Loading
10

1

1

Genre : Romance
Penulis : Ruly Kumala
Bab : 18
Pembaca : 2
Nama : Ruly Kumala Ardi
Buku : 1

Pasangan Terbaik Untuk Riri

Sinopsis

Riri seorang yang memiliki wanita yang selalu idealis dalam kehidupan pribadi, namun luwes dalam pemikiran, kecerdasan dan kemampuan bakat. Gadis ceria cerdas yang berusaha mencari kebahagiaan dengan caranya sampai cinta hadir dalam hidup nya.
Tags :
#Cinta #Persahabatan #Inspirasi #Motivasi

Cerita Riri Hari Ini (Bagian 1)

2 3

 

Sarapan Kata KMO Club Batch 35 

 

Kelompok7_RenjanaAksara

 

Jumlah Kata_540Kata

 

Part I Cerita Riri Hari Ini 

Pagi itu... 

"Pagi mak, koran pagi sudah datang belum?" tanya Riri. 

"Itu, lagi dibaca bapakmu! Kata ibu. 

"Kamu jadi nduk, berangkat ke studi banding?" tanya bapak yang masih asik membaca cerita. 

"InsyaAllah pak, Riri berangkat pake kereta bersama teman-teman se kelas, wong tiket sudah dipesan, ucap Riri. 

"Yang penting kamu jaga diri, niatkan semuanya untuk belajar, jangan hanya jalan-jalan saja!" tegas Bapak.

"Siapppp, Pak!"

Tin....tin... suara mobil jemputan tiba. 

"Hhhmmmm.... mobil jemputan datang, Riri berangkat ya pak, bu" 

Sambil mencium tangan kedua orang tuanya Riri berangkat menuju kampusnya tercinta. 

Riri salah satu mahasiswi di universitas swasta di Yogyakarta, dia mengambil jurusan farmasi. Riri tergolong mahasiswi yang aktif, cerdas dan mandiri. 

Di samping studinya sebagai seorang calon farmasis dia juga berkerja parttime disebuah apotik milik salah satu dosen Riri. Karena kecerdasannya dia saat ini sudah hampir menyelesaikan kuliahnya. 

Hari-hari Riri lalui tanpa pernah mempusingkan dirinya dengan hal-hal nggak penting, salah satunya pacaran. 

Bagi Riri, studinya adalah nomer satu. 

Walau demikian, Riri bukan anak yang kutu buku, kesehariannya tetap mengikuti kegiatan diantara kerohisan dan basket, bahkan saat semester 5 ini, Riri terpilih menjadi ketua club basket di kampusnya. 

Banyak sekali teman lelaki yang suka berteman dengannya, sehingga tidak jarang ada yang sesekali mengiriminya hadiah. Tapi, Riri tetap pada pendiriannya studinya adalah prioritasnya.

"Ri, lama amat ditungguin," kata Ratna sahabat Riri di kampus. 

"Iya, aku tadi ke perpustakaan dulu," 

"Eh, iya nih.. pasti kamu mau ikutan lagi kan?" kata Ratna sambil menyodorkan brosur tentang lomba karya tulis.

"Wah, mantab kudu cari bahan ini." Kan seminggu lagi kita studi banding," kata Riri.

"Eh, iya ya... tapi tetap mau ikutankan menantang loh hadiahnya," ucap Ratna.

"Hhmmmm.... boleh dicoba!" kata Riri Seraya memeluk temannya untuk masuk ke kelas.

Perpusatakaan adalah tempat paling nyaman dikunjungi Riri. Rasanya bisa seharian Riri berada diantara tumpukan buku. 

"Ri, kamu mau ambil materi tentang Analisis Kimia Anorganik apa Organik?" tanya Ratna. 

"Kayaknya itukan bebas kan ya?" 

Kayaknya kita cari farmasi sosial aja yang lebih punya data klinis lebih banyak, gimana kalo kita ajukan tema dan deskripsinya dulu baru kita tanya sama pak dosen ganteng," jawab Riri.

"Hmmmm, kamu mau di bimbing beliau atau mau deket-deket beliau nih," sindir Ratna. 

"Keduanya ha..ha.. bercanda say," kata Riri.

"Tau lah aku, kan kalian berdua itu cocok jadi pasangan high quality jomblo, ha..ha.." kata Ratna mengoda sahabatnya. 

Riri itu konsisten dengan kejombloan walau memang punya dosen idola yang menjadi inspirasinya. 

Cita-cita Riri menjadi praktisi dosen farmasi itu sangat diidamkannya karena melihat sosok dosen favoritnya ini.

Selepas dari perpustakaan Riri langsung pulang ke rumahnya. Berbagai buku tentang medis dan penanganan obat dibawanya. 

Riri sangat menyukai membaca dan studi banding serta karya ilmiah selalu diikutinya. Tidak tanggung-tanggung Riri dalam lima semester ini sudah mengikuti karya ilmiah bahkan juara pun pernah di raihnya. 

Riri, pandai membagi waktunya. Baik kerja parttimenya, ke perpustakaan serta hobbynya main basket. Semua di aturnya dengan baik. 

Pesan Ayah Riri, "Nak, seorang yang hebat itu bisa mengatur kapan dia tidur dan bangun dengan baik, serta bagaimana mengatur hubungannya dengan masyarakat dan Tuhannya tanpa meninggalkan cita-citanya."

Ayah selalu bijak dalam memikirkan kebutuhan putra-putrinya baik pendidikan dan hobby mereka, termasuk putri satu-satunya Riri Triana yang sangat dibanggakannya.

Keesokan harinya hari ini jadwal Riri kerja parttime. Berkerja sambil kuliah pasti berat, tapi buat Riri selalu menjalani tugasnya. 

user

15 July 2021 07:35 Raisha Wulandari Semangat, kak Rulli

user

16 July 2021 15:36 Sri Mulyati Semangat kakak

user

29 July 2021 07:12 Rallien Delmara Keren si Riri

Cerita Riri Hari Ini (Bagian 2)

2 0

 

Sarapan Kata KMO Club Batch 35 

Kelompok7_RenjanaAksara

Jumlah Kata_329Kata

 

Di Apotek Riri menjadi asisten apoteker, sebagai seorang asisten Riri selalu membuat pekerjaan secara rapi, menilik resep setelah di tilik (di skrining keabshannya apakah resep itu sah, dan benar sebelum dikerjakan), setelah itu Riri berusaha fokus saat di tempat kerja dia fokus dan meracik resep dengan tepat, terkadang jika sulit Riri selalu bertanya jika tulisan tidak jelas atau barang yang ada tidak sesuai dengan resepnya. 

Seperti hari ini, Riri kehabisan salah satu obat antibiotika. Karena distributor farmasi tempat pemesanan obat itu sedang kosong. 

"Sore dok, saya terima resep atas nama ibu ana 40 tahun, dok antibiotiknya kosong dong," kata Riri yang menelfon Dokter di sebuah klinik. 

"Halo, Riri semangat sekali, antibiotiknya apa ya, Ri?" kata Dokter. 

"Obatnya levofloxacin, dok?" Bisa saya ganti dengan yang lain kah dokter," kata Riri. 

"Oh, iya ibu itu infeksi pernafasan, Ri. Kalo gitu diganti aja sama azitromisin ya, Ri!" kata Dokter. 

"Oke, dokter dosis sama ya dokter?" tanya Riri kembali.

"Iyes, dosisnya sama ya Ri!" perintah Dokter tersebut. 

"Terima kasih ya, Dok." 

Seperti itulah Riri, tanggap dan cekatan selalu bisa diandalkan. Bahkan pemilik sekaligus apoteker penanggung jawab apotik tersebut selalu mengandalkan Riri. 

"Luar biasa, dokter mana pun takluk loh sama Riri," kata apoteker. 

"Bang, abang takluk juga nggak sama Riri," celetuk asisten apoteker lainnya. 

"Hush, kalian ini. Contoh Riri, konsisten, tanggap, cekatan calon apoteker idaman." 

"Calon istri idaman juga nggak nih, bang?" ledek asisten lainnya. 

"Hush, kalian ini. Udah-udah lanjut kerja." 

"Iya Ri, iya..." kata mereka.

Apoteker sekaligus pemilik apotek ini adalah seorang yang baru setahun ini ditinggalkan istrinya. Beliau bos yang baik hati, walau kaku dan terkesan tegas bahkan jutek. Cuma percaya sama Riri dalam pelayanan apotiknya. Karena sekaligus menjadi dosen, jadi kesan 'killer' menjadi stempel dalam julukan nama dari para mahasiswanya. 

"Ri, kamu ikut karya ilmiah dan tur studi banding itu ya?" kata apoteker tersebut. 

"Iya, bang. Insya Allah saya ikut. Abang ijinkan aku cuti kan bang?" tanya Riri. 

"Iya, tapi inget bawa oleh-oleh yang banyak ya!" perrintahnya.

"Siap, bos!" kata Riri. 

 

 

Perjalanan Penuh Hikmah

1 0

Sarapan Kata KMO Club Batch 35 

Kelompok7_RenjanaAksara

Jumlah Kata_484Kata

 

"Ri, jadi berangkat jam berapa sih!" Itu Ratna sudah nunggu dari tadi juga." 

"Nggak papa tante, kita kumpul jam 16.00 wib kok Tante," kata Ratna. 

"Iya nggak papa, cuma dari tadi masak ada tamu turun juga nggak biasanya nyari sesuatu itu, Na."

"Ratna naik boleh nggak, Tan," pinta Ratna yang gemes juga lihat temennya  belum beres juga dari tadi." 

"Iya, nggih naik aja." Entah apa yang dilakukan sedari tadi," ucap mama. 

Terdengar langkah kaki menaiki tangga. Kamar Riri memang berada di kamar atas karena Riri hobby sekali memandangi bintang, bulan serta langit malam dari balkon kamarnya.

"Astagfirullah, kamu ini lagi bongkaran kamar kah?" tanya Ratna. 

"Hhhmmmm.... bantu kek, bukannya tanya nggak jelas," kata Riri.

"Emang cari apa sih? Kok serius banget nyarinya," tanya Ratna kembali. 

"Na, kamu inget nggak catatanku yang warnanya biru laut." Nah, itu aku lagi cari itu, Na," jawab Riri. 

"Oh, yang dikasi kado sama owner tempat kamu kerja itu ya," kata Ratna. 

"Iya.. yang itu!" kata Riri. 

"Oh, rupanya itu barang berharga yang dicari-cari," kata Ratna sambil melirik seraya ingin meledek sahabatnya itu. 

Dilemparkan boneka doraemon milik Riri ke arah Ratna. 

"Hupppp!" kata Ratna seraya menangkap boneka itu. 

