh oleh Ibunya hanya karna nilai yang masih rata-rata 75. Padahal jika di bayangkan nilai begitu sudah cukup di atas rata-rata menurut Dhila.
Sama-Sama Rapuh
- Sarapan Kata KMO Club Batch 38
- Kelompok 20
- Jumlah Kata 371
Prang!
Icha membanting piring yang ada di hadapannya, ia sudah muak atas sikap Mamanya itu yang selalu saja membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain.
“Mama kenapa sih gak pernah lihat kemampuan Icha, kenapa Mama selalu banding-bandingin Icha sama orang lain, Ma?!” Icha yang sudah tidak tahan akhirnya membuka suaranya.
Plakkk....
Ika yang mendengar bentakan Icha, ia langsung saja menampar Icha dan berkata, “Berani sekali kamu bentak Mama, apa kamu lupa saya itu Mama kamu orang yang mengandung dan membesarkan kamu sampai detik ini. Saya tidak pernah sekalipun mengajari kamu untuk menjadi anak pembangkang.” Ucap Ika marah sambil menatap Icha dengan tatapan yang ingin membunuh.
Icha yang mendapatkan tamparan dari Mamanya itu pun langsung saja berlalu pergi dari ruangan tersebut. Dhila yang melihat hal itu langsung saja mengekori Icha dari belakang.
Akhirnya Icha sampai di tempat tujuannya yaitu rooftop, tempat ternyaman bagi Icha ketika memiliki masalah ia akan kesini untuk menenangkan pikirannya. Dhila pun ikut duduk ketika melihat Icha mendudukkan dirinya di atas lantai tanpa beralaskan apa-apa.
Icha mulai menatap langit malam yang bertabur ribuan bintang, “Sekarang kamu lihat sendiri kan, lihat bagaimana seorang Ibu dengan teganya merendahkan dan mempermalukan anaknya sendiri. Lihat bagaimana Mama aku malu punya anak yang bodoh seperti aku, La,” Icha menjeda ucapannya dan menyeka air mata yang mengalir di pipinya.
“Aku udah capek di banding-bandingkan, apalagi di bandingkan dengan kamu, La. Kamu sahabat aku tapi kenapa Mama aku lebih pilih daripada aku, kenapa?!” lanjut Icha sambil setengah membentak Dhila.
Dhila yang mendengar hal tersebut pandangannya langsung saja terfokus pada Icha yang masih seseguhan akibat menangis. Kenapa harus dia lagi yang di salahkan, Dhila bahkan tidak tau apa-apa tentang masalah yang Icha hadapi dalam keluarganya.
Bukankah memang Icha tidak pernah menceritakan semua hal tentang keluarga dia, dan kenapa harus Dhila yang di salahkan. Dhila terus saja berpikir apa kesalahan dia sehingga orang-orang selalu menyalahkan dia.
“Kamu kenapa salahin aku Cha?” tanya Dhila. Ia tidak mau di cap sebagai perusak hubungan antara Ibu dan Anak. “Hahaha, ya kamu gak salah, tapi disini aku yang salah. Ya aku yang salah karena udah bawa kamu ke rumah aku, seandainya aja aku gak bawa kamu kesini pasti hal ini gak bakal terjadi.” Jawab Icha sambil memandang Dhila dengan tatapan yang sulit diartikan.
Salah Paham
- Sarapan Kata KMO Club Batch 38
- Kelompok 20
- Jumlah Kata 375
***
“Kamu kenapa mikir kayak gitu, huh? Andai saja kamu tau Cha, aku lebih terluka dari apa yang kamu lihat sekarang. Aku rapuh, aku butuh teman untuk berbagi cerita, tapi apa, yang aku dapatkan malah gak sesuai sama apa yang aku inginkan. Dan satu lagi, semua masalah yang tadi terjadi itu di luar dugaan aku, Cha. Aku mana tau bakal jadi seperti ini, aku mana tau hal tentang kamu dan keluarga kamu. Aku mana tau tentang kamu Cha,” Dhila tidak habis pikir dengan jalan pikiran Icha.
“Icha apa kamu pikir Cuma kamu aja yang di benci oleh Ibu kamu? Engga Cha, aku juga sama, di benci oleh keluarga aku, dipukul, dicaci maki, bahkan di sumpahin mati. Capek tau Cha selalu di salahkan untuk hal yang tidak pernah aku perbuat. Capek Cha selalu dibentak walau Cuma hal sepele aja, aku capek Cha.” Ucap Dhila sambil berlalu pergi begitu saja, meninggalkan Icha yang masih meresapi perkataan Dhila.
“Argh, bodoh, kenapa gua bodoh banget, dan kenapa juga gua harus nyalahin Dia atas kejadian tadi.” Monolog Icha sambil berlari untuk menyusul Dhila.
