Loading
3

0

34

Genre : Keluarga
Penulis : Besti G naftali
Bab : 30
Dibuat : 14 Juli 2022
Pembaca : 5
Nama : Besti G Naftali
Buku : 1

Kolaborasi Sekolah dan Orang Tua dalam Meningkatkan Prestasi Anak

Sinopsis

Beberapa petunjuk tentang cara belajar yang baik dan efektif antara lain : 1. Keadaan jasmani yang sehat. 2. Keadaan emosional atau pikiran ketika hendak belajar harus dalam keadaan konsentrasi dan lingkungan social yang baik dalam keluarga maupun sekitarnya. 3. Keadaan lingkungan belajar hendaknya tenang, jauh dari hiruk pikuk lalu lintas dan industry lainnya. 4. Memulai belajar dengan memotivasi diri sendiri untuk belajar tepat waktu. 5. Memupuk sikap optimis untuk bisa bersaing niscaya prestasi akan meningkat dan memuaskan. 6. Belajar keras tidak merusak yang artinya menggunakan waktu tidur untuk belajar, mengurangi waktu istirahat akhirnya akan merusak badan.
Tags :
#Sarapankata#KMO Indonesia#Batch47#Kelompok2_Anagata#Jumlahkata 486#Day30

Bagian 1 : Pengertian dan Tujuan Kolaborasi

0 0

Apa itu kolaborasi ? Pengertian kolaborasi adalah wujud kerja sama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang sama. Dalam sebuah kolaborasi, setiap individu yang terlibat saling membantu satu dengan lain. Dalam modul berjudul Konsep, Pengertian, dan Tujuan Kolaborasi oleh Dr. Drs. Choirul Saleh,M.Si yang diterbitkan oleh Universitas Terbuka, dijelaskan secara etimologi kolaborasi adalah “collaborative” berasal dari kata “co” dan “labor”. Maka pengertian kolaborasi adalah penyatuan tenaga atau peningkatan kemampuan yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau telah disepakati bersama. Istilah kolaborasi kerap digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan.

“Pengertian kolaborasi adalah situasi dimana dua orang atau lebih belajar atau mencoba mempelajari sesuatu bersama-sama dan lebih banyak lagi khusus sebagai pemecahan masalah bersama,” dijelaskan ahli dalam bidang ini, Dillenbourg.

Nugraha dan Rahman mengatakan bahwa kolaborasi ( kerja sama ) dengan orang tua dan masyarakat perlu diusahakan untuk terciptanya lingkungan belajar yang kondusif dan menyelaraskan program yang tertuang dalam kurikulum di sekolah dengan lingkungan anak di rumah. Kerjasama yang efektif dan komunikasi dengan orang tua sangat diperlukan dalam hal terkait dengan kepentingan dan perkembangan anak. Orang tua perlu mengetahui keadaan anak mereka dari unsur sekolah dan manfaat bagi guru adanya komunikasi dengan orang tua siswa, diantaranya untuk memahami perilaku anak di rumah dari masukan orang tua siswa ( Intizar, Vol.26 No.1, Juni 2020, hlm 18)

Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kolaborasi adalah proses bekerja sama untuk menelurkan gagasan atau ide dan menyelesaikan masalah secara bersama-sama menuju visi bersama. Di sebuah organisasi yang saling tergantung, kolaborasi mejadi kunci pemikiran kreatif.

Tujuan dari kolaborasi adalah untuk mempercepat pencapaian tujuan secara bersama-sama. Bahkan dalam proses pencapaian tujuan tersebut tidak dianjurkan melakukan pengkotakan tugas-tugas yang embannya. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Nawawawi bahwa kolaborasi adalah usaha untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan melalui pembagian tugas atau pekerjaan, tidak sebagai pengkotakan kerja akan tetapi sebagai satu kesatuan kerja, yang semuanya terarah pada tujuan ( Nawawi,1984, hlm: 7 )

 

Bagian 2 : Melibatkan  Orang tua

Keterlibatan orang tua dalam pembelajaran adalah bagian yang penting dari proses pembelajaran anak. Keterlibatan orang tua dalam pembelajaran dapat mencakup :

1. Memperbaiki perilaku anak

2. Meningkatkan penyerahan pekerjaan rumah anak

3. Memperbaiki hasil pencapaian akademik anak

Keterlibatan orang tua dalam pembelajaran anak adalah persoalan membantu orang tua dalam membantu anak belajar di luar sekolah. Hal itu bukan hanya perkara membantu mengerjakan PR, melainkan lebih pada segala jenis pembelajaran, yang berlangsung sepanjang hayat.

