Tafuna On'nanoko
Sinopsis
Tags :
#romance #fiksi
Sarapan Kata KMO Club Batch 36
Kelompok 16
Baruna Aksara
330 Kata
Aku, remaja yang senang melakukan sesuatu yang menantang. Berbagai pengalaman sudah kucoba, mulai dari hal yang berkaitan dengan seni, sampai olahraga. Kepribadianku bisa dibilang mandiri dan juga, aku mempunyai semangat hidup yang tinggi.
Walaupun aku tidak suka membaca, tapi aku memiliki prestasi akademik yang tinggi jika dibandingkan dengan teman-temanku yang lain. Sering kali aku mengeluh, tentang mereka semua yang selalu mencari kesalahan dan berbuat onar padaku. Tapi, itu tidak sampai membuat semangatku surut.
Dengan ilmu bela diri yang aku miliki, membuatku tidak bisa dianggap remeh. Berbagai perlombaan selalu kuikuti agar bisa mengembangkan kemampuan yang kumiliki.
Sampai pada suatu saat, aku bertemu dengan seseorang yang sangat aku sukai, yang tak lain adalah pelatihku sendiri. Menurutku, pelatihku itu sangat unik. Dia bahkan memiliki sikap yang jarang aku lihat dari kebanyakan laki-laki. Tapi, ternyata aku memiliki banyak saingan yang cukup berat.
Sempat terpikir untuk tidak meneruskan perasaanku. Tapi, sudah terlalu sulit bagiku karena harus mengorbankan salah satu dari hobi atau kehidupan percintaan.
Sudahlah, aku tidak ingin memperdebatkannya.
Aku berjalan gontai menuju ruang kelas. Pagi itu, ruangan kelas tampak masih sepi. Aku duduk di kursi paling belakang karena tidak mau dekat dengan kursi guru. Aku tidak suka jika ia menyuruhku untuk menjawab soal yang ia berikan.
“Hari senin kenapa males banget ya bawaannya?” Lirihku sembari menghela napas panjang.
Aku berpangku tangan dan menatap kosong ke depan. Belum ada seorang pun yang datang. Mungkin, mereka masih merasakan nikmatnya libur akhir semester.
Aku saja sampai harus meminta kakak untuk mengantarku ke sekolah. Padahal, biasanya aku selalu berangkat dengan berjalan kaki. Karena menurutku, dengan berjalan kaki menuju sekolah, aku jadi tidak merepotkan kakak yang sibuk bekerja, dan juga bisa membuat tubuhku menjadi lebih bugar.
Biasanya, kakak tidak mau mengantarkanku karena ia harus berangkat pagi-pagi sekali untuk bisa sampai ke kantor tepat waktu. Kakakku tidak ingin, julukan karyawan terbaik sampai jatuh pada karyawan lain. Dia harus selalu terlihat datang awal waktu, sebelum karyawan yang lain datang.


Sarapan Kata KMO Club Batch 36
Kelompok 16
Baruna Aksara
300 Kata
Day-2
“Duh... mana laper banget lagi, belum sempat sarapan.” Lirihku sembari mengelus pelan perutku. Aku sampai tidak sempat sarapan, karena harus buru-buru ikut kakak ke sekolah. Lebih baik, aku berjalan sendiri daripada harus berangkat bersama kakak lagi besok.
Tiba-tiba saja, seorang laki-laki culun dengan memakai kacamata yang tidak kukenal, masuk ke dalam kelasku. Aku yang menyadarinya, langsung membenarkan sikap dudukku. Aku menatap bingung ke arahnya yang nampaknya sedang kesulitan sekali bernafas.
“Eh, ada apa?” Tanyaku dengan nada yang sedikit tinggi. Mungkin, karena cara bicara dan nadaku yang terlalu over, mereka jadi sering menganggapku sebagai wanita yang tomboy.
Ia memberikanku sebuah surat, tanpa mengubah posisinya. Ia masih saja berusaha untuk mengolah nafasnya yang terengah-engah. Dengan perasaan heran, aku mengambilnya dan segera membuka suratnya.
“Arasha, gue tunggu nanti saat jam istirahat di kantin sekolah. Ada yang mau gue omongin. Reza.” Isi surat yang sedang aku baca. Aku menatap surat ini dengan tatapan menyeleneh. Aku tidak ingin berhubungan apapun dengan bocah ingusan itu. Aku sama sekali tidak menyukai cara dia untuk mendekatiku.
“Yaelah, kalau gentle mah harusnya dateng ke kelas! Dasar cemen!” Aku memaki kertas yang kupegang. Aku yang kesal, kemudian meremas kertas itu dengan penuh rasa kesal, lalu membuangnya ke arah pintu.
“Pluk....”
“Awww!” Terdengar rintihan lirih seseorang dari balik pintu. Aku terkejut dan spontan menoleh ke arah sumber suara. Terlihat seorang Guru dengan kumis yang tebal, mulai memasuki ruang kelasku. Tampangnya sangat sangar menurutku. Aku sampai bergidik ngeri. Ia memandang sinis ke arah kami. Aku yang tegang, sampai menelan salivaku sendiri.
“Punya siapa ini?” Tanyanya sembari memperlihatkan remasan kertas yang baru saja aku lempar. Mendadak, batinku menjadi ketar-ketir. Aku tidak mau mendapatkan hukuman hanya karena bertindak asal seperti ini. Aku memandangnya dengan tatapan yang tegang, begitu pun laki-laki culun ini. Tak ada satu kata pun yang keluar, membuat suasanya menjadi bertambah canggung.


Sarapan Kata KMO Club Batch 36
Kelompok 16
Baruna Aksara
Day-3
“Saya tanya sekali lagi...”
“Ini, punya siapa?” tanyanya. Aku semakin kaku dan menunjuk ke arah laki-laki culun itu. Dengan bodohnya, ia pun mengangkat tangannya dan memberitahu kalau kertas itu adalah miliknya. Tapi baguslah! Aku jadi tidak perlu repot untuk membuat drama dan memfitnahnya.