Icha jadi khawatir jika Dhila pulang sendiri, apalagi sekarang sudah malam dan pastinya kendaraan umum akan sulit di dapatkan di jam begini.
Baru saja Icha menginjakkan kakinya di anak tangga paling akhir, dia sudah melihat pemandangan dimana Mamanya berucap lembut kepada Dhila, anak mana yang tidak sakit hati ketika melihat pemandangan tersebut. Berbanding terbalik dengannya ketika berbicara dengan Mamanya, yang ada dia hanya akan mendapatkan bentakan atau hinaan saja karena Mamanya malu mempunya anak sepertinya.
Tidak mau terlarut akan kesedihan, Icha pun mulai mengajak Dhila untuk dia antar pulang. Didalam mobil mereka hanya saling diam, tidak ada yang mau memulai percakapan karena adanya rasa canggung yang menyelimuti mereka berdua.
Andai masalah tadi tidak terjadi, mungkin dua insan yang berada didalam mobil tersebut akan saling berbicara dan bercanda bersama seperti sebelum adanya kejadian yang tidak mengenakkan hati bagi mereka berdua. Sampai di depan rumah, Dhila langsung saja turun dari mobil tak lupa ia juga berterima kasih kepada Icha sebelum Icha mulai melajukan mobilnya.
Tanpa pikir panjang Dhila mulai memasuki rumahnya, rumah dimana seharusnya menjadi tempat ternyaman untuk pulang. Tetapi beda dengan Dhila, didalam rumah tersebut ia hanya mendapatkan cacian serta pukulan jika ia melakukan kesalahan walau sekecil apapun itu.
Kasih Sayang Yang Hilang
- Sarapan Kata KMO Club Batch 38
- Kelompok 20
- Jumlah Kata 309
Baru saja pulang, ia harus di suguhi pemandangan yang membuat hatinya nyeri ketika melihat hal tersebut. Dimana Bundanya sangat perhatian kepada Abangnya itu, bahkan makan saja Bundanya rela menyuapi Abangnya agar segera makan.
Dhila yang melihat akan hal tersebut jadi teringat akan kenangan masa lalunya, dimana waktu itu ia sangat bahagia dan sangat di sayang oleh orang tuanya, tetapi hal itu hilang ketika Ayahnya meninggalkan mereka.
Dhila mulai mendapatkan perlakuan yang tidak sepantasnya dia terima. Tidak mau terlarut akan kesedihan, ia pun memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya untuk membersihkan badannya yang sudah lengket. Setelah dia membersihkan dirinya, langsung saja ia merebahkan badannya agar dan terlelap tidur.
Tetapi baru beberapa jam ia harus terbangun akibat sakit di kepalanya yang tidak bisa ditahan lagi, ia mulai meringis kesakitan akibat sakit tersebut. Ia mulai mencari-cari obatnya yang ia sembunyikan didalam laci, tak butuh waktu lama ia pun akhirnya mendapatkan obat yang ia cari, dengan segera ia meminumnya agar sakit di kepalanya agak mendingan.
Tapi, bukannya agak mendingan, malahan semakin sakit saja kepalanya. Dhila yang tidak tahan akan sakit yang ia derita, hanya bisa menangis. Ingin menjerit pun percuma, yang ada nantinya ia akan diomeli oleh Bundanya.
“Argh, sakit banget, kenapa sesakit ini ya Allah.” Ucapnya sambil menjambak rambutnya, serasa kepalanya ingin pecah saja jika terus-terus seperti ini. Tanpa terasa darah mengalir keluar dari hidungnya, Dhila yang merasakan cairan hangat yang keluar dari hidungnya langsung saja mengusap dan melihat darah yang begitu banyak di lengannya.
Segera saja ia langsung mengambil tisu untuk membersihkan darah tersebut, tapi tetap saja darah itu terus mengalir. Ia yang sudah lelah membersihkan darah tersebut akhirnya menyumpal tisu ke dalam hidungnya agar tidak semakin banyak darah yang keluar.
Tanpa Dhila sadari, ternyata Abangnya melihat semua yang Dhila lakukan, mulai ketika ia meringis akan sakitnya sampai ketika ia membersihkan darah yang berada di hidungnya itu, Abangnya melihat semua itu.
Tega
- Sarapan Kata KMO Club Batch 38
- Kelompok 20
- Jumlah Kata 339
Rama hanya mematung saja ketika melihat hal tersebut, bukannya ia tak kasihan terhadap adiknya itu, tetapi ia gengsi untuk membantu atau sekedar menanyakan keadaan adiknya.
Tapi, rasa kasihannya mulai hilang ketika ia mengingat bahwa yang berada di dalam kamar tersebut adalah pembunuh. Ya, gara-gara Dhila, ia sudah tidak memiliki Ayah dan tak akan mendapatkan kasih sayang dari Ayahnya lagi.