"Bukan karena pemberian bosku kenapa aku mencarinya, tapi catatan yang ada di dalammya itu karena ada beberapa bahan yang aku mau jadikan bahan karya ilmiah, duh malah nggak ada." Pusing aku ini." kata Riri yang masih sibuk membolak-balikkan tumpukan bukunya.

"Oohhhh...gitu, ya udah aku bantu merapikan kamar mu ya," kata Ratna. 

Riri menjawabnya dengan senyuman. 

Sampai waktu zuhur pun tiba, akhirnya tidak ada hasil karena buku itu tidak ditemukannya. 

"Udah, nanti kita catat lagi masih ada waktu kan." Sekarang kita berangkat dulu menuju Ibukota," kata Ratna dengan penuh semangat. 

"Iya, tapi kan aku lelah nulisnya juga," keluh Riri. 

"Apa karena buku dari pak dosen yang duren alias duda keren itu?" canda Ratna. 

Sambil mencubit temannya itu, "Ih, kamu dari tadi ngeledekin mulu." 

"Auuuuu...Auuuuu..." sakit tau, Ri." 

"Biarin abis ledekin aku mulu." Lagian, aku tuh nggak naksir sama pak dosen alias bos ku itu," tegas Riri. 

"Inget pribahasa ini nggak, 'jangan terlalu membenci, nanti bisa cinta' terus satu lagi 'Perbedaan antara benci dan cinta itu tipis' tau kan kata-kata itu," ucap Ratna. 

"Aku tuh, nggak benci beliau," kata Riri.

"Berarti suka!" tebak Ratna.

"Ih, orang hubungan kami tuh profosional antara murid dan dosen, dan owner dan karyawan aja kok nggak lebih," jelas Riri.

"Riri, kamu tuh juga harus peka menjadi seorang wanita jangan kaku atau sok cuek sama keadaan. Kemarin aku tau kamu tolak iwan, radit siapa lagi ya, hampir semua teman laki-laki yang dekat kamu, kamu tolak." Emang kamu nggak butuh punya kisah cinta gitu," ucap Ratna.

"Aku hanya ingin fokus kuliah, aku tak mau mengecewakan ayahku, Na."

"Suatu saat jika kamu bertemu dengan orang yang bisa bikin jantungmu berdetak hebat saat kamu melihatnya, jangan diabaikan sambut dengan senyuman," kata Ratna sembari naik ke atas bis ya ng akan membawa mereka menuju Jakarta.

Menuju Jakarta

1 1

- Sarapan Kata KMO Club Batch 35 

- Kelompok7_RenjanaAksara 

- Jumlah Kata_450kata

- Revisi

Perjalanan Menuju Jakarta 

 

Perjalanan menuju jakarta menghabiskan waktu kurang lebih 8 jam, selama perjalanan Ratna dan Saya begitu menikmati hari.

 

Kami berdua tanpa sadar diperhatikan oleh dua sorot mata, dan rasa jantung ku serasa berdebar, siapa yang sedari tadi memperhatikan kami," batinku terus bertanya dalam hati. 

 

Perjalanan menuju jakarta ini bukan hanya kelas kami, tapi kelas lain namun masih satu angkatan. Di temani juga dengan beberapa perwakilan dari BEM (badan eksekutif mahasiswa).

 

Diantara perwakilan BEM itu ada sosok pria yang jarang bicara, terkesan cool bahkan terkesan sombong dan dialah saya dari awal baik bis memperhatikan kami berdua. 

 

Namanya Reyhan senior yang paling cool tapi sangat cerdas nggak heran sudah dua kali menjabat sebagai ketua BEM, Reyhan itu hampir jarang bicara hanya bicara jika diperlukan. Sekilas senyuman pun jarang di ukir di bibirnya. 

 

Kak Rey kami memanggilnya, dan ada sosok wanita yang selalu mendampingi kak Rey, namanya Marta. Tidak kalah coolnya Kak Marta ini. Wajah mereka mirip agak mirip karena memang mereka berdua adalah saudara kembar tidak identik. 

 

"Ri, kamu ngerasa di perhatikan terus nggak sama kak Rey?" tanya Ratna.

 

"Iya, nggak tau kenapa setiap ada yang memperhatikan aku tuh selalu deg-degan nggak jelas." 

 

Kenapa kedua senior ini selalu memperhatikan ku? Aku ingin sekali tidak peduli tapi malah bikin aku jadi kesel sendiri, binggung mencari jawaban. 

 

Disaat aku melamun ada yang tiba-tiba datang dan menyapa. 

 

"Halo Riri, kamu mau cemilan nggak," kata Rio anak tercuek dan paling jahil di kelas.

 

"Oh, kamu ikut juga ya Rio," Ngapain kamu ikutan?" kata Ratna. 

 

"Ya pastinya sudah pada tau kali ya, saya ingin mendampingi bidadari cantik Riri Triana," jawabnya asal bicara.

 

"Rio, mending kamu duduk deh!" Nanti kamu bisa jatuh kalo berdiri terus," kataku.

 

"Aduh, Riri kamu perhatian sekali. Kenapa sih Ri, kamu nggak mau di tembak sama aku? kata Rio. 

 

"Mau tau Rio, nggak level!! jawab Ratna. 

 

"Na, kamu bisa diem nggak!" tambah Rio. 

 

"Suka-suka saya!" kata Ratna. 

 

Rio itu dari semester satu sampek sekarang semester lima selalu mengincar Riri, tapi Riri menanggapinya pun males. Rio terkenal playboy banyak pacarannya terlebih di fakultas lain dan adik kelas. 

 

Pinter dan memang lumayan ganteng hampir semua cewek di kelas maupun kampus suka sama Rio, tapi itu tidak berlaku untuk Riri dan Ratna. Rio selalu bisa merayu kedua sahabat ini, tapi selalu tidak berhasil. Rio menjuluki kami Twin R karena memang Ratna dan Aku selalu bersama setiap harinya. 

 

Sudah hampir 15 menit bualan Rio mendarat untuk Riri, sampai akhirnya kesabaran Kak Rey senior kami dalam puncaknya (Eh, sebenarnya Kak Rey tidak sabar, cuma memang ya gitu dia selalu saja cool diam dan tidak mau banyak bicara) dan kali ini beliau marah dan menyuruh Rio duduk. 

 

"Rio, kamu duduk!! Kalo kamu nggak mau duduk, keluar dari dalam bis!" tegas Kak Rey.

user

29 July 2021 07:13 Rallien Delmara Jauhi Rio!!!!

Kunjungan Industri bagian 1

1 1

Sarapan Kata KMO Club Batch 35 

Kelompok7_RenjanaAksara 

Jumlah Kata_615 kata

Day_5

Saat orang mendengar kata Jakarta kehidupan metropolitan terbayang di depan mata. Gedung-gedung pencakar langit yang tinggi, jalan yang pasti tak seperti jalanan di daerah.

 

Delapan jam sudah kita melalui perjalanan, alhamdulillah kami sehat dan sampai dengan selamat.

 

Pukul 17.00 kita sampai di asrama haji pondok gede Jakarta Timur.

 

Sebelum masuk ruangan seperti biasa sang ketua BEM Kak Reyhan memberikan arahan, dimana arahan itu buat kita harus bagaimana selama kita ada di Jakarta.

 

Kak Rey membagi kami beberapa kelompok, alhamdulillah aku tidak dipisahkan oleh Ratna. Dari 35 orang yang ikut 5 diantaranya adalah pengurus BEM sisanya kelas A dan B di angkatanku.

 

Kali ini Saya dan Rio disatukan, entah karena nama kami urutannya R jadi disatukan gitu ya.

 

Kami sekelompok berisi 6 orang, 4 perempuan dan 2 laki-laki, yang wanita di satukan dalam satu kamar sedang laki-laki di kamar yang berbeda.

 

Saat sampai di asrama setelah arahan kami harus kembali pukul 19.00 untuk makan malam.

 

Sekelompok dengan Rio itu ada enaknya juga karena walaupun Rio anaknya usil untuk urusan tugas dia semangat, jika di kelas saya dan Rio selalu mendapatkan hasil yang tidak jauh berbeda, karena dia juga satu satu anak pintar di kelas.

 

Setelah makan malam, kami diminta untuk masuk dikamar masing-masing untuk istirahat karena besok sudah harus mengikuti tur ke pabrik pabrik besar di Jakarta.

 

Kunjungan industri tur farmasi ini memang setiap tahun diadakan pesertanya dari semester 5, karena semester 5 ada penjurusan kelas, saya sebenarnya mengambil industri, keinginan saya menjadi praktis farmasi makin menguat, dan kunjungan industri seperti ini akan menambah wawasan ku tentang penjurusan yang aku ambil di semester 6 nanti.

 

Malam pun tiba, Jakarta penuh lampu malam dan banyak kendaraan yang masih lalu lalang meskipun sudah pukul 21.30 malam.

 

"Kota yang tidak pernah sepi selalu ramai dengan kesibukannya," gumamku dalam hati.

 

Suara seseorang yang tak asing di telingaku membuat ku kaget dan terbangun dalam khayalanku.

 

"Riri Triana! Ngapain kamu disitu!"

 

Aku membalikkan badan, dan benar Kak Rey ada di depanku dan menuju ke arahku.

 

"A-aku,, nggak bisa tidur kak, saya tidak terbiasa tidur ditempat baru."

 

Suara Kak Rey melembut," Ya udah, kamu ikut aku ya."

 

Aku mengikuti langkah Kak Rey dari belakang, sampai kami tiba di sebuah kafetaria masih di lingkungan asrama haji.

 

"Kamu mau minum apa? Cemilan sekalian!"

 

"Kopi susu aja kak, sama kerak telor ya ka!" ucapku sambil senyum-senyum.

 

"Kerak telor seporsi aja ya, takut kekenyangan, aku diet soalnya," ucap Kak Rey menjelaskan.

 

"Oke kak,"

 

Setelah memesan Kak Rey duduk di depanku, senyuman demi senyuman hadir, Ya Allah... benar-benar kharisma Kak Rey itu membuat saya deg-degan tanpa alasan.

 

"Kamu pacaran ya sama Rio,"

 

"Nggak Kak, mana mungkin aku pacaran kak. Rio mah playboy banget kak."

 

"Oh gitu, aku kira kamu salah satu pacar Rio, karena selalu barengan. Bahkan, tadi kelompok aja bareng. Walau sering sekali saya lihat beda argumen."

 

"Iya kak, padahal teman yang pertama saya kenal Rio kak, tapi saya selalu berselisih paham sama Rio."

 

"Ya mungkin jodoh!" Kak Rey bicara sambil tertawa deretan gigi putih terawat terlihat.