“Kamu... siapa nama kamu?” Tanya Guru itu yang sepertinya sudah memuncak. Tubuh laki-laki culun itu, semakin terlihat bergetar. Aku bingung, kenapa harus sampai seperti itu?
“Kalian berdua, ikut saya ke kantor!” Ucapnya memberi perintah. Aku terkejut dan mulai memberanikan diriku untuk melawannya.
“Lho, kok saya juga ikut sih, Pak? Kan itu punya dia! Kenapa saya jadi terlibat masalah sih?” Protesku keras, hampir menyamai nada protesnya tadi. Ia memelototiku tajam. Ternyata, aku salah untuk melawannya. Kalau bukan karena bocah ingusan itu, aku tidak akan sampai terlibat dengan hal semacam ini.
“Gak pake banyak alasan!” bentaknya.
“Tapi, Pak--”
“Sekarang!” potongnya. Tidak ada kata penolakan untuk perkataan Guru yang satu ini. Aku yang kesal, langsung saja pergi dan melewati Guru itu dengan cepat. Aku segera menuju ruang Guru untuk dimintai penjelasan.
“Apa salahnya? Itu tuh cuma kertas! Lebay banget sih tuh Guru!” Lirihku mendumel karena kesal tidak bisa menghindari hal sekecil ini. Tak kusangka, aku dihukum karena kertas kecil ini.
“Bruuukk!”
“Awwss....” Aku menabrak seseorang, hingga membuat langkahku terhenti sejenak. Aku melihatnya dengan tatapan sinis.
“Apa loe liat-liat!” Ketusku sembari melotot ke arahnya. Nampaknya, ia tak senang karena ucapanku ini. Dia memandangku, seperti caraku memandanginya.
“Saiko, ya!” Teriak wanita itu dengan nada membentak. Aku tidak terima dengan perkataannya yang seenaknya. Aku melayangkan kepalan tanganku ke arahnya.
“Berani, loe--”
“Sudah cukup, Arasha!”
“Gak usah ribut di sini. Ini sekolah, bukan arena pertarungan.” Seseorang tiba-tiba saja melerai dan menghentikanku untuk melayangkan pukulan pada wanita yang menyebalkan ini. Aku menghempaskan tanganku kembali ke tempat semula. Aku menghela nafas panjang dan mulai mencerna keadaan.


Sarapan Kata KMO Club Batch 36
Kelompok 16
Baruna Aksara
Jumlah kata: 304 Kata
Day 4
‘Oh! Morgan!’ Batinku terkejut melihat bahwa yang menghadangku adalah Morgan, Kakak kelas sekaligus pelatih bela diri yang aku ikuti. Aku menganga kaget karena melihat ekspresinya yang marah sekaligus dingin itu. Aku menatap Morgan dengan tatapan tak percaya. Wanita itu pun pergi meninggalkan kami. Aku menatap Morgan dengan penuh rasa bersalah. Aku tidak menyangka, akan bertemunya di sini.
“Sepulang sekolah, ada yang mau saya bicarakan sama kamu. Tolong datang ke tempat latihan tepat waktu. Kamu tenang aja, hari ini, tidak ada latihan.” Ucapnya dengan nada dingin dan mematikan. Aku sudah terbiasa dengan sikap dinginnya itu, dan malah... aku justru menyukainya karena sikap dinginnya itu. Ia seringkali mengacuhkanku. Tapi, itu semua tidak membuat semangatku surut. Aku malah semakin senang bisa dekat dengannya.
Ia pun pergi meninggalkanku. Aku menatap kepergiannya, sampai ia tidak terlihat lagi. Tak kusangka, dia sampai hati memakiku di hadapan teman-teman, demi untuk membela orang yang tidak dia kenal. Mengingat kejadian tadi, aku jadi kesal sendiri.
“Huhh... awas aja tuh orang! Berani macem-macem sama gue? Kalau ketemu lagi, gak akan gue lepasin!” Dumelku kesal karena tidak bisa melampiaskan kemarahanku pada wanita itu. Apalagi, Morgan datang untuk membelanya dan memakiku tadi. Semakin tidak karuhan diri ini.
Aku bergegas menuju kantor sekolah untuk menyelesaikan permasalahan yang sudah menimpaku tadi. Masih belum sampai diotak, kenapa hal sepele seperti itu sampai harus dibawa ke meja kantor?
“Awas aja, gue gak bakalan lupa kejadian hari ini!” Lirihku yang sepertinya sudah tidak bisa menahan emosiku lagi. Aku menghela napasku untuk meredam gejolak emosi di hatiku.
Aku berjalan cepat sampai akhirnya, aku sampai di ruangan kantor. Aku membuka pintu dan segera memasuki ruangan itu. Beberapa Guru yang sudah berada di ruangan, seketika menoleh ke arahku. Aku memandangi mereka dengan tatapan datar.
“Ada apa, Ra?” tanya Bu Dian, selaku Wali kelasku. Aku hanya diam memandangi mereka yang sedang membenarkan kertas tugas murid.
***



Sarapan Kata KMO Club Batch 36
Kelompok 16
Baruna Aksara
Jumlah Kata: 302 kata
Aku keluar ruangan bersama dengan laki-laki culun yang tadi mengantarkan surat yang tidak jelas itu padaku. Aku kesal karena aku juga terkena omelan dari Pak Handoko, selaku Wakepsek di sekolahku dan juga... orang yang sama dengan yang tadi terkena lemparan kertasku. Pantas saja dia terlalu tinggi hati, kepala pengurus yayasan baru saja mengangkatnya menjadi wakepsek sabtu kemarin, disaat murid-murid semua sedang merayakan hari libur mereka. Pantas saja... aku tidak mengenalnya.
“Loe ngapain sih bawa-bawa gue ke dalam masalah? Harusnya loe gak usah segala ngasih surat ke gue! Jadi begini kan akibatnya!” Aku geram melihat dia yang hanya diam saat ditanya oleh Wakepsek tadi. Kini, aku harus menerima hukuman untuk berdiri hormat, di depan tiang bendera sekolah. Aku beberapa kali ingin menghajar si culun ini, tapi aku tak sampai hati. Dia tidak salah, dia hanya diminta untuk mengantarkan surat untukku.