Dengan teganya, Rama pun pergi meninggalkan Dhila yang terus saja memukul bahkan menjambak rambutnya sendiri. Dhila yang sudah kelelahan, akhirnya pingsan diatas lantai yang dingin dan tak beralaskan apa-apa.
Ia tertidur dengan rasa sakit yang masih ada yang entah kapan akan lenyap. Rasa sakit yang ia sembunyikan kepada dunia, dan sakit itu harus tergantikan oleh senyum. Senyum palsu seolah-olah ia tidak mempunyai beban apa-apa, senyum yang menipu semua orang agar terlihat baik-baik saja namunnya tanya ia adalah gadis yang rapuh dan butuh sandaran. Gadis yang menyembunyikan ribuan rahasia yang ia simpan rapat agar tidak diketahui oleh orang-orang.
Pagi pun tiba, Dhila mulai sadar tetapi kepalanya masih terasa sakit. Apakah ia harus mengambil cuti dulu dan memeriksakan dirinya kepada dokter Andre.
Tanpa pikir panjang, ia mulai menelpon Dimas untuk meminta izin karna dirinya belum bisa pergi bekerja. Setelah meminta izin kepada Dimas, Dhila mulai bersiap-siap untuk bertemu dengan dokter Andre.
“Mau ke mana kamu, jam segini udah mau pergi aja, bukannya hari ini kamu kerja, hah?!” tanya Ayu ketika melihat Dhila yang berjalan tergesa-gesa. Dhila yang mendengar hal tersebut langsung saja membalikkan badannya dan menghampiri Ayu.
“Hari ini Dhila ambil cuti, Bun.” ucapnya sambil menunduk. Ayu yang mendengar hal tersebut tidak mau ambil pusing, toh dirinya juga tidak akan rugi karena Dhila cuti bekerja. Ayu pun berlalu meninggalkan Dhila yang masih berdiri, tak mau pikir panjang akhirnya Dhila memutuskan untuk keluar rumah saja.
Sesampainya di rumah sakit, Dhila segera saja ke ruangan Andre untuk memeriksakan keadaannya. Tanpa pikir panjang ia langsung saja mengetuk pintu dan masuk ketika mendapatkan izin dari pemilik ruangan.
Andre yang melihat kedatangan Dhila yang secara tiba-tiba langsung saja heran, tumben sekali Dhila menemuinya di luar jadwal cek upnya.
Tidak Lama Lagi
- Sarapan Kata KMO Club Batch 38
- Kelompok 20
- Jumlah Kata 344
“Tumben sekali kamu kesini, padahal kan hari ini bukan jadwal cek up kamu, La” ucap Andre ketika melihat Dhila berjalan menuju ke arahnya.
Dhila yang mendengar penuturan dari Andre langsung saja menjawab, “Dhila kesini karena pengen periksa Dok, soalnya akhir-akhir ini kepala Dhila sering sakit banget padahal kan udah minum obat. Kadang juga Dhila mimisan, terus darahnya kadang susah berhenti, Dok.” Ucap Dhila sambil memandang Andre dengan tatapan serius.
Andre yang mendengar keluhan Dhila, segera memeriksanya. Cukup lama Andre memeriksa Dhila, mulai menanyakan hal-hal apa saja yang Dhila rasakan belakangan ini. Andre mulai mencerna keluhan dari Dhila, mulai dari pusing, mimisan dan mual itu.
“Dhila, kamu gak mau coba dulu buat kemo?” tanya Andre, semoga saja Dhila mau mendengarkan sarannya. Dhila yang mendengar perkataan dari Dokter Andre, langsung saja mengerutkan keningnya, pertanda ia masih bingung kenapa tiba-tiba Dokter Andre menyarankan suatu hal yang jelas-jelas ia akan menolaknya lagi.
Andre yang paham akan kebingungan Dhila, mulai menjelaskan, “Kamu harus perlu kemo, karena saya takut umurmu tidak lama lagi, La. Saya juga khawatir akan penyakit yang kamu derita, karena jika kamu biarkan penyakit tersebut maka akan bahaya bagi kesehatanmu.” Ucap Andre panjang lebar agar Dhila mau mengerti.
“Tetapi, tetap saja Dhila tidak mau buat kemoterapi, bukannya maut itu hanya Allah yang tau, Dok. Dan juga kalau Dhila emang beneran meninggal juga gak papa kok Dok, kan Keluarga Dhila udah gak mengharapkan Dhila untuk hidup didunia ini, jadi untuk apalagi Dhila bertahan hidup sedangkan Bunda sama Abang sumpahin agar Dhila segera mati.” Ucap Dhila sambil memandang Andre dengan mata berkaca-kaca, Andre hanya mematung saja ketika mendengar penuturan Dhila akan keluarganya itu.