 

Penelitian menunjukkan, hal yang paling berpengaruh bagi pembelajaran anak bukanlah tingkat pendidikan atau ekonomi orang tuanya, melainkan apa yang orang tua lakukan bersama anak-anak.Maksud dari "Lingkungan belajar di rumah " adalah segala proses belajar yang terjadi di luar sekolah, mulai dari belajar jalan, berbicara, belajar berbagi, bahkan sopan santun.


lanjutan Bagian 2 : Melibatkan Orang tua

2 0


Beban tugas yang harus dikerjakan guru sangatlah banyak, namun saat sekolah melibatkan orang tua dalam pembelajaran secara menyeluruh, penyelesaian semua hal akan menjadi lebih ringkas. Dengan pemgembangan rencana pembelajaran di sekolah terperinci, yang berakar dari konsultasi dengan orang tua dan staf, serta evaluasi, maka jangka panjang akan menghemat waktu kita sebagai guru. 

Bekerja sama dengan orang tua adalah tujuan yang hendak dicapai sekaligus cara bekerja. Pembelajaran anak akan terdukung dengan baik jika semua orang di sekeliling anak bekerja sama demi satu tujuan bersama.Pentingnya kesetaraan dalam bekerja sama dengan saling menghormati para orang tua dan bagian mereka bisa lakukan dalam pembelajaran anak, adalah fondasi utama dalam kemitraan ini.

 

Menempatkan prioritas secara benar mendasari segala hal lainnya. Maka pembelajaran menjadi prioritas nomor satu. Segala hal yang pihak sekolah, berikut para stafnya, lakukan merupakan hal-hal nomor dua setelah pembelajaran, dan hal-hal tersebut perlu dievaluasi dalam kaitannya dengan esensi dari pembelajaran.

 

Guru sudah merupakan seorang profesional kompeten, dan sudah semakin terampil dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Kompetensi yang guru punya itu tidak hanya soal melibatkan anak-anak, namun juga orang tua mereka.

 

Sangat mudah mengecam cara orang lain membesarkan anak mereka, namun sebagian besar orang pernah menerima kecaman semacam itu dan paham betapa menyakitkan rasanya.

 

Sekolah bisa menjadi pusat kegiatan kemasyarakatan, yang bekerja menyatukan oramg-orang. Ide ini menawarkan sejumlah cara sederhana untuk mewujudkan hal tersebut.Setiap orang tua dan setiap keluarga pasti punya jaringan sendiri yang bisa dimanfaatkan. Saat orang tua berkontribusi untuk kehidupan sekolah, hal ini menandakan kemitraan sejati. Pertimbangkan untuk mengundang orang tua berbicara soal profesi/pekerjaan/kegiatan sukarela, baik untuk anak-anak saat pelajaran ataupun rapat tentang karier untuk orang tua dan keluarga lainnya.

 

Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang tua memiliki cita-cita tinggi tetapi realistis bagi anak-anak mereka dan bahwa cita-cita ini butuh dukungan agar tetap tinggi saat anak-anak bertumbuh besar. Ada banyak cara untuk mempromosikan budaya "pencapaian yang tinggi". Hal-hal yang perlu ditetapkan seperti penetapan tujuan, berbagi pencapaian, dan mengajari anak-anak cara mengatasi pikiran pesimistis.

 

Kesiapan bersekolah adalah ukuran seberapa siap anak untuk berhasil di sekolah secara kognitif, sosial, dan emosional, namun juga berkaitan dengan seberapa siap sekolah menerima anak. Jurnal observasi adalah alat serbaguna untuk membantu anak terbiasa dengan berbagai jenis tulisan. Sekolah diharapkan betindak proaktif untuk mencari informasi sebanyak mungkin tentang anak-anak tersebut dari sekolah sebelumnya. sekolah juga menyiapkan informasi mengenai kompetensi yang idealnya dimiliki anak-anak pada awal bersekolah, membuat panduan peralihan ke masa sekolah anak untuk dibaca oleh orang tua sebelum siswa/anak mulai masuk sekolah, membuat situs sekolah yang berisikan konten-konten "persiapan Sekolah", melibatkan para siswa atau orang tua siswa angkatan sebelumnya dalam klip video dengan mendengarkan pernyataan dari orang tua yang anaknya sudah sekolah dapat membuat orang tua siswa baru lebih nyaman.