Beberapa waktu berlalu, dan aku masih saja berdiri menghadap tiang bendera dengan mengangkat tanganku hormat. Cuaca hari ini sangat panas, sehingga membuatku merasa tidak nyaman berlama-lama di sini. Aku menyeka keringat yang bercucuran dari keningku. Tak kusangka, hukuman ini terasa begitu berat sekali. Kepalaku mendadak kaku dan terasa sangat sakit, seperti ditusuk dengan jarum. Pandanganku pun sedikit kabur, aku tak lagi bisa merasakan apapun.
Aku memperhatikan Arasha yang sedang berdiri dekat dengan tiang bendera. Aku sengaja meninggalkan kelas untuk meminta izin pergi ke toilet. Tapi, tak kusangka, aku malah tertarik untuk memperhatikan Arasha dari jauh. Ada apa sampai dia menjalani hukuman seperti ini? Apa karena masalah tadi pagi, saat aku memergokinya yang hampir menghajar wanita itu? Aku khawatir, dia tidak bisa menyelesaikan hukumannya dengan baik. Aku memandanginya dari sebrang tempat dirinya berdiri, sembari membaca buku novel yang kubawa. Aku memang suka membaca sejak dulu. Aku membawa buku kemanapun aku melangkah.
“Brukk....” Aku terkejut! Tiba-tiba saja, aku melihat Ara yang terjatuh di atas lapangan.

Sarapan Kata KMO Club Batch 36
Kelompok 16
Baruna Aksara
Jumlah kata: 321 kata
“Ara!” Teriakku karena merasa khawatir padanya. Apa yang barusan terjadi? Aku segera berlari tanpa memperdulikan novel yang tadi kubawa. Aku segera menghampirinya.
Aku merasakan ada sesuatu yang membuatku nyaman. Perlahan, aku membuka mataku dan melihat apa yang sebenarnya terjadi. Aku terkejut, kenapa aku bisa melayang seperti ini? Siapa yang sedang menggendongku?
Aku berusaha menoleh ke arahnya. Tampak Morgan dengan hebatnya mengangkat tubuhku yang sudah tidak berdaya ini. Dia sangat lembut memperhatikanku. Namun ternyata, kepalaku masih saja sakit, tidak bisa diajak kompromi. Kapan lagi, melihat Morgan menggendongku? Aku merasa saat ini, aku tidak perlu marah lagi pada si culun, atau si Reza yang sudah menyuruh si culun untuk mengantarkan surat padaku. Tak kusangka, hal ini malah membuatku menjadi semakin dekat dengan Morgan. Aku tersenyum tipis tanpa sadar, kemudian kembali memejamkan mata. Berada di pelukan Morgan saat ini, aku merasakan kenyamanan.
“Permisi, Bu. Saya Morgan, ingin mengantarkan Adik kelas saya yang terjatuh saat menerima hukuman.” Morgan terdengar sedang berbicara dengan seseorang. Sepertinya, aku sedang dibawa ke ruang UKS. Sampai kapan aku harus berpura-pura pinsan seperti ini?
Ia membaringkanku di atas tempat tidur ruang UKS. Aku sangat menyayangkan hal ini. Apa bisa, waktu diulang kembali? Aku ingin sekali berlama-lama di dalam pelukannya. Rasa nyamannya masih terbayang sampai saat ini. Kemudian, hening. Tidak ada suara sama sekali. Aku penasaran, apa yang sedang Morgan lakukan? Aku mengintip sedikit ke sembarang arah. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Morgan di sini. Mendadak, aku merasakan paranoid berlebih, karena aku hanya sendirian di ruangan ini.
‘Morgan mana sih?’ batinku gelisah. Aku mengintip sedikit ke arah pintu. Terlihat Morgan yang sedang berdiri di sana. Sepertinya, dia sedang berbicara dengan seseorang. Orang itu tidak terlihat dan tertutup dinding. Aku hanya bisa melihat Morgan di sana. Orang itu terlihat sedang mendorong Morgan pelan. Sepertinya dari ekspresinya, Morgan sedang bertengkar hebat dengannya. Terlihat dari tangan yang sedang mendorongnya, itu adalah seorang wanita. Aku menahan amarah, karena terkejut melihat Morgan yang sedang bercengkrama dengan seorang wanita.

Sarapan Kata KMO Club Batch 36
Kelompok 16
Baruna Aksara
Jumlah kata: 336 Kata
“Tapi kan kita pacaran, Gan! Harusnya loe gak usah gendong cewek gak jelas kayak gitu. Apa lagi ini di sekolah, apa loe udah gila, Gan?” tanyanya kesal.
Apa? Jadi Morgan sudah punya pacar? Aku menahan diriku karena ucapan wanita itu yang membuat hatiku sedikit sakit. Kenapa Morgan tidak pernah memberitahu kalau dia mempunyai pacar? Kalau aku sudah mengetahuinya sejak awal, aku mungkin saja tidak akan melanjutkan perasaanku ini padanya. Hatiku bergejolak saat ini. Suara wanita itu terdengar agak keras, sehingga aku sampai bisa mendengarnya dengan jelas. Tapi, tunggu dulu...
Wanita itu sedang memaki keras Morgan, dia pasti sangat kesal dengan perlakuan Morgan yang ia tujukan padaku. Aku tersenyum miring karena melihat keadaan ini. Salah jika aku menyerah saat ini. Justru, aku harus maju! Suasana sedang kacau, ini saatnya bagiku untuk mencari celah dari Morgan.
“Loe tega banget sih, Gan? Apa loe gak mikirin perasaan gue?” ucapnya keras. Terlihat sedikit wajah dari wanita itu. Sepertinya... aku mengenalnya. Bukankah dia....
“Saya harus masuk. Nanti kita bicara.” Ucap Morgan datar padanya. Ia terlihat seperti orang yang tidak terima. Aku yang bingung, langsung saja mengubah posisiku seperti semula. Aku memejamkan mata dengan cepat. Morgan terdengar sedang merenggangkan pintu ruangan ini. Suara langkah kakinya terdengar sangat jelas. Ia sedang menuju ke arahku.