 

"Ya Allah, aku bisa bisa salah tingkah ini," gumamku dalam hati.

 

"Kalo kakak siapa pacarnya?"

 

Kak Rey tersedak mendengar bicaraku.

 

"Ya Allah, kak maaf-maaf saya buat kakak kaget.

 

"Lebih sering aku yang mengagetkan mu kak! Aku tuh belum punya pacar, aku dan kembaran ku selalu sama-sama, setelah orang tua kami meninggal dalam pikiran kami hanya bagaimana perusahaan ayah berkembang, Alhamdulillah kami selalu beruntung hingga bisa mengelola semuanya berdua. Aku takut jika aku punya pacar adikku sendiri dan jadi merasa tersisih."

 

"Oh gitu, semoga kakak menemukan pasangan yang tepat ya kak."

 

"Kamu ngapain di jendela tadi?"

 

"Memandangi langit Jakarta dan suasana malam di Jakarta,Kak."

 

Makanan kami pun datang

 

"Mari makan!"

 

Apa mimpi saya bisa makan satu meja dengan kak Rey

user

29 July 2021 07:17 Rallien Delmara Sepertinya Rey ini male lead

Kunjungan Industri bagian 2

1 0

Sarapan Kata KMO Club Batch 35 

Kelompok7_RenjanaAksara 

Jumlah Kata_512 kata

Day_6

Revisi

 

Ada mata yang memandangi saat Aku dan Kak Rey makan bersama. Mata yang tak lepas sejak awal kami keluar asrama. Namun, kami tidak mengetahui siapa yang memperlihatkan kami.

Selesai makan kami kembali ke Asrama.

Kak Rey berpesan, "Besok jam 06.00 pagi sudah harus siap ya, biar nggak ketinggalan." 

Aku hanya menganggukkan kepala ku, tersenyum padanya sebelum menutup pintu kamar.

"Ri, kamu kemana sih? Kamu tau nggak aku kok mikir Kak Rey suka sama kamu." 

Aku memperhatikan Ratna yang masih terpejam sambil bergumam, "Kamu mengigau ya, Na?" Hhhmmmm.. sahabatku sayang, besok bangun lebih pagi ya."

Setelah itu aku pun mencoba memejamkan mata, agar besok bisa fresh saat bangun pagi.

Riza dan Rani pun bersama kami, sekamar. Mereka pun sudah terlelap. 

Pagi pun tiba...

Rasanya hati ini penuh semangat, terlihat pula jajaran pejabat BEM ada di depan kami untuk mengarahkan. 

Hari kunjungan industri dibagi 3 hari, hari pertama kami akan mengunjungi pabrik Indofarma TBK (perusahaan BUMN yang memproduksi obat generik), Pabrik Indofood dan Unilever. 

Sebelum berangkat kami diberikan banyak tugas untuk dibuatkan resume perjalanannya.

Untuk kelompok kami, kebagian tugas untuk mereview tentang pabrik Indofarma TBK. 

Saat rundingan kelompok, Rio kami berikan amanat sebagai ketua kelompok, sedangkan aku menjadi sekretarisnya.

Aku mencatat semua apa yang Rio omongkan, agar nantinya tidak ada selisih paham sama Rio, karena aku semangat mencatat Rio membuat candaan seperti biasanya. 

"Catat ya Ri, Riri aku suka kamu!" kata Rio yang membuat semua teman sekelompokku terseyum mendengarnya termasuk Ratna.

Ketika sadar aku pun membaca ulang. 

"Loh, Apaan sih Rio!" 

"Ha..Ha.. makanya jangan terlalu serius dikerjain tau rasa ntar, mau aku ajak minum kopi bareng?" 

Setelah mengucapkan kata itu, Rio pergi meninggalkan Riri dan teman-temannya. 

"Kebiasaan Rio mah, udah Ri nggak usah di dengerin," ucap Riza. 

"Ri, fokus makanya kamu lagi mikirin apa?" tanya Ratna.

"Nggak, aku hanya mikir kita mau nanya apa aja, kita buat seperti apa gitu aja," ucapku sambil membenarkan catatan.

Rama sahabat Rio pun berkata," Jangan-jangan bener bos Rio memendam rasa sama Riri selama ini."

"Udahlah, apaan sih? Nih, fokus kesini dulu," kataku dengan kesal.

Jam 07.00 pun tiba, kami masuk ke bis masing-masing. 

Rio selalu duduk dibelakang, sedangkan Riri dibarisan tengah, dan kali ini Kak Rey berada di bis yang berbeda.

"Kamu cari siapa, Ri?" tanya Ratna.

"Nggak, cuma cari..!"

Ucapanku di potong Ratna yang pasti tau saya sedang mencari Kak Rey. 

"Cari Kak Rey kak!" Semalam aku juga tau, kalo kamu minum kopi sama Kak Rey, untung Rani dan Riza nggak tau, daripada ntar heboh." 

"Jadi semalam kamu pura-pura mengigau ya say,"

"Hhhmmm, betul sekali," Habis cari kamu nggak ada ya jadi aku kepo cariin kamu," ucap Ratna. 

"Iya, aku kaget Kak Rey mengajak aku, tapi kok Rio tau ya kalo aku minum kopi semalam." 

"Ya mungkin Rio lihat, Ri!" 

"Iya sih, bisa jadi." 

Satu demi satu, kunjungan industri ini berjalan lancar di hari pertama. 

Sungguh, takjub aku melihat proses pembuatan obat, susu dan makanan ini. Begitu steril, dan hati-hati dan aku bangga menjadi seorang farmasi, dimana suatu saat aku akan punya produkku sendiri.

Impian yang akan aku kejar, ku doakan dan ku perjuangkan walau banyak ledekan aku sebagai high quality jomblo untuk kesekian kalinya.

Kunjungan Industri bagian 3

1 0

 

Sarapan Kata KMO Club Batch 35 

Kelompok7_RenjanaAksara 

Jumlah Kata_ 633 kata

Day_7

Hari kedua kunjungan industri, kali ini kami berkunjung ke tempat kosmetik, karena ada jadwal yang di ganti jadinya kita tugas keduanya harus di rubah juga jadwalnya. 

Hari ini hujan, entah sejak kapan hujan turun di bulan September, untung saja saya persiapan jad hujan dan payung lipat jadi tidak khawatir saat tiba-tiba hujan datang. 

"Rio... Rio... ini ya, perubahan tugas kita," ucapku.

"Kamu tuh bisa nggak sih, peka sedikit jadi perempuan?" 

Pertanyaan Rio membuatku tak bisa berkata apa-apa lagi selain bertanya.

"Maksud kamu apa sih?"

"Kamu itu polos atau emang nggak punya hati sih," kata Rio. 

"Nggak jelas, udah ah!" 

Aku pun pergi meninggalkan Rio sendirian. 

Dalam hati aku hanya bisa bertanya," Emang yang Rio maksud itu siapa?" 

Aku berusaha menguasai hati ku yang mulai galau dan tidak fokus.

Saat kita menuju suatu brand kecantikan ternama saya terkagum-kagum pada berderet wanita tangguh asli orang Indonesia yang mengembangkan produk kecantikan. Disini saya banyak membuat catatan sendiri yang kelak saya akan gunakan saat saya harus berada dalam dunia nyata tempat saya bertugas. 

Bahan alam Indonesia kaya sekali dengan keanekaragaman tanaman yang dapat diolah sebagai produk perawatan wajah yang bagus banget.

"Ri, keren ya ibunya," ucap Ratna.

"Iya, jadi aku ada bahan lagi untuk karya ilmiah."

"Wah, keren kamu Ri... Jadi nggak jadi ambil farmasi sosial."

"Ya jadi, tapi pake produk-produk alam gini." 

"Wah, mantabs dah Riri.. emang ya nggak nyesel aku berteman sama kamu, cantik, pinter mantabs."

"Iya dong, harus bangga punya aku."

"Ri, itu dua cowok itu lihatin kamu terus loh?" 

"Dua cowok siapa sih?"

"Kak Rey sama Rio!"

"Sudahlah, biarin aja! Aku mau sibuk belajar dulu, titik!"

"Tapi Ri, kamu harus pilih salah satu, kalo nggak bisa berantem beneran."

"Rio menduga aku pacaran sama Kak Rey, terus Kak Rey semalam juga tanya apa aku pacar Rio." 

"Wah, bentar lagi julukan High Quality Jomblo kamu bakal hilang." 

"Ah! Siapa bilang?" 

Suaraku mengeras, sontak membuat semua orang melihat padaku, termasuk Rio dan Kak Rey. 

Aku menunduk wajah ku tanda malu, asli banget aku malu.

Setelah selesai kegiatan, kita kembali untuk membuat tugas yang diberikan. Namun, kali ini Rio tidak banyak bicara.

Hingga larut malam, kami membuat laporan kerja kami. Hanya tinggal Rio dan Aku yang ada di ruang tengah Asrama. 

Tidak tega aku meninggalkan Rio sendirian.

"Kamu kok nggak pergi kayak teman-teman lain." 

"Harusnya kan aku yang ketik itu?"

"Ya nggak apa-apa kan, kalo aku yang gantikan, takut salah ketik lagi." 

"Kemarin itu kan karena kamu yang buat aku salah nulis."

"Apaan wong kami pikirannya lagi nggak fokus, pikirin kata-kata senior yang minta pacaran ya?"

"Eh, enak aja! Nggak lah."

"Oh kirain!"

"Emang kamu lihat ya Rio kalo aku pergi ke cafetaria sama Kak Rey."

"Hhhmmmm!" Udah fokus buat tugas."

"Wong kamu yang ajak ngobrol."

"Riri Triana, kamu tuh kenapa hobby banget ngajak aku bertengkar! Lama-kelamaan aku ajak nikah kamu ntar."

"Dih, nikah enak aja kalo bicara," ucapku sambil mendarat cubitan ke lengan Rio.

"Aduh ya Allah, belum jadi istri aja aku sudah kena KDRT."

"Mau lagi!! Nih biar sekalian." 

"Ya jangan, habis badanku. Ntar aku nggak bisa nikahin kamu!"

"Bicara nikah-nikah aku tinggal kamu nanti."

"Ya udah kalo gitu, yang penting kamu bahagia aku pun seneng."

"Ihhh... Apaan sih Rio?"

"Bercanda Riri Triana!" Ngomong-ngomong kalo pak dosen gimana masih suka godain kam?"

"Nggak, emang kamu tau Rio? Siapa yang suka deketin aku."

"Tau! Yang kamu suka juga aku tau."

"Emang siapa?" tanyaku.

"Rio Sanjaya lah!"

"Hhhmmm, mulai lagi!" Kamu itu jadi orang ke-pede-an banget sih." 