Lanjutan Bagian 2 Melibatkan Orang Tua dan Bagian 3 Memahami Orang Tua

0 0

Sekolah bisa menjadi tempat menakutkan dan mengitimidasi bagi mereka yang tidak bekerja di sekolah, terutama orang tua. Mengenali dan berurusan dengan dominasi dalam hubungan adalah bagian penting dari memperbaiki kerja sama guru dan orang tua. waspada soal bahasa tubuh antara guru dan orang tua dalam situasi apapun. Saat guru mendengarkan orang tua, cobalah memberi perhatian penuh terhadap segala hal yang berlangsung dalam percakapan, bukan hanya yang sedang diucapkan. 

Para pemimpin sekolah diminta berbagi visi terkait cara orang tua dan sekolah bisa bekerja dan menunjukkan upaya-upaya yang telah dilakukan sekolah untuk meningkatkan dukungan terhadap orang tua terkait pembelajaran siswa. Berusaha untuk bertindak lebih dari sekedar memberitahu orang tua menjadi hal yang lebih mantap lagi yaitu, menjadi rekan kerja sama dengan orang tua.


Bagian 3 Memahami Orang Tua 

Orang tua adalah guru pertama anak. Apa yang terjadi di rumah dapat secara mendasar membentuk pandangan anak mengenai dunia dan upayanya untuk merangkul pembelajaran dan kehidupan. Kerja sama dengan orang tua di mulai dari timbulnya kesadaran betapa pentingnya peran mereka terhadap pembelajaran anak. Hal ini secara konsisten terbukti dari berbagai penelitian : minat dan dukungan berkelanjutan dari orang tua terhadap pembelajaran akan berdampak signifikan terhadap presensi, perilaku, dan prestasi anak,

 

Anak tidak hidup sendiri. Nyaris semua anak di kelas adalah bagian dari keluarga atau sejenisnya. Beberapa asas dasar yang perlu diyakinkan untuk menjadi landasan kemitraan sekolah dan keluarga diantaranya : rangkul semua peluang pembelajaran; cek bahan ajar yang tersedia bagi guru, anak dan orang tua; memastikan informasi mengenai segala bahan ajar sampai terkirim ke rumah; undang orang tua untuk membahas pengalaman pembelajaran melalui kacamata budaya dan latar belakang yang berbeda.

 

Banyak orang yang secara teknis bukan orang tua langsung dari anak namun merupakan "orang tua" sepenuhnya bagi anak tersebut. Guru sebaiknya mencari tahu siapa yang bertanggung jawab utama dalam mengasuh siswa tersebut.Maksud disini belum tentu semua yang mengasuh anak-anak merupakan orang tua langsung, melainkan mungkin kakek/nenek,bibi/paman, kerabat lain atau orang tua asuh. sewaktu memikirkan tentang melibatkan "orang tua" dalam pembelajaran anak, ingatlah bahwa tidak semua orang dewasa yang terlibat dalam hal ini terbatas pada orang tua langsung mereka saja. Maka dari itu, hindari penggunaan kata ganti spesifik seperti " beritahu ibumu "; sebagai gantinya gunakan kalimat misalkan "ingatkan keluargamu" atau " kabari orang rumah ya".

Tujuan sekolah adalah untuk memastikan bahwa semua siswa dapat belajar pada tingkat tinggi, dan masa depan anak didik tergantung pada keberhasilan sekolah. Kita harus bekerja sama untuk mencapai tujuan itu, karena hal ini tidak mungkin tercapai jika kita bekerja sendiri-sendiri. ( Dufour, Eaker, & Dufour, 2005, hlm 232-233)


Bagian 4 Tujuan Sekolah dan bentuk kolaborasi

1 1

 

4. Tujuan Sekolah

Tujuan sekolah adalah untuk memastikan bahwa semua siswa dapat belajar pada tingkat tinggi, dan masa depan anak didik tergantung pada keberhasilan sekolah. Kita harus bekerja sama untuk mencapai tujuan itu, karena hal ini tidak mungkin tercapai jika kita bekerja sendiri-sendiri. ( Dufour, Eaker, & Dufour, 2005, hlm 232-233)

Bentuk kolaborasi secara luas diakui sebagai sarana untuk menangani masalah social yang kompleks dan untuk mencapai tujuan organisasi penting ( Gadja, Rebecca, dan Koliba, Christopher, 2007; Austin ,2000; Hesselbein & Whitehead, 2000;Hogue, 1993;Preece, 2004 ). Oleh karena itu, evaluasi kolaborasi interpersonal menjadi keharusan bagi semua organisasi yang kompleks, termasuk sekolah ( Gajdadan Koliba, 2007;Dufour et al, 2005; Gadja, 2006).