“Brukkk...” terdengar suara pintu yang baru saja ditutup. Aku berusaha melemaskan tubuhku, agar tidak terlalu kaku dan terkesan hanya pura-pura saja. Aku mengintip sedikit ke arah Morgan yang sedang berjalan ke arahku. Ia kini duduk di kursi yang ada di sebelah kiriku.
“Grep....” Ia tiba-tiba saja memegang tanganku. Aku sontak menjadi kaget, namun... aku tidak bisa menghindari tangannya itu. Aku sedang berakting sekarang. Aku takut, dia mengetahui kalau aku hanya pura-pura pinsan saja.
“Kenapa sih, kamu selalu menyeret saya dalam masalah?” Tanyanya lirih yang masih terdengar olehku. Apa maksud dari perkataannya barusan? Aku tidak mengerti dengan yang dia ucapkan. Apa... karena aku, dia jadi bertengkar dengan wanita yang mengaku menjadi pacarnya tadi? Aku saja tidak mengetahui hubungan mereka yang sudah terjalin. Aku pun tidak meminta Morgan untuk menggendongku tadi.

Sarapan Kata KMO Club Batch 36
Kelompok 16
Baruna Aksara
Jumlah kata: 344 kata
“Kalau udah kuat jalan, langsung masuk ke kelas, ya.” Tambahnya masih dengan nada yang lirih. Ia kemudian bangkit, dan pergi meninggalkanku sendirian di sini. Aku terkejut bukan main! Apa... dia tahu, kalau aku sudah siuman sejak tadi?
“Gila... kenapa feeling-nya hebat banget, ya? Gue perasaan biasa aja. Gak ada gerak walaupun sedikit.” Aku bergidik ngeri karena aku merasa, aku tidak bisa membohongi Morgan lagi nantinya.
Aku sangat malas untuk kembali ke kelas. Masalahnya, sebentar lagi jam istirahat, dan... aku tidak ingin kembali ke kelas dengan sia-sia. Lebih baik, aku berdiam diri di tempat ini sembari memulihkan tenagaku yang masih agak lemas. Tentu saja aku tidak benar-benar sengaja melakukan ini. Aku pun tidak mengetahui, kalau Morgan sedari tadi sudah memperhatikanku dari jauh.
“Hadeh... bukan salah gue kok! Gue gak sengaja. Lagian... ngapain juga dia perhatiin gue dari jauh kayak gitu? Pake segala gendong gue segala lagi!” ketusku.
Aku mengerutkan bibirku. Tapi... jika dipikir kembali, aku jadi bisa merasakan pelukan Morgan, bukan? Aku berubah gimik menjadi senang karena kegirangan mengingat kejadian Morgan yang dengan sukarela menggendongku. Tapi... ekspresiku seketika berubah saat mengingat kembali wanita yang sedang berbincang dengan Morgan tadi. Apa aku tidak salah dengar? Dia menyebutkan bahwa, dia adalah kekasih Morgan. Bahkan Morgan tidak pernah mengatakan itu pada siapa pun. Aku menjadi geram saat mengingatnya.
“Awas aja... kalo dia sampe berani macem-macem sama gue karena masalah ini, gue gak akan segan!” Lirihku sembari mengepalkan tanganku karena kesal.
“Teng... Nong...” bel istirahat pun sudah terdengar. Aku menuju kantin untuk sekedar membeli makanan ringan dan air mineral. Aku merasa, perutku sudah tidak bisa dikompromikan lagi. Apa mungkin, aku pinsan karena belum mengisi perutku?
“Lain kali mah, gak bakalan mau gue kalau disuruh bareng sama Kakak. Gue gak sempet sarapan karena berangkat terlalu pagi.” Lirihku sembari tetap berjalan menuju kantin. Aku sudah sampai di kantin. Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh arah. Aku bingung, terlalu banyak makanan yang tersedia di sini. Aku merogoh kantung baju seragamku untuk melihat sisa uang yang kumiliki. Aku terkejut karena, yang kupunya hanyalah beberapa koin receh. Aku sempat geram karena kesialan yang selalu menimpaku.
Sarapan Kata KMO Club Batch 36
Kelompok 16
Baruna Aksara
Jumlah kata: 313 kata
“Kalau segini mah, gimana caranya gue buat beli makanan?” Lirihku bertanya-tanya. Aku menghela napas panjang sembari memikirkan, apa yang harus aku lakukan agar bisa mendapatkan makanan untuk sekedar mengganjal perutku?
“Ra!” Pekik seseorang dari kejauhan. Terlihat Reza di antara kerumunan. Aku tersadar tentang surat yang tadi si culun berikan padaku. Kenapa aku bisa lupa dengan Reza? Aku tidak ingin menemuinya. Tapi... sudah kepalang seperti ini, aku haru menghadapinya juga.
Ia berusaha menghampiriku dan menghindari kerumunan yang ada. Aku hanya diam pasrah, entah apa yang akan ia bicarakan denganku nanti. Ia berhasil berdiri di hadapanku sekarang. Dengan tampang yang cengengesan, ia selalu terlihat konyol di mataku. Aku tidak suka dengan kepribadiannya itu. Dia sangat berbanding terbalik dengan Morgan. Aku memutar bola mataku dan membuang pandanganku.
“Akhirnya loe dateng juga. Pasti loe udah terima surat dari si culun, kan?” Tanyanya dengan sangat bersemangat. Aku menoleh spontan ke arahnya.
“Sorry ya, gue ke sini tuh bukan karena mau nemuin loe! Gue pengen makan tau gak!” Ketusku masih sama seperti perlakuanku biasanya pada Reza. Aku memang sudah tidak menyukainya sejak pertama bertemu dengannya. Sialnya, dia juga masuk club bela diri yang sama dengan yang aku masuki sekarang. Jadi, aku mau tidak mau selalu bertemu dengannya. Untung saja... aku tidak satu kelas dengannya. Jadi, masih ada celah untukku agar tidak melihatnya untuk beberapa waktu.