Dhila yang sudah tidak tahan menampung cairan bening dikelopak matanya itu langsung saja pamit untuk keluar dari ruangan tersebut, tak peduli meski Dokter Andre terus saja memanggil namanya.
Tujuan Dhila kali ini adalah rooftop di rumah sakit tempat ia sekarang, ia mulai menangis sejadi-jadinya karena mengingat semua kenangan pahit yang ia lalui selama ini.
Begitu banyak cobaan yang diberikan kepadanya, mulai dari kematian sang Ayah, kehilangan kasih sayang dari Bunda dan Abangnya, serta di berikan penyakit yang mematikan.
Ucapan Bunda
- Sarapan Kata KMO Club Batch 38
- Kelompok 20
- Jumlah Kata 330
Jika memang umurnya tidak lama lagi, ia hanya berharap untuk kembali seperti dulu, dimana keluarganya begitu menyayanginya. Ia hanya menginginkan hal sederhana tersebut sebelum ajal benar-benar menjemputnya.
Tetapi apakah hal itu akan terjadi jika ia memberitahu penyakitnya ini kepada Bundanya, apakah ia akan di pedulikan lagi ketika Bundanya mendengar penyakit yang mematikan ini. Tidak mau terlarut dalam kesedihan ia pun mulai menghapus air matanya dan bergegas pulang ke rumah.
***
“Dari mana saja kamu, apa kamu?,” ucap Ayu, ketika melihat Dhila memasuki rumah. “Jawab saya kenapa kamu hanya dia saja. Atau kamu habis jual diri iya? Karna saya sudah tidak pernah membiayai kamu dan gaji kamu juga tak seberapa, makanya kamu jual diri ke om-om hidung belang, hah?!” lanjutnya.
Deg....
Perkataan Bundanya bagaikan pisau yang ditusukkan ke dalam dadanya dan ditarik begitu saja, perkataan yang begitu menyakitkan ketika didengarnya. Dimana ia di tuduh oleh Bundanya sendiri, dituduh akan menjual dirinya sendiri demi uang.
Sungguh tega sekali Bundanya itu, mengucapkan hal yang bahkan Dhila sendiri jijik akan hal tersebut, tetapi mengapa ia harus dituduh melakukan perbuatan semenjijikan itu. Dhila tidak habis pikir akan jalan pikiran dari Bundanya, jika saja ia hanya dimarahi karna pulang telat itu tak mengapa bagi Dhila tetapi ini beda, dimana dirinya dituduh menjadi perempuan murahan yang rela menjual dirinya demi uang.
“Bunda kenapa ngomong gitu, kenapa Bunda bisa-bisanya menuduh Dhila kalau Dhila menjual diri ke om-om? Apa Bunda gak berpikir akan perkataan Bunda yang begitu menyakitkan itu, apa Bunda tidak berpikir akan hal yang Bunda ucapkan itu sangat menyakiti Dhila?!” Ucap Dhila sedikit membentak, Dhila bakal terima jika dirinya dicaci maki atau dipukul oleh Bundanya, tetapi perkataan Ayu sudah keterlaluan sekali. Jika dibiarkan begitu saja pasti akan semena-mena dalam berucap.
Plak!
Ayu menampar Dhila ketika mendengarkan bentakan Dhila, baru kali ini dia mendengar anak gadisnya itu membentak dirinya. “Berani-beraninya kamu membentak saya. Apa kamu lupa saya ini ibu kamu, orang yang mengandung dan membesarkanmu, mana sopan santunmu sebagai anak, hah?!” ucap Ayu, sambil memandang marah kearah Dhila.
Mengeluarkan Unek-Uneknya
- Sarapan Kata KMO Club Batch 38
- Kelompok 20
- Jumlah Kata 682
“Dhila capek Bund, capek banget. Capek dituduh terus sama Bunda, boleh tidak Dhila meminta agar Bunda stop nyalahin Dhila atas kematian Ayah dan stop bilangin Dhila perempuan murahan, Dhila bener-bener capek banget Bund.”
“Andai kata Bunda bisa melihat luka yang Bunda buat dihati Dhila, apa Bunda sanggup buat menyembuhkannya, apa Bunda yakin masih mau menyakiti Dhila ketika Bunda melihat luka ini?” Dhila mulai mengeluarkan unek-unek yang sudah lama ia simpan serapat mungkin.
“Bunda tau, kadang Dhila iri sama Abang, iri sama orang lain ketika Dhila melihat mereka begitu akrab dan disayangi oleh orang tua mereka, dipeluk ketika sedang menangis, di tanya ketika sakit, tapi apa pernah Bunda melakukan semua itu?"