Saat aku bangkit dan ingin membuatkan Rio minuman, Rio menarik tanganku.

Hatiku deg-degan saat Rio meraih tanganku.

"Aku mau? Kopi susu aja." 

"Duh, aku kirain apaan? Iya bentar."

"Emang kamu pikir aku mau nembak kamu ya? Entar, belum saatnya."

"Idih, pede banget sih!"

"Nggak papa, yang penting kamu suka." 

Dari atas lantai dua, ada seseorang yang memperhatikan kami dari tadi.

Kunjungan Industri bagian 4

1 0

Sarapan Kata KMO Club Batch 35 

Kelompok7_RenjanaAksara

Jumlah Kata_530KataD

Day 8

 

Sehabis sholat subuh kami dikumpulkan Kak Rey untuk instruksi tugas dan mau kemana kita hari ini. 

Karena kunjungan keberbagai tempat industri yang ada di Jakarta dan sekitarnya, hari ketiga ini adalah waktu kami untuk jalan-jalan, tujuan jalan-jalan kami adalah ke Icon Jakarta apalagi kalo bukan Monas, Lalu ke Pantai Ancol, pantainya orang Jakarta.

Karena hari ini adalah hari Sabtu, jadi jalanan Jakarta lumayan sepi, tidak sepadat saat hari kerja. 

Tiap kelompok diminta untuk memberikan persembahan karena ada 6 kelompok jadi dibagi 2. 3 kelompok melakukan persembahan di Ancol, dan yang satu lagi di Monas.

Kelompok kami memberikan persembahan di Ancol, dengan sigap sang ketua siapalagi kalo bukan Rio berencana unjuk gigi dibidang tarik kemampuan. 

"Nanti aku aja yang unjuk kemampuan," kata Rio.

"Iya Rio, kamu aja," kata Ratna.

"Iya deh Rio aja," kompak teman-teman lain menyetujui.

"Riri, kamu mau temenin aku nyanyi! Karena cuma Riri yang belum kasi masukan."

"Saya ikut aja, Rio." 

"Kemana ke KUA!" kata Rio.

Sontak yang lain tertawa, Ratna juga senyum-senyum meledek sahabatnya. 

"Apaan sih kamu!" Nggak lucu."

"Iya emang nggak lucu bagi Riri, tapi ya gitu yang lain ketawa."

Aku makin manyun mendengarkan ledekan Rio.

"Ri, nikmati aja disini ntar kalo dah di Yogyakarta nyesel lagi nggak bisa deket-deketan gini lagi, kan kalo di kampus high quality jomblo ha..ha.." 

"Kamu bisa diem nggak sih, Rio." 

"Rio, nanti Riri nyemplungin kamu ke Laut Jakarta tau rasa," kata Ratna.

Pukul 07.30 kami siap-siap berangkat. 

"Rio, kamu tuh ngeledekin Riri mulu, kamu nggak nembak Riri?" tanya Reza sahabat Rio.

Reza penasaran sama sahabatnya karena memang Riri itu adalah orang pertama yang Rio suka. Sejak awal ospek dulu Riri memang sudah menarik perhatian Rio. Namun, Riri bukan perempuan yang mudah di taklukan. Riri orangnya terjadwal, dan tidak mau basa-basi dalam berhubungan sama orang lain.

Itulah yang membuat Rio kagum, namun karena Riri keburu tidak suka sama Rio, ya jadinya Rio mundur teratur dengan harapan bisa memintanya langsung ke orang tua Riri. 

Lamunan Rio buyar karena panggilan Kak Risa saudara kembar dari Kak Rey.

Setelah dari Monas, kami tiba di Ancol Ba'da Asar. Kelompok kami sebagai penutup acara. 

Suara Rio mengema menyentuh hatiku, Rio menyanyikan lagu sekedar mimpi. 

...... 

Bawalah aku ke dalam mimpimuA

ku takkan kecewakan kamu

Walaupun itu semua hanyalah sebatas mimpi

Jadikan aku kekasih hatimu

Aku menginginkan kamu

Sungguh-sungguh merasa ku jatuh cinta

......

Seperti lagu itu ditujukan untukku, tak henti Rio menatapku selama dia menyanyikan lagu itu. 

Setelah lagu selesai Rio pun kembali ke kelompok kami, dia hanya tersenyum melihat Riri. 

"Wah, ternyata Rio punya cinta terpendam rasanya, apa itu benar, Rio?" tanya Kak Rey.

"He..He...Benar Kak Rey, cinta terpendam saya untuk seseorang."

"Wah, rupanya playboy punya cinta," kata seorang yang pernah jadi korban perasaan Rio. 

Kami pulang ke asrama setelah Salat Magrib. Tiba di Asrama sudah pukul 21.30 malam.

Sebelum kembali ke kamar masing-masing Kak Rey mengumumkan kalo kita balik ke Yogja setelah sholat subuh agar tidak terlalu malam tiba di Yogya. 

Tiga hari ini aku dan Rio menjadi teman, begitupun Kak Rey, tidak seperti yang aku duga. 

Pengalaman mengunjungi tempat industri yang ada di Jakarta ini membuat aku ingin sekali kembali ke kota ini. Menjadi sesuatu nanti di Kota ini.

I hope so...

Pulang Ke Yogjakarta

0 0

Sarapan Kata KMO Club Batch 35 

Kelompok7_RenjanaAksara 

Jumlah Kata_ 540kata

Day_9

 

Sesuai dengan prediksi, kami sampai di Yogyakarta pukul 21.30. 

Bapak dan ibu sudah menunggu di kampus, rasanya rindu sekali.

Sebelum turun, Rio menarik tanganku. 

"Hey, jangan pernah lupa lagu kemarin itu buat kamu," kata Rio sambil berlalu pergi.

Aku hanya terpaku, apa iya cowok playboy ini bisa tulus.

"Ehmmm, jangan pikirkan," batinku bicara demikian. 

"Ratna, besok pagi jemput aku ya."

"Yoi, see you beib!" 

Ratna ngekos di deket kampus, tinggal jalan sudah sampai. Sedangkan, aku agak jauh dari kampus. Tapi, malah aku yang selalu di jemput Ratna. 

Bapak melarangku bawa motor sendiri padahal aku bisa membawanya, SIM-pun aku punya. Tidak susah menurutku jika harus ke kampus sendirian. Tapi, ayah selalu menganggap aku masih kecil walau umurku memang masih belum genap 21 tahun meski sudah semester 5 saat ini.

Dulu aku memiliki kakak perempuan, anak pertama di keluargaku tapi kakakku duluan meninggalkan kami karena kecelakaan motor. Itulah sebabnya aku tidak pernah diperbolehkan naik motor sendiri.

Aku memiliki dua saudara laki-laki Abang aku sekolah di universitas negeri di Yogyakarta fakultas hukum, sedangkan adikku jago banget komputer namun saat ini masih SMA kelas 12. Merekalah yang bertugas antar jaga aku agar selamat dalam perjalanan pulang. 

Bapakku memang tegas, namun ketegasannya beralasan bapak tak ingin putra putrinya tumbuh semaunya, tanpa aturan, sedangkan ibu adalah wanita terlembut dan penuh kasih karena memang ibu tidak pernah banyak mengomel, sangat sayang kepada kami anaknya. Walau aku anak ketiga secara silsilah keluarga, tapi aku cukup seperti anak bontot. Maklum adikku lebih tinggi dan badannya atletis banget. 

Kalo Abangku orangnya tegas, dan disiplin persis sekali dengan ayah, sedangkan adikku agak susah di atur tapi penuh tanggung jawab. 

Begitulah cerita tentang keluargaku.

Sampai juga aku di rumah, rumah sederhana yang penuh cinta.

Aku langsung naik ke atas menuju kamarku. 

"Ri, bersih-bersih dulu baru tidur," kata ibu. 

"Iya ibuku sayang."

Aku menguyurkan air hangat dari shower kamar mandiku, aku memang punya kamar mandi sendiri di lantai dua. Jadi aku ga repot turun kalo belum siap. 

Kalo Adiku kamar nya disebelah kamarku, hanya saja mereka punya ruang juga di atas kamar mereka buat nongkrong dengan teman-temannya. Sedangkan Abangku karena suka pulang larut malam jadi kamar beliau di depan, menghadap keluar teras. 

Kami lahir dan dibesarkan di Yogyakarta walau kami bukan asli Jawa karena bapak orang asli Padang, dan ibuku orang Jawa Tengah, ibuku orang Wonosobo. 

Sejak Bapak dan Ibu menikah kami tinggal di Yogyakarta, kalo dilihat dari wajah aku mirip ayah kulit bersih, kuning langsat, sedangkan Almarhumah Mbakku dan kedua saudara laki-lakiku sawo matang. Kadang, aku sampai dibilang bukan anak bapak dan ibu karena hanya warna kulit ini. 

"Hhhmmm segar, waktunya aku tidur." 

Aku mengambil diary ku yang baru, karena sebelumnya diary dari Bos aku, alias Pak dosenku hilang entah dimana aku menyimpannya. Jadi, saat di Jakarta aku sempatkan membeli diary baru, aku masih berharap bisa menemukan diary ku itu.

Dear Diary 

Aku sudah kembali ke kamar ini, kamar kesayanganku dengan berbagai benda kesayangan disini. Yang ku ucap dalam doa, semoga engkau mendoakan ku disana.

Yang ku harap dalam masa depan semoga Allah kabulkan.

Yang ku sayang semoga kalian selalu sehat, aku sayang kalian karena Allah.

Bait kata yang ku tuliskan dalam diaryku malam ini. 

Tiba-tiba aku teringat Rio, "Duh, kok bisa-bisanya inget Rio sih."

Si playboy yang mulai menjadi temanku.

Kedatangan Pasien Mengejutkan

0 0

Sarapan Kata KMO Club Batch 35 

Kelompok7_RenjanaAksara 

Jumlah Kata_ 334kata

Day_10

 

Kembali lagi seperti biasa, kegiatan rutin yang membuat aku sibuk. 

 

Mulai dari kuliah pagi, hingga harus lembur middle shift di apotik.

 

Untung karena pemilik apotik ini adalah dosenku sendiri, andai bukan mungkin aku akan kerepotan bagaimana cara membuat tugas, kunjungan industri dan parttime di apotik.

 

"Yeayyyy...calon apoteker sudah masuk kerja lagi," kata karyawan apotik.

 

"Hai...hai... Ini aku bawakan oleh-oleh dari Jakarta, tapi sebenarnya Bogor ya tulisannya katanya talas Bogor."

 

"Apa aja Ri, yang penting Abang Bos dapet lebih," ledek mereka.