Yah! Sayang banget dong ya? Padahal... gue nyuruh loe ke sini, buat ngajak loe makan. Tapi... loe kayaknya gak mau--”
Mendengar ucapannya yang seperti itu, aku langsung saja menarik tangannya dan segera membawanya menuju tempat yang kosong, tanpa menunggu persetujuannya. Aku menarik paksa tangannya supaya dia tidak mengubah tujuannya. Kebetulan sekali, tidak ada salahnya aku bertemu Reza kali ini. Dia bisa aku manfaatkan untuk sekedar mengisi perutku yang kosong. Tidak buruk juga bagiku untuk jalan bersama dengan Reza. Apalagi... tampangnya tidak terlalu buruk, aku juga tidak akan malu jika menggandeng tangannya sekali pun.
Sarapan Kata KMO Club Batch 36
Kelompok 16
Baruna Aksara
Jumlah kata: 305 kata
Aku memesan beberapa makanan yang aku inginkan. Aku tidak akan sungkan jika dia mempersilahkan. Aku juga meraup semua jajanan yang ada di hadapaku, tanpa ada sisa. Jika sudah seperti ini, aku terima tantangannya.
Aku melihat Ara yang sedang berusaha menguras habis uangku. Aku menatapnya dengan bingung, sekaligus tak rela. Jelas sekali, ia ingin meraup keuntungan dari semua yang ada. Aku jadi sedikit kesal.
“Ra, loe becanda kan?” Tanyaku yang masih berpikir positif padanya. Ia kembali menuju tempat duduk yang kami tempati, kemudian meletakkan semua makanan yang ia borong, ke atas meja. Dengan cepat, ia membuka beberapa bungkus jajanan yang ia ambil, kemudian menyantapnya. Aku kebingungan dengan sikap anehnya ini. Apa dia sengaja, ingin membuatku menjadi ilfeel dan menjauhinya?
“Kelihatannya, gimana?” Tanyanya balik sembari mengunyah makanan yang ada. Aku berusaha menghela napasku, dan berusaha tenang. Aku tidak ingin terhasut olehnya, dan malah membenci Ara. Aku tahu... dia sedang mengujiku saja. Aku tidak akan menyerah begitu saja.
“Huft....” Reza terdengar sedang menghela napasnya. Aku merasa, sudah menang kali ini. Dia pasti tidak akan mengejarku lagi, bukan? Jangan sampai dia makin gigih karena melihat aku yang seperti ini?
“Pluk....”
Mataku membulat seketika, karena Reza menaruh tangannya di atas kepalaku. Aku sampai menghentikan makan, karena kagetnya. Aku melihat ke arahnya yang sedang tersenyum itu.
“Makan aja... habisin kalau loe suka.”
Terlihat Morgan yang sedang kebingungan di sana. Aku berusaha mencari kursi kosong untuk menyantap makananku yang sudah kubeli ini. Aku mengedarkan pandanganku untuk melihat tempat yang masih tersisa. Aku tak sengaja melihat Ara dan juga Reza, yang sedang memegang kepala Ara. Sungguh pemandangan yang tidak bisa dicerna. Kebetulan sekali, ada sisa kursi kosong di sebelah Ara, membuatku lega karena bisa menyantap makanan yang sangat aku sukai ini. Aku langsung menghampiri mereka tanpa membuang waktu.
“Loe gak marah sama gue?” Tanyaku dengan heran. Reza kemudian menunjukkan sebuah kartu ke arahku.
Saingan 5
Sarapan Kata KMO Club Bacth 36
Kelompok 16
Baruna Aksara
Jumlah kata: 334 kata
“Gue bisa beliin makanan satu kantin ini, kalau loe mau.” Ucapnya dengan nada yang datar, tapi bagiku, sama saja dengan memamerkan kekayaannya. Angkuh sekali dia.
“Lagi-lagi kamu bikin onar!” Ucap dingin seseorang yang datang secara tiba-tiba. Aku menoleh ke arahnya, ternyata... itu Morgan. Kenapa dia selalu datang di saat yang tidak tepat seperti ini? Apa... dia ingin membuatku malu lagi seperti tadi?
“Di sekolah, gak boleh mesra-mesraan seperti ini.” Ucapnya dengan dingin. Aku kemudian langsung berdiri menghadapnya, disusul dengan Reza. Aku tidak paham dengan yang Morgan ucapkan tadi. Siapa yang bermesraan?
“Apa sih, siapa juga yang mesra-mesraan?” Tepisku sinis, dengan wajah yang ditekuk. Morgan lagi-lagi membuatku malu di depan umum seperti ini.
“Kalau emang kita berdua mesra-mesraan, apa urusannya sama loe?” Tanya Reza dengan nada yang tak kalah dinginnya dengan Morgan. Kenapa dia bisa berani sekali berkata seperti itu pada Morgan? Padahal... jelas-jelas dia tahu, kalau Morgan adalah pelatih di club yang kami ikuti.
“Za! Sopan dikit dong, dia kan pelatih.” Lirihku yang tak enak pada Morgan. Reza terlihat tidak menerima sindiranku. Terlihat sangat jelas dari sikapnya.
“Di dalam club, dia emang pelatih. Tapi di sekolah ini, dia cuma sebatas kakak kelas aja. Dan lagi... di dalam cinta, dia cuma saingan.” Ucapnya tanpa ragu. Aku sampai menepuk keningku dengan kencang.
Morgan tidak bergeming sama sekali. Aku tidak tahu, apa yang ia pikirkan. Ia hanya menatap dingin ke arah kami, kemudian duduk pada kursi kosong yang ada di sebelahku. Aku memelototinya dengan kaget.
“Heh... ngapain kak Morgan duduk di sini?” Tanyaku sembari berusaha menahan jantungku yang terus berdegup kencang. Ia tidak menghiraukanku, dan malah asyik menyantap makanan yang sudah ia bawa.