"Dhila juga pengen seperti mereka, Dhila juga pengen dipeluk Bunda, Dhila pengen rasakan pelukan Bunda lagi, apa sesulit itu permintaan Dhila untuk Bunda kabulkan.” Ucap Dhila sambil memandang sendu sang Bunda.
Ayu yang mendapatkan tatapan tersebut langsung saja mengalihkan tatapannya, ia tidak mau menatap lama wajah Dhila yang menatapnya dengan tatapan terluka.
Ingin rasanya Ayu memeluk anaknya, baru kali ini ia mendengar keluhan dari mulut anaknya sendiri. Tetapi lagi dan lagi rasa benci yang ada pada dalam dirinya membuat ia lupa akan segalanya.
“Kamu emang pantas mendapatkan semua ini, seandainya saja waktu itu suami saya tidak keluar untuk membelikan makanan kesukaanmu, pasti suami saya masih hidup sampai sekarang.” Ucap Ayu sambil berlalu pergi, Dhila yang melihat itu mulai bersuara lagi.
“Bunda,” panggil Dhila, sambil memandang punggung Bundanya, Ayu yang dipanggil pun akhirnya berhenti saja, tetapi tidak menoleh. Dhila mulai melanjutkan ucapannya, “Bunda nyesel gak lahirin Dhila didunia ini?” tanya Dhila, apapun nanti jawaban dari Bundanya, Dhila akan terima walau menyakitkan.
“Kamu nanya gitu buat apa, bukannya kamu udah tau jawaban saya bagaimana. Terus kenapa kamu menanyakan sesuatu yang kamu bahkan sudah mengetahui jawaban saya.” Ucap Ayu sambil melirik Dhila dari ekor matanya.
Dhila yang mendengar hal tersebut, menghembuskan napasnya pasrah akan jawaban dari Bundanya. “Kalau memang Bunda menyesal karna hadirnya Dhila didunia ini, Dhila minta maaf sama Bunda, Dhila minta maaf karna udah jadi anak yang buruk bagi Bunda."
"Andai kata Dhila bisa memilih, Dhila juga gak mau seperti ini Bund, Dhila juga gak mau kehilangan Ayah, tetapi menyesal pun percuma karna ini sudah ketentuan dari Allah dan Dhila tidak bisa menentang takdirnya.” Ucapnya sambil menghapus air mata yang terus saja mengalir.
“Bunda tenang aja, Dhila bakalan pergi kok dari sini dan gak akan kembali lagi,” lanjut Dhila yang masih memandang Bundanya. Rasanya sesak ketika Ayu mendengar ucapan yang keluar dari mulut Dhila, ada rasa takut kehilangan yang menggerogoti hatinya.
Tak mau berlama-lama mendengarkan hal yang menyakitkan keluar dari mulut putrinya, Ayu pun melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Tetapi baru beberapa langkah, ia mendengar ucapan Dhilayang begitu menyakiti hatinya.
“Terkadang seseorang akan begitu berharga ketika ia sudah pergi dan tak akan kembali lagi, dan penyesalan pun akhirnya akan timbul di benak orang yang selalu mengacuhkan orang tersebut."
"Dan Dhila harap Bunda gak akan menyesal jika suatu hari Dhila sudah pergi dan tak akan kembali lagi.” Ucap Dhila sambil berlalu pergi. Ayu yang mendengar hal tersebut langsung saja menangis, menangis karna perkataan dari putrinya.
Tanpa mereka berdua sadari, ada Rama yang mendengar perkataan tersebut. Mulai dari awal hingga Dhila pergi berlalu begitu saja, ia mendengarkan semuanya dibalik tembok yang menjadi pembatas antara ruang tamu dan ruang keluarga.
Tanpa terasa air matanya menetes begitu mendengarkan perkataan terakhir Dhila sebelum Dhila meninggalkan Bundanya. Ingin rasanya Rama memeluk Adik kecilnya itu, ingin rasanya ia mengutarakan isi hatinya bahwa ia masih menyayangi Adiknya.
Tetapi lagi dan lagi gengsi terus saja menghantui dirinya, ia malu kepada Dhila jika ia mengungkapkan isi hatinya, ia juga malu jika Dhila tidak akan memaafkannya maka dari itu ia hanya diam saja.
Dhila yang sudah berada dikamarnya menangis sejadi-jadinya, meratapi nasibnya akan seperti apa kedepannya. Jika bisa memilih, ia juga tidak mau hidup seperti ini yang selalu disalahkan atas perbuatan yang tidak pernah ia perbuat.
Kenapa takdir sekejam ini padanya, bukan Cuma kehilangan Ayah tapi ia juga harus menerima akan kebencian keluarganya, dan bukaan hanya itu saja tetapi ia juga harus menerima penyakit yang mematikan ini yang entah kapan akan merenggut nyawanya.