 

Aku tersenyum, melihat bos ku ini keluar dari dalam ruang gudang apotik. 

 

"Nah, tugas Abang ringan lagi."

 

"Siap Pak Dosen, eh Abang Dosen."

 

"Gimana dengan kunjungan industrinya, ada inspirasi buat karya tulismu."

 

"Ada Bang, nanti aku konsultasi ya, pas di kampus."

 

"Abang tadi nggak ngajar kenapa? Kosong dua sesi kita bang."

 

"Ana sakit, jadi aku harus ke klinik, demam dari semalam."

 

"Ya Allah, khawatir juga ya bang?" Terus, apa kata dokter."

 

"Infeksi Saluran Pernapasan, kemungkinan ada flek paru juga, lagi diminta nanti datang lagi lihat foto thorak tadi."

 

"Kasian ya Allah!" Sekarang ibu Abang yang jagakan?"

 

"Harusnya sih kamu, Ri!" Kan calon ibu sambungnya."

 

Aku melempar penghapus ke Adam kurir obat apotik kami.

 

"Duh, sakit ya!"

 

"Ledek terus, nanti cuti lagi aku."

 

"Lah, jangan aku gimana? Mana bisa karyawan pecicilan ini kerjain semuanya," kata bosku.

 

"Oh, jadi aku disuruh jadi karyawan abadi gitu, ntar kalo aku mau berkarir gimana?" 

 

"Nggak usah Ri, kan Abang Bos ada," ledek karyawan lain.

 

"Heran ya, senangnya ya kalo sudah ngerjain orang."

 

Kami tertawa sambil menikmati kue talas Bogor yang aku bawa.

 

Tiba-tiba datang seseorang yang buat saya kaget. 

 

"Mbak tolong, tolong Mbak! Tolong adik saya di sana." 

 

"Loh, Kak Rey! Ada apa kak."

 

"Eh, Riri kamu kerja disini?" Adikku jatuh dari motor, nanti aku jelaskan tolongin dulu."

 

Secepat kilat Adam dan Bos ku lari menuju tempat kecelakaan, membopong adik dari Rey menuju klinik kami disebelah apotik.

 

Bosku pun menelepon dokter kami, untuk tindakan emergency. 

 

Sedang aku membantu Kak Rey untuk mengobati luka di tangan dan kepalanya.

Kedatangan Pasien Mengejutkan Bagian 2

0 0

Sarapan Kata KMO Club Batch 35 

Kelompok7_RenjanaAksara 

Jumlah Kata539D

Day_11

 

Bagian 2

Rasanya kaget, melihat kak Marta pingsan dengan ada luka di dahinya.

Dokter kami datang dan langsung memeriksa Kak Marta. 

"Kenapa bisa begini kak?"

"Entah Ri, tiba-tiba motor kami ada yang menabrak bagian kananku, keseimbanganku oleng dan terjadilah seperti itu, aku nggak tau harus apa? Aku lihat ada klinik disini makanya aku langsung kesini?"

"Yang sabar kak Rey, InsyaAllah kak Marta nggak kenapa-kenapa!" 

"Dokter keluar dari ruang periksa, dan meminta untuk membawa pasien ke rumah sakit, karena ada benturan pada kepala kak Marta dikarenakan minim alat di klinik."

Lalu, dengan segera Abang Bos yang tak lain adalah dosen kami juga langsung menghubungi rumah sakit terdekat.

15 menit kami menunggu ambulan datang, akhirnya setelah datang, kak Marta segera dibawa ke rumah sakit, karena motor kak Rey rusak maka dibawa ke bengkel oleh adam. 

Kami kembali melakukan pelayanan, setelah insiden itu. 

"Riri, ini bacanya apa?"

Abang Bos (Trisna) marah seketika melihat kerja karyawan yang terus tergantung sama Riri. Lalu, mengumpulkan kami untuk meeting setelah sholat Magrib. 

"Eh, kalian ini bolak balik, kalian sama semua sama-sama lulusan farmasi, kenapa hanya bergantung terus sama Riri."

Kami menundukkan kepala, wajar sebenarnya kalo bos kami marah, karena bos kami tau semua karyawannya kecuali Adam adalah tamatan SMF (sekolah menengah farmasi).

Jadi sebenarnya tidak ada alasan bagi kami untuk tidak belajar, karena kamu seharusnya bisa apalagi sekedar membaca dan menskrining resep.

Aku memang tangan kanan, bos ku, tapi aku ini tetap sama dengan yang lain, karyawan biasa yang harus belajar lebih banyak.

Sehabis rapat, kami kembali berkerja. 

Di waktu bersamaan, Rey sudah agak tenang karena adiknya sudah melewati masa kritisnya, dan sudah memasuki ruang perawatan walau keadaan masih belum sadarkan diri. 

Rey dan Marta hanya hidup berdua dengan adiknya mereka dibesarkan oleh pembantu mereka sedang kedua orangtuanya berada di luar negeri, pada saat seperti ini kehadiran orang tuanya, Rey pun mencoba untuk menelfon orang tuanya. 

Bipppp...bipppp....

Suara handphone

"Papa, Rey mau kasi kabar.....,"

Belum sempat selesai Rey memberikan kabar, papa bilang papa langsung membanting hp nya, untung tidak pecah handphonenya. 

"Hiiiii... Rasanya ya Allah!" Sebenarnya maunya apa? Apa kami bukan anak mereka." Sehingga tak ada kesan buat mereka selain melindungi saya dan Marta, sepenting apa kehidupan disana sehingga anak terabaikan."

Balik ke cerita di apotik kami.

Sehabis makan dan sehabis meeting kecil itu, kami melanjutkan lagi pekerjaan kami, dan kami di hebohkan lagi dengan ibu-ibu yang mencari obat untuk supplement makanan selama beliau hamil, usia kandungannya sudah masuk trimester ke empat, ibu tersebut menanyakan bagaimana agar bayinya dapat sehat saat berada di masa HPL (hari perkiraan lahir). 

"Mbak, ada supplement ibu hamil?" tanya wanita itu. 

"Ada Bu."

Saya memberikan beberapa pilihan supplement ibu hamil, dan menjelaskan jika vitamin dan mineral sangat penting untuk bayi terutama asam folat karena membantu bayi tumbuh cerdas dan menurut Journal of American Medical Association mengatakan, Ibu yang mengonsumsi asam folat empat minggu sebelum kehamilan dan delapan minggu setelah kehamilan, bisa meminimalkan risiko autis pada bayi sebanyak 40 persen.

"Oh, jadi asam folat bagus untuk bayi ya Mbak."

"Iya Bu, ini ada beberapa pilihan."

"Saya ambil yang ini ya Mbak cantik."

"Baik ibu cantik."

Saat akan bayaran, ibu itu tiba-tiba merintih kesakitan. Beliau mengalami yang di namakan kontraksi pre persalinan, ini terjadi untuk membuka jalan bagi si bayi bisa keluar. 

Aku pun berlari keluar, takut terjadi sesuatu pada si ibu. Dan dengan sigap karyawan lain membantu, termasuk bos kami. 

Setelah ditangani medis aku meminta handphone ibu tersebut, untuk menghubungi keluarganya. Saat keluarganya datang kami pun melanjutkan kerja kami. 

Hingga pukul 21.00 waktunya aku harus pamit pulang.

Hari yang bener-bener hari luarbiasa kedatangan pasien-pasien yang mengejutkan kami.

Seleksi Karya Ilmiah Bagian 1

0 0

Sarapan Kata KMO Club Batch 35 

Kelompok7_RenjanaAksara 

Jumlah Kata 600 kata

Day_12

 

Bagian 1

Seleksi Karya Ilmiah 

Kesibukanku sebagai karyawan di apotik milik Bang Trisna ini tidak mempengaruhiku dalam rencanaku ingin untuk mengikuti lomba karya tulis ilmiah ini. 

Alhamdulillah seleksinya saat aku libur jadi tidak perlu pergantian jam lagi. 

"Ri, kamu kalo makan jangan buru-buru gitu sayang!" kata Ibuku.

"Hmmm, buru-buru Ibu. Nanti Riri ada seleksi karya tulis, semoga Riri masuk seleksi ya Bu." 

Aku bicara saat mulutku masih ada isi makanannya. 

"Ya Allah, anak ini nanti tersedak Ri."

Tiiiittt....tiiiitttt

"Nah kan, jemputan Riri akhirnya datang."

Sambil meminum susu lalu aku mencium kedua orang tuaku, dan bergegas menuju teras karena Ratna sudah menungguku disana.

Aku dan Ratna searah saat berangkat ke kampus. Sejak kita kenal dan bertemu tak sengaja angkutan umum, ada insiden kecil yang membuat kami menjadi sahabat. Insiden yang membuat kami selalu bersama saat ini.

Teringat kenangan saat itu.

Waktu pulang dari kampus tidak sengaja aku tertabrak motor Ratna yang saat itu melamun sambil mengendari motornya. 

Brakkkk!!!

"Ya Allah!!"

"Astaghfirullah, maaf aku nggak sengaja."

Ratna turun dari motor dan membersihkan pakaianku yang kotor. Ada luka kecil tapi karena aku selalu siap kotak P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan) akhirnya lukanya pun bisa di perban. 

"Maafkan aku ya, aku tadi melamun," kata Ratna.

"Nggak papa, aku juga meleng kok."

"Eh, kayaknya kita sekelas deh."

"Iya kayaknya, aku Riri Triana."

"Aku Ratnasari."

"Yuk, aku antar pulang Riri." 

"Rumahku dekat lagi ko, Na."

"Nggak papa, sekalian kenalan lebih jauh."

Sejak insiden itulah aku dan Ratna menjadi sahabat. 

Kami sama-sama jomblo, tapi Ratna pernah berpacaran namun sayang pacarnya tidak baik, akhirnya putus. Hingga kini, kami belum lagi memiliki kekasih lagi. 

Kami berdua fokus mengejar mimpi kami, menjadi Apoteker yang berkompeten. 

Ratna memang berwajah manis, sawo matang, dan lumayan pintar. Walau, Ratna tidak pernah mau ikutan karya tulis atau semacamnya namun dia tetap support aku.

Berbeda pada semester ini, entah apa yang buat Ratna ingin ikut dalam karya tulis. 

Waktu seleksi pun tiba, Aku dan Ratna mengisi formulir setelah itu, mengantri untuk test wawancara. 

Saat mendaftar aku di kagetkan dengan kehadiran seorang cowok, siapa lagi kalo bukan si biang rese di kelas. Siapa lagi kalo bukan? Rio, kali ini Rio bersama seorang kakak kelas kami.

"Awas, aku mau daftar juga." 

"Ayo, Na."