“Udah, gak ada gunanya loe ngomong sama dia. Ayo, kita aja yang pergi!” Ajak Reza. Aku bukan merasa risih dengan keberadaan Morgan, yang tiba-tiba ini. Aku hanya masih belum siap untuk kejadian seperti ini. Sejujurnya... aku tidak pernah duduk bersebelahan seperti ini dengannya. Kejadian tadi, saat ia menggendongku dan juga memegang tanganku, pun baru pertama aku rasakan. Aku justru ingin lebih dekat dengannya lagi.
Saingan 6
Sarapan Kata KMO Club Batch 36
Kelompok 16
Baruna Aksara
Jumlah kata: 313 kata
Day 12
Reza membawaku pergi dari kantin. Aku tidak bisa menolak paksaannya itu, karena sedang kesulitan membawa makanan yang kubeli tadi di kantin. Kenapa bisa Reza mengatakan hal demikian pada Morgan? Saingan cinta? Apa katanya tadi?
Aku sudah merasa risih dengan perlakuan Reza yang bersikap seenaknya saja.
“Duh....” Aku geram, dan menghempaskan tanganku yang sedang ia cengkram, membuat seluruh makanan ringan yang kubawa, berhamburan di atas lantai.
“Ya ampun, Ra!” Ia membentak ke arahku. Aku yang baru pertama kali melihat ekspresi itu, langsung terdiam menunduk. Aku merasa ada satu bentakan, yang membuat diriku down.
“Ra....” Ia memanggilku lirih, sembari mencoba meraih tanganku. Itu membuatku merasa tak nyaman. Dengan segera aku menepis tangannya.
“Apaan sih loe!” Aku membentaknya kembali. Aku tidak ingin Reza terus-menerus menguasaiku. Aku ingin menunjukkan, betapa aku memiliki tujuan hidupku sendiri.
“Ra... gak gini dong, Ra--”
“Udah.” Aku memangkas kasar ucapannya, sembari menyorotkan padangan kesal. Pandangannya terlihat seperti orang yang tidak percaya.
“Gue tuh udah gak suka sama loe dari awal! Harusnya, loe sadar diri dong!” Ucapannya membuatku jengkel. Aku tidak suka orang yang memaksakan perasaannya.
Entah apa yang sudah merasuk ke dalam pikiranku, aku sangat marah kali ini. Pandangan matanya masih seperti orang yang tidak percaya.
Aku meninggalkannya dengan perasaan kesal. Terdengar samar pekikannya, namun sama sekali tak kuhiraukan.
Aku kembali menuju kelasku. Setidaknya... aku sudah mengisi perutku dengan sedikit makanan, yang sudah kumakan tadi. Namun... perasaan kesal ini malah membuatku semakin lapar saja. Huft....
Sepanjang jalanku menuju kelas, mereka semua memperhatikanku dengan tatapan yang tidak aku sukai. Aku memandang mereka dengan heran. Lama-kelamaan, pandangan mereka berubah menjadi suatu pandangan yang menyudutkanku. Aku merasa sedang digertak oleh mereka semua.
“Apa loe liat-liat?!” Bentakku sinis, mereka semua seperti mengindahkanku. Aku yang kesal, kemudian berlalu pergi menuju ke ruang kelasku.
“Bruk....”
Aku menghempaskan diriku dengan cepat, ke tempat dudukku. Tak kusangka, aku sudah terlalu emosi, sehingga... membuatku merasakan sakit akibat benturan yang terlalu kencang.
Mangsa baru
Sarapan Kata KMO Club Batch 36
Kelompok 16
Baruna Aksara
Jumlah kata: 313 kata
Day 13
“Aws....” Rintihku lirih, sembari berusaha menahan sakit.
“Duh... kenapa sih, hidup gue sial mulu?” Geramku yang sudah tidak ingat lagi dengan orang-orang yang berada di sekelilingku. Aku tersadar, mereka sudah memperhatikanku sejak pertama aku masuk ke dalam kelas.
Aku hanya diam, tak berani melawan pada mereka. Karena... mereka semua adalah mangsa, yang bisa memberikanku makanan secara cuma-cuma. Itu semua kudapatkan, tentu saja dengan konsekuensi yang seimbang dengan apa yang aku berikan pada mereka. Setiap pagi, aku selalu memberikan mereka jawaban dari semua PR-ku. Mereka hanya tinggal terima bersih saja. Aku tidak keberatan dengan hal itu, karena... aku hanya bisa mendapatkan uang atau makanan dengan cara ini saja. Kakak jarang sekali memberikanku uang saku, untuk sekedar mengganjal perut. Biasanya... aku selalu memasak, agar tidak merasakan lapar saat waktu istirahat tiba.
“Ra, minta jawaban PR Fisika, dong!” Seseorang tiba-tiba saja menghampiriku dengan lagak yang angkuh. Aku menatapnya dengan kesal, kemudian mengubah sudut pandangku padanya. Aku tersenyum penuh hasrat padanya.
‘Mangsa baru....’ Batinku berusaha mengatur strategi, untuk memenangkan pertarungan.
Aku mengarahkan telunjukku ke arahnya, kemudian memberikan tanda agar dia mendekatkan diri ke arahku. Ia tersugesti, lalu segera mendekatkan telinganya.
“Gue bisa kok, ngasih loe contekan setiap hari.” Lirihku dengan penuh hasrat tersirat. Ia terdiam, aku hanya bisa menunggu respon darinya.
“Pasti gak gratis?” Tebaknya, aku menghela napasku panjang.
“Zaman sekarang, mana ada yang gratis?” Tambahku, yang berusaha membuatnya mengerti. Ia menjauhkan dirinya, dan menatap ke arahku.
Pandangannya seperti sedang berpikir, aku hanya memandanginya dengan senyuman jahil. Tak masalah, jika ia tidak bisa memberikan yang aku inginkan. Aku pun tidak akan memberikan yang ia inginkan.
“Loe harus turutin, yang gue mau.” Lirihku dengan nakal, membuat dirinya sangat terkejut. Ia seperti tak rela setelah mendengar perkataanku.
“Gimana bisa? Semuanya gitu?” Terdengar nada keberatan di sana. Aku melipat kedua tanganku, dan menyedekapkannya sembari tersenyum jahil.