Akhir Hidup Dhila
- Sarapan Kata KMO Club Batch 38
- Kelompok 20
- Jumlah Kata 1756
Hanphone Dhila berbunyi pertanda ada orang yang sedang menelponnya, ia pun mulai mengambilnya dan melihat pemilik nama, tanpa diduga ternyata Icha yang menelponnya malam-malam begini.
Tak mau berpikir panjang, ia langsung saja mengangkat telpon dari Icha ya walaupun ia masih sakit hati karena perkataan Icha waktu makan malam dirumahnya.
“Iya, ada apa ya nelpon aku malam-malam gini?” tanya Dhila ke intinya saja, Icha yang mendengar hal tersebut bisa menebak bahwa Dhila pasti marah kepadanya.
Icha pun mulai menjawab “Dhila, aku minta maaf ya soal semalam, aku bener-bener gak sadar udah ngucapin kata-kata yang melukai hati kamu. Sekali lagi aku minta maaf ya, La.” Ucap Icha sungguh-sungguh.
Dhila yang mendengar permohonan maaf langsung saja menghela nafasnya sejenak dan berkata, “Aku udah maafin kamu kok, sebelum kamu minta maaf dulu aku udah maafin kamu. Ya walaupun masih kecewa sih sama kata-kata kamu semalam, tapi aku berusa untuk ngelupain hal yang terjadi semalam.” Balas Dhila. Mereka akhirnya berbaikan dan semoga tak ada lagi masalah yang seperti ini.
Beberapa bulan kemudian, kondisi Dhila semakin hari semakin kurus dan melemah saja. Bukan hanya itu saja tetapi rambutnya juga mulai rontok dan sering mimisan.
Ia juga terpaksa harus berhenti bekerja karna sudah tidak sanggup lagi dan tidak ingin merepotkan karyawan yang lain karna dirinya yang selalu saja mengambil cuti, akhirnya ia memutuskan mengundurkan diri saja.
Hari demi hari ia lalui, memang sekarang Dhila sudah tidak dimarahi lagi tetapi dirinya di acuhkan dan didiami oleh Bundanya akibat perkataannya beberapa bulan yang lalu.
Dhila tidak mempermasalahkan hal tersebut, ia juga sudah tidak peduli akan hidupnya lagi. Bahkan ia sudah tidak pernah lagi menemui Dokter Andre untuk konsultasi masalah penyakitnya itu, karna dia pikir untuk apa berobat kalau ujung-ujungnya ia bakalan mati akibat penyakit yang ia derita.
Kini Icha datang dengan mobilnya untuk menjemput Dhila sekedar jalan-jalan dan mencari hiburan agar Dhila tidak merasakan bosan. Dhila mulai bertanya, “Kali ini kita mau ke mana,” ucapnya sambil memandang Icha yang sedang menyetir.
Icha yang mendengar itu hanya menoleh sekilas dan kembali fokus ke jalanan sambil menjawab “Kita bakalan pergi ke taman, La. Mau kan ya ke taman, gak jauh kok kita bakal cari yang dekat kompleks sini aja.” Icha yang melihat bahwa tubuh Dhila semakin hari semakin kurus, ia masih tidak menyangka akan penyakit yang Dhila derita sekarang.
Ya, Icha mengetahui penyakit Dhila beberapa bulan yang lalu, Icha mengetahui hal tersebut ketika Dhila pingsan di sebuah taman dan dengan cepat Icha membawa Dhila ke rumah sakit dan mendapatkan kabar dari dokter bahwa Dhila mengalami sakit kanker stadium akhir.
“Udah sampai nih, yuk turun.” Perintah Icha ketika mereka sudah sampai di taman. Banyak orang yang berada di taman ini, entah itu bermain ataupun jalan-jalan.
Mereka pun memilih kursi yang dekat dengan jalanan, bukan apanya mereka memilih tempat tersebut karna hanya tempat itu saja yang kosong.
“Icha, aku rindu sama Ayah. Aku pengen ketemu Ayah,” Dhila memulai obrolannya sambil memandang fokus ke arah keluarga yang begitu bahagia bermain dengan anaknya.
“Kalau rindu ya di doain, semoga Ayah kamu tenang di alam sana.” Jawab Icha, ia sebenarnya merasa ada kejanggalan dari ucapan Dhila, tidak biasanya dia berbicara seperti itu.
“Icha kalau aku pergi buat ketemu Ayah, apa kamu bakalan ikhlas?” tanya Dhila dan mulai memandang dengan serius kearah Icha, Icha yang mendapatkan pertanyaan tersebut langsung saja menjawab, “Kamu kok ngomong kayak gitu sih, aku gak suka ya dengar kamu ngomong kayak gitu lagi.”
"Icha, itu Abang Rama kan?” Dhila mulai menunjuk Rama yang berada di seberang jalan, Icha yang mendengar hal tersebut pun akhirnya mengikuti arah pandang Dhila dan benar saja itu Rama, tetapi kenapa ia bisa ada disini juga.