Rio hanya tersenyum sinis kepadaku, namun aku tak mengubris Rio, kami pergi langsung menuju auditorium kampus. 

Kali ini tesnya ada psikologi, hasil tes tulis psikologi ini akan di pilih 15 peserta yang akan maju tahap pertama, tahap kedua adalah tes wawancara saat itu juga bahan karya tulis kami di cek, dan akan terpilih 5 orang peserta yang akan mewakili kampus dalam lomba karya tulis ini. 

Harapan pasti punya, ini ajang yang aku tunggu setiap tahunnya, untuk tahun ini aku di temani Ratna. 

Ratna sebenarnya anak yang cerdas, namun dia enggan untuk mengikuti karya tulis, Ribet katanya. Tapi kali ini Aku dan Ratna ikut karya tulis ini.

Ruang auditorium sudah ramai, banyak sekali yang datang untuk mengikuti tes psikologi ini. 

Waktu yang diberikan untuk mengerjakan tugas adalah 60 menit dengan sebanyak 100 pertanyaan.

"Waktu menunggu hasil tes sampai lusa, tanggal 13 Desember sudah bisa di cek siapa-siapa yang beruntung masuk tahap selanjutnya, jadi persiapkan diri kalian," kata Trisna. 

Abang Trisna memang dosen muda yang selalu dilibatkan dalam urusan karya tulis. 

Beruntungnya aku karena dosen yang membimbing juga beliau.

Akhirnya, aku selesai mengerjakannya. Aku dan Ratna pun meninggalkan ruang auditorium. 

Sehabis pusing dengan tugas gini biasanya aku lapar, dan kantin adalah tujuanku. Namun, sudah ada Rio dan Kak Meta kakak kelas kami. Entah sejak kapan Rio jadian sama Kak Meta. 

"Hhhhmmmmm, ada dia lagi," kata Ratna.

"Udah, nggak usah di hiraukan."

Rio memandangiku dengan seolah mengejek kami. 

Sambung cerita besok ya...

 

Seleksi Karya Ilmiah Bagian 2

0 0

 

Sarapan Kata KMO Club Batch 35 

Kelompok7_RenjanaAksara 

Jumlah Kata 444 kata

Day_13

"Ratna, emang salahku apa sih sama Rio? Kenapa tega begitu sih sama aku."

 

"Nggak usah dipikirkan tetap aja berteman, dia nggak suka ya terserah yang penting kita nggak benci dia."

 

"Iya sih, Na."

 

"Yang sama Rio tadi itu kak Meta kan?" tanya Ratna.

 

Kami masih berada di dalam kantin ketika kumpulan genk kambing datang menghampiri Rio, sedangkan Meta kembali ke kelasnya ketika para genk kambing datang. 

 

Genk kambing ini genk Rio dan teman-temannya mereka ada 5 orang, Rio si pemimpinnya, Reza, Dani, dan kawan-kawan lainnya. Mereka emang kumpulan cowok yang lumayan kece di kampus, hanya saja hobbi mereka itu yang buat mereka jadi terkenal di kampus. 

 

Genk kambing ini terbentuk awalnya karena mereka masuk satu tim waktu ospek. Rio sang ketua memang punya power disamping pinter akademik Rio juga pinter dalam merayu para cewek cantik di kampus. 

 

Genk ini tak hanya tebar pesona dengan para mahasiswi tapi juga sama dosen-dosen muda yang masih single.

 

"Weh, bos kita mojok nih," kata Reza.

 

Saat masuk Reza melihat Aku dan Ratna seketika itu Reza tidak melanjutkan ocehannya. Ratna pun menatap Reza dan seketika itu Ratna salah tingkah, dan Reza pun tidak lagi bertingkah. 

 

"Ada apa sih sama Ratna dan Reza?" gumamku dalam hati.

 

"Reza, katanya kamu jadian sama anak kampus kita, sama siapa?" tanya Rio.

 

"Hmmm...nanti aja bos saya infokannya."

 

Rio langsung mengebrak meja dan berkata, "Cepet bilang, dia salah satu mantanku atau bukan?"

 

"Bukan bos, gadis manis yang membuat hati saya bergetar Bos!" kata Reza.

 

Ratna menunduk dan mulai tampak seperti orang yang khawatir. 

 

"Kamu kenapa, Ratna?"

 

"Nggak he..he.. nggak papa kok, Ri." 

 

Rio memerintahkan teman-temannya lagi.

 

"Aku mau kita saling terbuka, aku nggak mau di tusuk dari belakang kayak waktu itu," kata Rio.

 

"Reza kan berbeda Rio, sama Iwan. Reza kan tangan kanan lu Rio," kata Dani. 

 

"Aku nggak kan mengkhianati mu bos, percaya itu! Aku cuma belum bisa bilang lagi deket sama siapa," kata Reza.

 

"Eh, Rio lu sudah siapkan belum sama tes wawancara, denger-denger yang wawancara salah satunya Bu Iren, yang sepertinya juga suka Rio," kata Dani.

 

"Ha..ha.. maklum ya orang keren, dimana aja ada yang suka! Tapi, jangan bahas tentang karya tulis itu ntar ide di contek jadi ribet akunya."

 

Riri ingin sekali melabrak Rio, namun di cegah oleh Ratna.

 

"Kita lihat siapa yang masuk 5 besar nanti," kata Rio sambil memandang sinis kepada Riri.

 

Aku dan Ratna akhirnya beranjak meninggalkan kantin menuju perpustakaan kampus.

 

Persiapan seleksi membuat Aku dan Ratna berjuang untuk ini. Karena bukan image di depan Rio yang di khawatirkan tapi kalo aku sampai tidak dapat posisi top 5 ini, maka kandas sudah usaha ini dan bisa jadi point ku untuk bertahan di kampus ini runtuh.

Wawancara Oh Wawancara

0 0

 

Sarapan Kata KMO Club Batch 35 

Kelompok7_RenjanaAksara 

Jumlah Kata 948 kata

Day_14

 

       Wawancara oh Wawancara

Alhamdulillah aku masuk dalam 15 besar yang terpilih untuk wawancara, berjuang bertahan di kampus adalah caraku untuk membantu kedua orang tuaku, kehidupan kami memang sederhana, walau kedua saudaraku bekerja tapi tidak berarti aku bisa hidup enak.

Bapakku yang melatihku untuk bisa maju, aku juga membuktikan kalo aku adalah putri yang mereka banggakan. 

Setiap tahun aku mengikuti kegiatan karya ilmiah yang hadiahnya adalah beasiswa pendidikan, ini lah yang buat aku bertahan di kampus semewah ini.

Adikku pun tahun depan harus kuliah, jadi andai aku gagal dalam seleksi ini, maka pupus harapanku mendapatkan beasiswa pendidikan itu. 

Tes wawancara dijadwalkan hari Rabu, Aku dan Ratna lebih ke mempersiapkan mental menghadapi wawancara ini.

Rio selalu aja menggangguku, dia tak henti ingin sekali membuat aku kesal dan kehilangan harapan untuk mendapatkan beasiswa. 

Tapi, ada hal yang aku mungkin tidak tau. Rio, memang mengangguku tapi Rio selalu kasi aku seperti clue atau sesuatu yang bisa buat aku bisa dapat jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan. Entahlah, kenapa Rio bersikap seperti itu, menyebalkan tapi selalu membantu aku sehingga aku bisa ke tahap selanjutnya.

Demikian juga kali ini, aku harus menghadapi tantangan wawancara dan salah satu pemberi wawancara adalah Bu Irene, beliau dosen cantik usianya pun masih muda, dan yang pasti Bu Irene adalah salah satu fansnya Rio si Playboy kampusku.

Hari Rabu pun tiba, 

"Ratna kenapa hatiku nggak karuan gini ya?" 

"Banyak istighfar Ri, InsyaAllah kita bisa."

Saat kami menunggu gantian wawancara datanglah sekumpulan genk kambing Rio CS dan membuat aku aneh, setiap kali genk kambing datang, Ratna salah tingkah semakin curiga aku kepada sahabatku ini.

"Halo semuanya, yang fans-fansku tersayang, eh ada rival abadi juga! Pagi Riri, sudah sarapan belum rival abadi."

Aku hanya melirik dan tak mau melihatnya lagi.

"Riri, kamu jangan benci-benci sama aku, perlu kamu tau antara benci dan cinta itu bedanya tipis, awas jatuh cinta aja ntar," kata Rio yang buat aku naik darah.

Aku mendekatinya 

"Ri, kamu mau ngapain?" tanya Ratna.

"Bentar Na, playboy kampus nggak sopan ini perlu dikasi pelajaran."

"Riri..Riri.. Nanti kena tegur Bu Irene lagi." 

Usaha Ratna mencegahku untuk menghujat Rio gagal.

"Denger ya, ketua genk kambing sok ganteng, memang beda antara benci dan cinta itu tipis, tapi sorry aku masih waras untuk nggak ikut-ikutan suka sama orang seperti kamu, saya bukan cewek-cewek nggak berkualitas itu, dan perlu kamu tau 'aku queen high quality jomblo' bukan jomblo sembarangan."

Tanpa aku sadari, Bu Irene salah satu penggemar Rio memperhatikan aku tadi dan bisa dipasang beliau pasti tidak akan suka dengan kata-kataku tadi.

Bu Irene juga sama mantan high quality jomblo di kampus saat menjadi mahasiswi di kampus ini, beliau belum menikah, karena punya pengalaman menyakitkan tentang pernikahan, namun saat ini Bu Irene tertarik sama Rio, playboy nomer satu di kampus. 

Ratna mengetahui kalo Bu Irene datang dan menarikku untuk pergi dari tempat itu. 

"Kamu tau nggak tadi ada Bu Irene! Bisa nggak sih, tahan emosi kamu sama Rio."

"Aku emosi Ratna, aku nggak suka anak nggak sopan itu ngoceh terus," kataku.

"Kalo akhirnya itu buat kamu kehilangan beasiswa mau? Niat kita ikut lomba karya tulis ilmiah ini karena ada beasiswa pendidikan yang bakal buat kamu bisa bertahan di kampus ini, dan ingat adik kamu."

Aku menangis saat ingat itu. Lalu, aku cepat menghapus air mataku untuk berusaha lagi.

"Sudah terjadi Na, aku harus siap mental, dan siapkan diri untuk berhadapan dengan Bu Irene," kataku.

"Ya udah, kita masuk untuk ambil nomer urutan masuk." 

Ada lima belas orang sudah ada dalam ruang auditorium ini, Rio dan Reza juga ada disana.

Saya dipanggil setelah Rio, saya persis di sebelah Rio. Tanpaku sadari Ratna dan Reza membicarakan kami, dan Reza mulai usil dengan memfoto bosnya itu.