“Terserah loe sih, loe mau nurut atau enggak. Gue juga gak maksa--”
“Setuju!” Potongnya dengan sangat bersemangat. Aku semakin melebarkan senyuman jahilku ke arahnya.
“Senang berbisnis dengan anda... Ilham.” Aku tersenyum manis ke arahnya, tentu bukan senyuman cuma-cuma. Terlintas di benakku, sesuatu yang bisa membuatku terlepas dari Reza. Aku harus bisa membuat Reza menjauh dariku. Entah bagaimana caranya nanti.
***
Halusinasi
Sarapan Kata KMO Club Batch 36
Kelompok 16
Baruna Aksara
Jumlah kata: 304
Day 14
Pukul 2 siang telah tiba. Aku bersiap untuk segera menuju aula, tempat biasa kami berlatih. Terlihat Ilham yang sudah menungguku di depan balkon kelas. Aku pun dengan segera menghampirinya.
“Ham!” Pekikku, ia langsung bangkit begitu melihat ke arahku.
“Loe sebenernya mau ngapain, sih?” Tanya Ilham yang nampaknya sudah tak sabar dengan kejutan yang akan ia terima. Aku tersenyum sinis ke arahnya.
“Gue mau minta tolong, buat singkirin orang yang suka sama gue.” Bisikku, ia menghindariku dengan segera, membuatku merasa kaget.
“Gak! Gue gak suka mainin perasaan!” Tolaknya tegas, membuatku merasa bingung harus mengatakan apa. Aku menatapnya dengan tatapan kesal, karena kupikir, dia sudah melanggar janjinya.
“Oh gitu?” Tanyaku dengan sinis, sembari mendelik. Ia hanya diam tak bergeming, membuatku semakin kesal padanya.
“Oh, yaudah! Kalau gitu... jangan salahin gue kalau gue pelit sama loe soal nilai!” Aku berusaha menggertaknya kemudian meninggalkannya.
Ia tiba-tiba saja menarik lenganku dengan kasar, membuatku spontan membalikkan tubuhku ke arahnya kembali.
“Apaan si--”
“Yaudah! Gue mau.” Ia memotong ucapanku dengan spontan.
Satu senyuman mengembang di pipiku. Akhirnya... aku bisa selangkah lebih maju, untuk bisa terhindar dari Reza, Sang pembuat onar.
“Ikut gue.” Pintaku. ia terdiam sesaat, kemudian segera mengikutiku dari arah belakang.
Aku mengajaknya ke aula untuk menemaniku menghadiri panggilan dari pelatih club-ku. Yap! Siapa lagi kalau bukan Morgan.
Aku menoleh ke kiri dan ke kanan, untuk melihat keadaan sekitar. Terlihat mereka semua yang sedang duduk di pinggir lapangan, sembari mendengarkan Morgan bicara.
“Aduh... udah mulai lagi.” Aku mengaduh, karena pertemuan ini sudah dimulai sebelum aku tiba.
“Apaan sih, Ra?” Ilham bertanya dengan lantang, membuat aku bingung. Khawatir ada orang yang mendengarnya. Aku berusaha menutup mulutnya itu, agar ia tidak mengucapkan apapun lagi.
“Stt... ah jangan kenceng-kenceng--”
“Arasha....” Pekik seseorang memotong pembicaraanku dengan Ilham, yang kutahu adalah Morgan. Aku berhenti sejenak, lalu menoleh perlahan ke arah Morgan yang barusan saja memanggilku.

Halusinasi 2
Sarapan Kata KMO Club Batch 36
Kelompok 16
Baruna Aksara
Jumlah Kata: 308 kata
Day 15
“Ngapain kamu di situ?” Tanyanya dengan tegas. Sorot matanya melambangkan kebencian. Aku tak lagi bisa mengelak kali ini.
Aku membenarkan kemejaku, dan berdiri menghadapnya.
“Emm... maaf kak, saya telat dateng ke sini.” Lirihku yang tak berani menatap ke arahnya.
Semua mata memandang ke arahku. Aku jadi kesal. Kalau saja Ilham tidak bicara terlalu keras, aku pasti perlahan bisa menyelinap masuk ke sana.
“Sini kamu.” Suruhnya, aku terpaksa harus menuruti apa yang ia perintahkan.
Gadis itu baru saja datang. Ia sama sekali tak punya malu sedikit pun. Dia sudah membuat Morgan melakukan hal yang konyol, dan membuatku terbakar api cemburu. Wajahnya saja yang terlihat polos, tapi... aku tahu, dia sengaja melakukan semua ini untuk mengambil rasa simpatik dari Morgan.
‘Gue gak akan tinggal diam!’ Batinku berseru.
Ia berjalan melewatiku, dan melewati Morgan. Aku perlahan menjulurkan kakiku ke arah ia berjalan.
“Ah....” Jeritnya lirih, seperti sedang menahan.
‘Ups....’
Aku merasakan sensasi kesenangan dari apa yang sudah kulakukan. Aku tak sabar, ingin melihat reaksi mereka seperti apa.
“Brukk....”
Mataku mendelik, melihat ternyata Morgan sudah membantunya agar ia tidak jatuh saat kakinya tersandung dengan kakiku. Aku merasakan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan, yang membuatku geram sendiri. Lagi-lagi, ia berhasil merebut perhatian Morgan dariku.
‘Awas kamu, Arasha.’
Terlihat Ara yang sedang melamun, karena masih dibantu oleh Morgan.
Pandangannya terasa lekat, membuatku tak bisa berpaling darinya. Sejenak, aku melupakan semua masalah yang ada. Saat ini, hanya ada aku dan Morgan saja di lantai dansa.
Aku bergerak, ke kiri dan kanan, sembari menyamai langkah jenjang Morgan, agar terlihat lebih senada. Alunan musik yang terdengar, membuat suasana menjadi sangat romantis. Tangannya yang melingkar di pinggulku, membuatku terasa gemetar setiap merasakan sentuhan hangatnya. Ia menatap lekat diriku, membuatku ingin sekali menciumnya.