Dhila yang melihat Rama yang akan menyeberang itu pun terus memandanginya tanpa berkedip, tak lama sebuah mobil truk datang dari arah yang berlawanan.
Dhila yang melihat Rama yang akan di tabrak oleh truk pun berlari untuk mendorong Rama kesisi jalan, tapi sayang Dhila kehilangan keseimbangan dan akhirnya ialah yang di tabrak oleh truk tersebut.
Icha dan Rama yang melihat Dhila bahwa Dhila masih tergeletak di tengah jalan akhirnya mereka menghampirinya.
Darah segar mulai keluar dari kepala dan hidung Dhila, serta luka di tangan dan di wajah akibat tergores di aspal jalan. Icha yang melihat itu segera menelpon ambulans.
Sampai di rumah sakit, Rama mulai menelpon Bundanya sambil berjalan mondar mandir di depan ruangan Dhila yang sedang ditangani oleh dokter. Icha yang jengah melihat hal tersebut pun mulai memberitahu Rama
“Bisa gak sih lu diam aja, gak usah mondar mandir kayak orang gak waras. Gua tau lu panik, tapi gak usah kayak gitu juga kali, gua bosan liat lu kayak gitu mulu.” Ucapnya sambil memandang sinis kearah Rama.
“Bagaimana keadaan Adik saya Dok?” tanya Rama ketika melihat Dokter yang mengagani Dhila keluar dari ruangan tersebut. “Maaf , kami sebisa mungkin untuk menyelamatkan pasien, tetapi Tuhan berkehendak lain. Saya harap anda dan sekeluarga bisa menerima semua ini” ucap Dokter tersebut sambil berlalu.
Deg
Apa tadi kata Dokter, “Gak mungkin, ini pasti gak mungkin kan. Ya ini pasti Cuma mimpi aja, siapa pun tolong bangunin gua dari mimpi ini, Dhila gak mungkin meninggal, argh.” Ucap Rama sambil teriak, ia yakin ini hanyalah mimpi saja.
Icha yang mendengar hal itu semakin menangis, ia harus kehilangan sahabatnya untuk selamanya. Tanpa berpikir panjang, Rama mulai menerobos masuk ke dalam ruangan dan disusul oleh Icha untuk memasuki ruangan tersebut.
Yang mereka lihat pertama kali adalah Dhila yang terbujur kaku di atas brankar dengan ditutupi kain putih ke seluruh badannya.
Rama tak kuasa ketika membuka kain putih yang menutupi wajah Dhila, Icha yang melihat hal tersebut tak bisa membendung air matanya kala melihat wajah yang pucat dan beberapa luka yang sudah dibersihkan.
Ayu datang dengan tergesa-gesa kala menerima telpon dari Rama, bahwa Rama sedang di rumah sakit. Ia mulai memasuki ruangan yang disebutkan Rama tadi ketika berbicara di telpon.
Perasaan Ayu semakin tidak karuan ketika membuka pintu ruangan, dan yang pertama kali ia lihat adalah Rama dan tidak. Setahu Ayu Icha adalah sahabat dari Dhila, tapi kenapa ia berada disini juga dan di ruangan yang sama.
Tak mau terlalu berpikir akhirnya ia menghampiri Rama, tanpa sadar ada orang yang sedang berbaring di atas brankar.
“Sayang kamu gak apa-apakan. Ada yang sakit?” tanya Ayu sambil memeriksa keseluruhan tubuh Rama, Rama yang mendapatkan pertanyaan tersebut hanya menggeleng sambil terisak.
“Loh, kenapa nangis, hmm?” tanya Ayu lagi, karena ia hanya mendapatkan jawaban gelengan saja.
Icha yang mulai geram karna sikap dua manusia ini, akhirnya membuka suara. “Bukan anak kesayangan Tante yang sakit, tapi anak Tante yang satunya lagi. Kenapa Tante hanya menanyakan kabar dari dia, sedangkan jelas-jelas Rama gak terluka sedikit pun."
"Seharusnya Tante menanyakan itu ke orang yang sekarang terbujur kaku di atas ranjang ini!” bentak Icha, ia sudah tidak tahan lagi akan drama yang berada dihadapkannya itu.
Ayu segera saja melihat di atas brankar tersebut dan ya yang pertama ia lihat adalah putrinya yang tering di atas brankar dengan wajah pucat dan di penuhi luka di wajahnya.
Ayu hanya memandanginya saja tanpa ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya. Memandangi wajah Dhila yang tertidur pulas bak putri salju, putih pucat dan sedikit senyum yang tercetak di bibirnya.