Kata Reza,"Kalo lihat mereka begitu kayak mau akad nikah ya."

Mereka berdua tersenyum namun diwaktu yang sama.

Bu Irene berkata,"Tidak boleh ambil gambar saat acara ini ya," 

Aku kaget dan melihat kebelakang, kaget saat aku lihat Ratna duduk di sebelah Reza dan Bu Irene merebut handphone semua anak yang mengikuti kegiatan wawancara ini.

Kini tiba saat aku menghadapi Bu Irene.

"Hhhmmm, Riri Triana high quality jomblo kampus! Sebelum masuk pertanyaan yang lain, ibu mau tanya kenapa kamu benci sekali sama Rio?" tanya Bu Irene yang membuatku kaget begitu juga Rio.

Aku menjawab pertanyaan Bu Irene dengan hati yang penuh ketakutan," Rio selalu menggangguku Bu, selalu menghina dan menjelekkanku sebab itulah aku dan Rio selalu terkesan berantem bu, walaupun sebenarnya kami teman."

"Oh, sebenarnya emang kalian cocok yang satu jomblo yang satu lagi playboy," kata Bu Irene dengan sinis kepadaku.

Pertanyaan dari Bu Irene adalah pertanyaan terakhir untuk, aku pun deg-degan akan hasil wawancara caranya.

Bu Irene pun berkata," Satu jam lagi kami akan umumkan hasil wawancara cara ini, yang gagal bisa mencoba keberuntungan lagi tahun depan."

Aku deg-degan mendengarkan ucapan Bu Irene. Namun, berusaha untuk mengendalikan diriku.

Seperti biasa aku menunggu di kantin sambil makan siang.

Satu jam berlalu, Aku dan Ratna kembali melihat papan pengumuman kampus.

Ratna yang melihat nama yang terpasang di dinding pengumuman kampus.

"Riri... Riri sini, ada kok namamu disini!" 

Aku sedikit berlari untuk menuju papan pengumuman kampus, tanpaku sadari aku menabrak seseorang. 

Brukkkk!!!

"Duh, gimana sih nggak lihat jalan," kata cowok ini suaranya tak asing aku dengar.

Ternyata benar dia kak Rey, aku pun meminta maaf kepadanya.

"Maafkan aku kak." 

Mendengar yang menabraknya adalah Riri, kak Rey pun tersenyum dan tidak jadi marah.

"Hati-hati ya kalo berjalan." 

Aku tersenyum dan meninggalkan kak Rey. Aku pun melanjutkan untuk melihat papan pengumuman.

Tak hanya namaku aja disana, ada nama Rio juga. Nama Ratna juga ada begitu juga Reza.

Aku dan Ratna saling menatap, dan bilang," Alhamdulillah..."

Berasa hari itu aku mendapatkan keberuntungan lebih. 

Dalam hati aku berkata,"Alhamdulillah, aku bisa mendapatkan beasiswa ini, thanks God."

 

17 Agustus

0 0

Sarapan Kata KMO Club Batch 35 
Kelompok7_RenjanaAksara 
Jumlah Kata 579 kata
Day_15


Lomba 17 Agustus 


Kampus tempatku memang unik, setiap tahunnya kampus tercinta punya banyak acara terutama untuk menyambut 17 Agustus. 

Apalagi kalo bukan, lomba-lomba seperti basket ball antar jurusan, panjat tebing, futsal, lomba melukis, dan masih banyak lainnya. Mirip kayak di RT aku perlombaannya banyak. 

Sebagai ketua club basket aku harus memberikan contoh dalam hal sportifitas, aku harus menunjukkan walau basket farmasi itu orangnya ya itu-itu aja, layak untuk diperhitungkan. 

Aku menyusun jadwal pertandingan demi pertandingan, demi agar berjalan lancar. 

Oh iya, kalo di fakultas lain hanya ada olahraga, teater dan pencinta alam. Fakultasku punya satu kompetisi yaitu pemilihan high quality jomblo. Ini yang menilai adalah para dekan dan personil BEM, dengan cara penilaian langsung pengamatan kepada personal yang diamati, serta vote pada tanggal 17 Agustusnya, sehabis upacara bendera. 

Pengumuman lomba di umumkan pada saat upacara berakhir, setelah itu kampusku khususnya fakultasku pemilihan high quality jomblo. 

Pemilihan high quality jomblo ini, kriterianya tidak punya pacar pastinya, aktif dalam kegiatan di fakultas maupun universitas. Nah, setelah kepilih pun queen dan king high quality jomblo harus mengikuti aturan dalam satu tahun ini wajib tidak boleh punya pasangan, bila ketahuan punya pasangan maka gugurlah peserta tersebut.

****

Lomba basket 

Saat acara lomba basket diadakan di lapangan basket balai kota Yogyakarta. 

Tibalah fakultasku untuk pertandingan akhir. Fakultasku ini melawan fakultas teknik elektro. 

Untuk lomba basket putra jagoan basket fakultaskus siapa lagi kalo bukan 5 orang genk kambing, sedangkan tim putri kebanyakan dari kakak kelas, ada kak Marta juga di jajaran tim putrinya. 

Namun, selama pertandingan tim putri yang selalu di elu-elukan siapa lagi kalo bukan ketua club basketnya Riri Triana. 

Aku sebenarnya nggak ingin namaku yang diberikan teriakan karena kalo makin riuh bisa jadi konsentrasiku buyar. 

Riri... Riri... Riri terus itu yang di ucapkan para pendukungku ini. 

"Riri, kamu masih bisa fokuskan karena kita kurang point, aku ga mau kita kalah hanya karena fans dari ketua basketnya sendiri," kata Kak Marta menjelaskan.

"Iya kak, siap aku masih fokus." 

"Yuuukkkk,,,, kita pasti bisa yukkk." 

"Farmasi.... Yessss..." 

Akhirnya, point demi point kami tambah. Namun, kecelakaan terjadi, bahu kanan Riri, dicederai oleh tim lawan.

Aku kesakitan dan berteriak,. "Fallllllll" 

Setelah itu aku hilang keseimbangan diri, akhirnya aku tumbang, terkapar di lantai.

Ratna bangkit dari duduknya dan berteriak," Ririiiiiiii!"

Kak Marta mendorong pemain yang sengaja mencederaiku.

Rio juga panik saat itu, dia lari dan membopongku keluar arena. Diwaktu yang sama salah seorang ketua koordinator basket putra fakultas teknik elektro datang dan membawa minuman.

Setelah, aku sadar setelah kak Marta memberikan minyak kayu putih di hidungku. 

"Hei, aku Bimo dari tim elektro kamu nggak papa? Mohon maaf atas kelakuan annet ya."

Annet tim basket elektro emang selalu sini sana Riri, apalagi sejak Riri menjawab ketua tim basket.

Saat Bimo memberikan minuman kepada Riri, Rio melepaskan sanggahan tangannya. Dan hampir saya kepala Riri terbentur lantai. Buru-buru kak Marta mengambil kepalaku.

"Rio kamu tuh, kalo jatuh kelantai," kata Kak Marta.

"Ya suruh aja si Bimo yang pegangin masak aku," kata Rio.

"Please deh Rio, cemburu atau baper ini," kata Reza. 

"Minta dihajar kamu!! kata Rio.

Ketika itu aku mencoba bangun, bangun, dan akan berjalan, tapi tiba-tiba! 

"Aduh, awwww."

Riri hampir jatuh, secepat kilat tubuh Riri jatuh di Bimo, mataku beradu mata dengannya, lama kami saling pandang memandang. 

"Hhmmmm...hmmmm.. udah mas, Riri sudah nggak kenapa-kenapa!"

Bimo pun melepaskan lingkaran lengannya. 

"Mohon maaf Riri sekali lagi." 

Aku tersenyum, dan insiden ini akan di jadi awal hubungan percintaan Riri. 

Ada sosok bayangan yang melihat aku sejak tadi tapi siapa? Kenapa dia memanggilku? Siapa dia?

Surat Rahasia_Assalamualaikum Riri

0 0

Sarapan Kata KMO Club Batch 35 

Kelompok7_RenjanaAksara 

Jumlah Kata 524 kata

Day_16

 

                   Surat Rahasia

              Assalamualaikum Riri

                        Part 1

 

Pertandingan antar fakultas sudah selesai, dengan hasil farmasi mendapatkan peringkat kedua. Ini kali pertama fakultasku kalah dalam pertandingan basket antar fakultas. Biasanya tropi bergilir selalu hadir di ruang Dekan. Kali ini kita memang harus mengalah dari fakultas elektro. 

 

Ini juga dialami oleh tim basket putra. Tim genk kambing dikalahkan tim aero dari fakultas elektro yang dipimpin Bimo cs. 

 

Jika tim basket putra kalah dengan hasil yang jauh, tidak dengan tim putri kami kalah hanya dengan beda 2 point, itupun karena cedera yang Riri derita. Sungguh itu yang buat Rio kehilangan konsentrasinya saat bertanding. 

 

Cedera lengan kiri Riri segera diperiksakan ke dokter ortopedi, ternyata ada yang retak pada bahu Riri. Ini yang buat Riri meminta pengunduran diri dari tempat bekerjanya. Namun, permintaan itu di tolak oleh dosen sekaligus Abang bos Riri yang bernama Trisna. 

 

Kalo cerita soal dosen Trisna ini beliau dosen muda, yang mengajar tentang Farmasi Sosial dan Kewirausahaan, sesuai dengan kesibukannya yang mempunyai banyak bisnis baik properti maupun kesehatan, dan insyaAllah akan punya bisnis kuliner juga. 

 

Rio melihatku berjalan dengan lengan yang diikat kain untuk menopang retakan pada bahu Riri. Ada rasa tak tega melihat Riri berjalan sendiri dari gerbang kampus menuju kelas. Rio berlari menuju Riri, namun rasa gengsinya membuatnya kehilangan kata. 

 

"Ngapain kamu lari-lari, Rio?" tanya Riri. 

 

"Nggak, itu loh tadi ada sapa tadi tuh...." 

 

Belum selesai Rio berkata, Riri langsung menyindirnya.

 

"Kamu nggak tega ya Rio lihat aku gini?" tanya Riri.

 

"Hhhmmmm... Iya, soalnya ga asik berantem sama cewek yang tangannya kayak gitu."

 

Jawaban 'ngeles' dari Rio membuat Riri tersenyum dan memindahkan buku yang dia bawa untuk dibawakan Rio. 

 

"Waduh... Kira-kira dong apa kata fansku nanti kalo begini?" 

 

"Kalo nggak mau ya aku ambil lagi nih!"