Aku semakin terperosot ke dalam hayalan ini, sorakan mereka membuatku tersadar, dan langsung memandang keadaan sekitarku.
‘Eh, ternyata cuma halusinasi aja.’ Batinku sembari berusaha membenarkan posisiku.

Halusinasi 3
Sarapan Kata KMO Club Batch 36
Kelompok 16
Baruna Aksara
Jumlah kata: 305 kata
Day 16
Mereka semua memandangku dengan tatapan aneh. Tatapan yang sama, dengan tatapan kebencian. Aku membuat mascout di club ini, merangkulku di hadapan banyak orang? Bahkan di hadapan orang yang katanya adalah ‘kekasih’ darinya.
‘Gak tahu malu.’ Batinku yang berusaha untuk menyadarkan diriku sendiri, tentang halusinasi ini.
Aku menggelengkan kepalaku dengan cepat.
“Ma-maaf, Kak.” Ucapku sampai gagap, saking paniknya karena semua mata memandang.
Aku pasrah dengan konsekuensinya.
Aku menoleh ke arah gadis itu. Tatapannya terasa tajam dan mematikan, membuatku tak berdaya. Harus bagaimana diriku setelah ini?
“Duduk.” Ucap Morgan.
Spontan aku menoleh ke arahnya. Ternyata, dia sama sekali tidak memarahiku. Malah, wajahnya terlihat bersemu merah.
‘Masa iya sih, dia malu?’ Batinku, yang berusaha mencerna keadaan.
“Tunggu apa lagi?” Tanya Morgan tiba-tiba, membuatku tersadar kembali dari lamunan.
“I-iya kak!” Aku tidak bisa mengelak apapun lagi sekarang.
Aku menoleh ke arah Ilham, yang hanya diam mematung di sana. Sembari berjalan, aku memberikan sedikit kode untuk menyuruhnya bergabung dengan kami. Tak kusangka, ia menangkap kode itu dengan cepat. Ia pun segera menyusulku dan duduk di sebelahku.
Terlihat dari sudut sana, Reza yang hanya diam sembari memandang ke arahku. Tatapan matanya seakan menyorotkan kebencian. Aku hanya diam, ternyata... umpan sudah dimakan dengan cepat. Tak sia-sia aku tersandung sesuatu tadi. Reza pasti gerah melihatnya.
Aku duduk membuat barisan bersama Ilham. Aku memandang Morgan yang sudah meneruskan ucapannya, yang mungkin saja sempat terpotong karena ulahku.
“Ini kita ngapain?” Bisik Ilham, aku spontan mengalihkan perhatianku padanya, sembari tetap memandang Morgan.
“Ada rapat, gue gak tahu buat apa.” Jawabku lirih tapi Ilham hanya diam setelah mendengar jawabanku.
Kami semua memperhatikan setiap perkataan Morgan. Ia terlihat sangat keren jika berdiri di hadapan banyak orang seperti itu.
‘Aku harus pintar-pintar nahan diri.’ Batinku yang berusaha mengingatkan diri sendiri.
Aku tidak ingin sampai membuat kesalahan kecil yang lain. Aku tidak ingin mereka semua membuatku tidak nyaman di club ini.
Peran
Sarapan Kata KMO Club Batch 36
Kelompok 16
Baruna Aksara
Jumlah kata: 305
Day 17
“Besok, adalah jadwal untuk demo ekstra kulikuler tahun ini. Saya harap, semua bersiap dengan bidangnya masing-masing.” Ucapnya dengan tegas, sembari mengedarkan pandangannya ke arah kami.
Ia terlihat sedang mengambil secarik kertas. Ia membukanya, dan membacakannya di hadapan kami.
“Seni tunggal tangan kosong, diambil alih oleh Farhan.”
“Seni tunggal golok, diambil alih oleh Fauzi.”
“Seni tunggal toya, diambil alih oleh Abi.” Ucap Morgan tegas, sembari memandang mereka yang ia sebut.
Setiap perkataan yang terdengar dari mulutnya, membuat hatiku semakin berbunga. Aku tidak menyangka, efeknya akan jadi sekuat ini. Pesonanya terlalu memikat, membuatku semakin sadar perbedaan posisi kami sebenarnya.
“Ganda putri, diambil alih oleh Dafhina dan Arasha.” Ucapannya terdengar menohok, membuatku sontak mendelik ke arahnya.
“Apa?” Lirihku tak percaya.
Aku menoleh ke arah Dafhina yang ternyata juga sedang menatapku tajam. Aku terdiam, lalu menelan salivaku.
‘Mati gue!’ Batinku mengerang, lalu dengan cepat mengalihkan pandanganku ke arah Morgan kembali.
“Ganda putra, saya ambil alih. Bersama dengan...” Ucapnya menggantung. Aku penasaran sekali dengan pilihannya itu. Ia kemudian terlihat sedang menoleh ke arah Reza.
“Reza.” Sambungnya tegas, membuatku tercengang.
Aku spontan menoleh ke arah Reza, yang nampak hanya diam tak bereaksi. Apakah Morgan sedendam itu padanya? Ia sampai memasangkan dirinya sendiri dengan adik tingkatnya. Tak bisakah ia memadankan dirinya dengan seseorang yang lebih pantas?
Reza baru saja masuk ke dalam klub ini. Mungkin saja, ia tak mempunyai pengalaman khusus seperti yang Morgan miliki. Apa tidak bisa mengubahnya, sebelum semuanya terlambat?
‘Ah! Apa-apan sih? Kenapa gue malah jadi kasian gini sama Reza?’ Batinku merasa ada sesuatu yang salah dari diriku.
‘Biarin aja, biar dia tau rasa!’ Aku menyambung dalam hati.
“Untuk ganda campuran, saya minta kesediaannya untuk menjadi pasangan sparing dengan saya. Siapa yang bersedia?” Tanyanya membuatku sontak kaget.
Hatiku bergejolak, ingin sekali mengucap kata bersedia. Tapi, aku sudah terlalu malu dengan semuanya. Aku tidak ingin memperkeruh keadaan.