“A-anak ini k-kenapa?” tanya Ayu gugup dan bergetar, Rama yang melihat hal tersebut langsung saja memeluk Bundanya dan berkata,
“Bun, Dhila udah tenang bun. Dhila udah ketemu sama Ayah, hiks.” Ucap rama sambil seseguhan.
“Dhila udah tenang, padahal baru aja tadi di ngomong kalau dia itu kangen banget sama Ayahnya dan dia pengen ketemu sama beliau. Dan akhirnya Allah mengabulkan ucapannya di hari ini.” Ucap Icha sambil memandang Dhila, Ayu yang mendengar hal tersebut mulai mencerna perkataan mereka berdua.
“Gak mungkin, dia gak mungkin pergi. Kalian pasti bohong kan, kalian pasti mau membohongi saya agar saya kembali sayang sama dia kan.” Ayu tak percaya akan hal tersebut.
“Bunda tenang, Dhila memang udah pergi untuk selamanya.” Kali ini Rama menjelaskan agar Ayu percaya.
“Gak mungkin, Putri saya gak mungkin meninggal, hiks. Ayo Dhila bangun, Bunda bilang bangun ya bangun Dhila. Kamu gak usah bohongin Bunda,” teriak Ayu sambil mengguncang tubuh Dhila yang terbujur kaku.
Rama dan Icha yang melihat hal tersebut langsung saja menenangkan Ayu agar berhenti mengguncang tubuh Dhila.
“Bangun ya sayang, Bunda janji Bunda gak akan pernah marahin kamu lagi apalagi sampai mukul kamu asal sekarang kamu bangun ya.” Ayu semakin tidak terkendali ketika melihat Dhila tidak ada pergerakan sama sekali.
“Sayang bangun dong, katanya mau di peluk Bunda, yuk bangun Nak nanti Bunda bakal peluk kamu tiap hari atau setiap kamu butuh pelukan Bunda, tapi Bunda mohon kamu bangun ya.” Ucapnya lagi sambil terisak dan memeluk tubuh Dhila yang terbaring.
“Percuma Tante kayak gini, Dhila gak bakalan bangun Tan. Asal Tante tau aja Dhila selama ini tersiksa, bukan hanya perlakuan keluarga Tante tapi juga Dhila tersiksa akan penyakit yang ia derita selama ini."
"Apa Tante tau selama ini Dhila menyembunyikan rahasia besar dari kalian berdua,” ucap Icha sambil menunjuk Ayu dan Rama.
“Dhila selama ini mengidap penyakit kanker otak dan merahasiakan semua ini supaya apa, supaya kalian tidak terbebani oleh Dhila."
"Dhila gak mau kalian terbebani akibat mengetahui Dhila yang sakit parah, ia bahkan menolak untuk menjalani kemoterapi agar uangnya bisa ia beli untuk makan dan memberikan sebagian lagi kepada Tante.”
“Dan apa balasan Tante terhadap Dhila, bukannya di sayang malah Tante perlakukan dia kayak pembantu. Tante gak bakal bisa ngerasain jadi Dhila, mungkin aja Tante gak bakalan kuat jika berada diposisi tersebut.” Icha mulai mengeluarkan unek-unek yang ia pendam selama ini.
Ayu yang mendengar hal tersebut semakin menangis histeris, ia menyesal akan perbuatannya kepada putrinya itu. Andai saja waktu bisa diputar kembali, ia tidak akan pernah menyia-nyiakan putrinya itu.
Menyesal tidak ada gunanya lagi ketika kita sudah kehilangan seseorang, apa yang kita lakukan mungkin akan mendapatkan ganjarannya pada waktunya nanti.
Dhila sudah tertidur pulas untuk selamanya dan tak akan pernah kembali lagi, ia tertidur dengan ribuan luka yang ia bawa, sakit pada fisik dan hatinya tak bisa terobati.
Jiwanya yang mulai lelah akhirnya memutuskan untuk meninggalkan raganya yang terbaring kaku, Raga yang tadinya masih bernapas akhirnya mengembuskan napas terakhirnya di hari ini.
Keinginannya akan bertemu dengan Ayahnya akhirnya segera terkabulkan juga, walaupun ia harus bertaruh nyawa terlebih dahulu.
Hari ini, Nur Fadillah yang kerap disapa Dhila akhirnya menghembuskan napas terakhirnya tepat pada tanggal 12 Desember 2020.
Ia meninggalkan semua luka yang masih belum pulih, meninggalkan penyesalan yang masih tertanam di benak keluarganya.
Betul kata Dhila, bahwasanya seseorang akan begitu sangat berharga jika ia sudah pergi untuk selamanya dan tak akan kembali lagi.
Menyesal juga tidak ada gunanya bukan, maka dari itu hanya kata ikhlas yang harus di ucapkan walaupun hati ini tidak sepenuhnya ikhlas atas kepergian dirinya.
Tamat