 

"Eit, ya udah aku bantu ga tega lihat nenek sihir lagi diperban."

 

Aku segera memukul lengan Rio

 

"Duh, sakit cinta kalo yang seperti itu," gombalan pagi Rio untuk Riri pagi itu.

 

"Aku Riri! R-i-r-i bukan cinta, siapa lagi cinta."

 

Rio melamun sejenak dan bergumam dalam hati, "Riri...Riri... andai kamu tau isi hatiku."

 

"Wah, playboy kampus tunduk sama jomblo abadi wk..wk..wk.." ledekan Reza membuat merah muka Rio.

 

"Minta dihajar ini orang, turun kamu! bentak Rio. 

 

"Beib, kamu kok bawain buku si jomblo abadi ini sih? tanya Meta. 

 

"Udahlah, beramal dikit lagian nenek sihir kan cedera demi kampus kita! Aku ke atas dulu ya beib," kata Rio untuk Meta.

 

"Kak Riri...kak Riri... Bentar kak," kata adik kelas Riri.

 

"Iya ada apa?"

 

"Kak, tadi di gerbang kampus ada yang kasi ini untuk kakak."

 

"Oh iya, makasih ya." 

 

"Sama-sama kak Riri, cepet pulih ya kak." 

 

"Oiiiii... Udah ditolongin malah ngobrol sendiri."

 

"Iya Rio bentar tadi kamu ngobrol sama si cewek sosialita aku nggak masalah."

 

"Kamu cemburu ya?" 

 

"Cemburu, sadar diri." kataku sambil berjalan melewati Rio menuju lantai tiga.

 

Saat duduk aku membuka surat itu, ternyata ada selembar kartu ucapan. Dengan kata-kata :

 

"Assalamualaikum Riri, cepat sehat." 

 

Kata-kata itu pun dibaca Rio, dan seperti biasa langsung mengejek Riri. 

 

"Oh, dapat surat cinta misterius." 

 

"Siapa yang mengirimkan ya Rio?" 

 

"Mana aku tau, kali fans si nenek sihir."

 

Aku hanya melolot mendengar Rio mengubah namaku dengan sebutan Nenek Sihir. Entah sejak kapan Rio menjuluki ku sebagai nenek sirih.

 

****

Surat Rahasia_Assamualaikum Riri

0 0

Sarapan Kata KMO Club Batch 35 
Kelompok7_RenjanaAksara 
Jumlah Kata 490kata
Day_17

 

Surat Rahasia_Assalamualaikum Riri 
Part 2

Sejak peristiwa di GOR itu, Rio dan Aku makin sering sama-sama, jika Ratna datang menjemputku dan tiba di kampus, bak putri Rio menjemputku. Begitu juga hari ini, Rio sudah menunggu kami tiba dari pagi. 

Lalu bagaimana dengan para pacar Rio? 

Dikampus Rio punya 3 pacar dan salah satu di Fakultas Elektro yusi namanya, kalo di Fakultas kami ada kak meta, dan satu lagi di Kampus berbeda. 

Rio itu seolah bisa menjadi membelah dirinya menjadi 3. Sebenarnya, yang buat aku heran tuh kok mereka nggak protes ya dengan kelakuan Rio. 

Hari ini Rio sudah menunggu kami sejak pukul 09.00 pagi, karena pukul 10.00 kita praktikum Farmasi Steril. 

Motor Ratna biasa parkir pada tempat yang ada tribunnya, takut kena hujan katanya. 

Ratna yang mengetahui Rio menunggu Riri berkata, "Tuh, si pangeran playboy dah nungguin." 

"Apaan sih Ratna, ditolongin aku aja kok?"

"Hmmmm... modus itu mah, emang aku nggak tau kalo Rio itu suka perhatiin kamu, bahkan sahabat-sahabatnya dukung dia tuk pacarin kamu."

"Aku nggak pacaran sama dia, Ratna! Kalo pun bener Rio begitu berarti aku korban tuk diselamatkan dari dirinya." 

"Nanti aku yakin kamu, saat kamu bisa dipacarin dia kata-katamu pasti berubah."

"Rio paling deketin aku biar dia tau karya ilmiahku apa, atau hanya biar gelar high quality jombloku hilang."

Belum selesai kami berbincang Rio sudah ada di depan kami dan bilang, "Udah gosipin aku, dah keburu masuk praktikum loh, cepetan panas nih!"

Rio bergegas mengambil buku, serta tasku. 

"Riri, andai kamu tau Rio itu suka sama kami, saat kamu pingsan dia yang bopong kamu, hhhhmmm tapi Riri nggak pernah tau itu," gumam Ratna dalam hatinya. 

Setelah Riri aman, Rio baru menemui genknya. Tapi Rio kaget ada adik kelas datang dan memberikan Riri surat lagi. Surat yang sama seperti kemarin.

"Kak Riri, ini yah?"

"Iya terima kasih," kataku sambil membuka surat itu. 

"Dapat surat lagi Ri?"

"Iya sama kayak kemarin!" 

Rio lalu pergi dan marah-marah di hadapan temannya. 

"Eh, Candra, Reza, Dani, Tio kalian cari tau ya siapa yang kirim Riri surat cinta itu?"

"Rio, jujur deh! Kamu suka ya sama Riri."

"Sebenarnya aku suka sama dia, sejak ospek dulu. Tapi, Riri ya Riri susah ditaklukkan dirinya."

"Riri emang beda sama sahabatnya itu!"

Waktu berganti perban di baru kiri Riri di lepas, untuk di lihat perkembangannya apa retaknya sudah bisa diatasi.

Kali ini Riri sudah tidak pake arm sling lagi. 

"Udah kuat bahumu, Ri? tanya Ratna.

"Udah, InsyaAllah baik membaik say."

Rio cuma tersenyum dari kejauhan. Tapi senyuman hilang saat Riri mendapatkan surat rahasia itu lagi. 

"Kak Riri ini suratnya kak!"

"Surat rahasia lagi."

"Na, mungkin nggak sih kalo Rio yang buat surat ini." 

"Maybe Ri, cuma kayaknya bukan Rio dah kan insialnya EB disini." 

"Ya udah ah, nggak usah dipikirin," kataku sambil memeluk bahu sahabatku ini. 

Kamu si Rahasia
Andaiku tau takkan hati dilema
Sebait kata yang kau hadirkan setiap pagiku
Membuka hari dalam penasaranku
Hanya bertanya tentang siapa kamu
Gerangan apa, kau menyapaku.

02 Agustus-Riri

Duniaku Berubah

0 0

Duniaku berubah

Bagian 1

Sebulan sudah aku terbiasa menerima surat dan bunga mawar yang entah siapa pengirimnya. 

Pagi itu aku mengantarkan adikku iwan yang mau ikut ujian masuk sekolah tinggi informatika di Yogjakarta ini, adikku memang sangat menyukai tentang teknologi, dan bercita-cita ingin bikin aplikasi di playstore handphone android mimpi yang berbeda menurutku.

"Mbak, doakan ya!" katanya sebelum masuk ke tempat ujian. 

"Yo iyalah, nanti aku jemput atau kamu pulang naik angkot, katanya mas Brian yang jemput mbakku," katanya sambil melambaikan tangan kepadaku.

Kali ini aku boleh mengendarai motor karena adikku belum punya SIM walau biasa naik motor, tapi karena kami pernah ditilang polisi dan proses pengadilan pun membuat kami tak mau lagi berbuat tak benar dengan nekat bawa motor tanpa surat ijin mengemudi. 

Saat aku memasuki kampus berpapasan dengan Rio cs genk kambing.

Rio menghampiriku sambil berkata, "Ri, ehmm... aku boleh minta tolong nggak!" 

"Butuh bantuan apa, Rio?" tanyaku. 

"Hhhmmmmm....cuma pengen minta tolong, jadi pacarku untuk acara party kampus kita." 

"Nggak ah, ngapain untungnya apa buat aku! Lagian, pacar kamu kemana?" tanyaku kembali.

"Bosan Ri, mereka tuh cuma suka shopping-shopping aja buang uangku." 

"Tapi, kalo nggak salah ini tuh yang kamu suka ya Rio, popularitas." 

"Iya Ri, itu sebelum aku cemburu melihat kamu selalu dapat surat-surat itu." 

"Kamu cemburu, Rio." 

"Aku suka sama kamu, Ri! Jujur aku tuh suka sama kamu, tapi aku minder kamu selalu jadi juara, dari basket sampek olimpiade sains."

Aku hanya bisa tersenyum melihat kepolosan dari Rio.

"Aku nggak mau diduakan, Rio." 

"Iya...iya... aku janji nggakkan menduakan kamu," kata Rio menyakinkanku.

Belum lama dari itu datang meta menghampiri kami.

"Kita udah putus kok Riri, habis saya nggak kuat diduakan terus."

Rasanya itu pengen nangis, kok aku seperti orang yang mendapatkan sisa orang. 

"Terima Ri, kalo kamu nggak terima nanti aku nggak boleh pacaran sama Ratna," kata Reza. 

"Eh, emang kamu pacaran sama Ratna," kataku.

"Iya, kita sembunyi-sembunyi dari kamu." 

Ratna tiba dengan motor varionya, dan seperti orang bersalah Ratna hanya tertunduk.

"Hhhmmmm... jadi ada yang nggak jujur rupanya," kataku kepada Ratna.

"Ri, aku takut kamu nggak mau main lagi sama aku," kata Ratna yang hampir menangis.

"Aku nggak sejahat itu Ratna, walau merasa agak gimana sahabatku tak jujur tapi ya udah mau gimana lagi," kataku. 

"Ya udah yuk, kita masuk kelas jadwal pak Trisna," kata Ratna. 

"Lah, aku gimana?" tanya Rio. 

"Pikir sendiri Rio, gimana meluluhkan hati Riri," kata Ratna.

"Rio, pak Trisna itu kan dosen favorit Riri!" kata Reza.

"Makin banyak saingan aku, kenapa Tuhan menciptakan Riri dengan segala keistimewaannya yang buat banyak orang terpesona," kata Rio. 

"Nasib kau tuh, Rio! Dari dulu suruh pacarin Riri banyak alasannya," kata Dani menambahkan. 

"Ya udah masuk yuk, nanti lewat absensi pak Trisna kita dapet D lagi," kata Rio.

Empat sekawan pun berlalu, menuju kelas. Dalam ruang kelas tatapan Rio tak lepas dari Riri.

***

Mungkin saja kamu suka

Siti Khoeriyah
(not) a Lazy Girl
Fitriyanti Rumf...
Hijrahnya Keluarga Dewa
Dede Rahmawati
Love is Hurt
Alya kania
First Love

Home

Baca Yuk

Tulis

Beli Yuk

Profil