Membuktikan bahwa tempat belajar dipahami dengan istilah komunitas yang dibentuk atau digabung dimana identitas pribadi mengalami perubahan. Singkat kata, perbaikan organisasi yang signifikan tidak dapat tercapai oleh satu orang saja, bahkan oleh satu orang yang paling berpengetahuan sekalipun apabila hanya bekerja sendiri ( Gadja dan Koliba, 2007; Peters & Waterman, 1982 ).

Dalam bidang sekolah, kolaborasi hamper secara universal dinilai sebagai elemen perubahan sekolah yang penting ( Gadja dan Koliba, 2007 )

Carreiro ( 1989 ) mencatat bahwa :

Orangtua memiliki keahlian yang berasal dari hubungannya dengan anak sepanjang waktu di rumah. Komponen keahlian tersebut meliputi observer anak, pendukung anak, penasihat anak. Sedangkan guru memiiki keahlian dalam bentuk pengetahuna dari kurikulum, strategi-strategi mengajar, pengalaman dengan berbagai anak, dan pemahaman tentang perkembangan dan belajar anak. Bersama –sama mereka membentuk tim yang luar biasa. Itulah sebabnya mengapa kolaborasi antar orangtua dan sekolah dan membentuk komunitas pembelajar dengan berbagai nilai menjadi salah satu model konseling yang dapat meningkatkan kinerja sekolah dan membantu anak bertumbuh secara optimal hingga mencapai kematangan sesuai dengan usianya.

Saat orangtua dilibatkan dalam sekolah, maka siswa akan menunjukkan kemajuan dalam hal nilai, sikap dan perilaku. Orang tua juga akan mengenali keterampilan interpersonal dan kemampuan mengajar guru-guru. Orang tua dapat berkomunikasi lebih baik dengan anak-anak mereka baik itu hal-hal umum maupun hal – hal khusus mengenai tugas dari sekolah. Dengan kolaborasi yang solid antara Orangtua dan sekolah itu merupakan upaya untuk mendukung keberhasilan anak.

Adapun bentuk kolaborasi yang bisa dilakukan oleh guru bersama orang tua yaitu :

1.             Melibatkan peranan orangtua dalam mendampingi anak saat belajar di rumah

2.             Menerapkan kegiatan parenting

3.             Melakukan komunikasi dengan orangtua, dan menyediakan kesempatan bagi orangtua untuk terlibat dalam kegiatan di sekolah

Dalam melaksanakan kolaborasi antara pihak sekolah dan orangtua, banyak sekali cara yang bisa dilakukan .

user

17 July 2022 22:39 Catur Untari Semangat, Kak ?

Bagian 5 Pentingnya Kolaborasi Orang Tua dan Guru dan Bagian 6 Peran dan Tanggung Jawab Orang Tua

0 0

 Bagian 5  Pentingnya kolaborasi Orang Tua dan Guru

Saat ini banyak orang tua yang sangat sibuk, sehingga terkesan melimpahkan tugas mendidik anak sepebuhnya ke pihak sekolah. Perlu diingat, sikap tersebut akan memberikan dampak negative terhadap psikologi anak.

Banyak orang tua gelisah keika menerima laporan negative dari guru bahwa anaknya berulah atau bermasalah di sekolah. Dan tidak sedikit orang tua menghukum anaknya Karena merasa dipermalukan. Sebenarnya orang tua tidak perlu bersikap demikian saat menerima laporan dari sekolah. Kuncinya adalah membangun komunikasi yang baik antara orang tua dan guru.

Orang tua perlu mengetahui perkembangan anaknya dengan mengecek buku-buku, tugas-tugas, maupun lembar-lembar ulangan anaknya. Jika orang tua terpaksa disibukkan dengan proyek/tugasnya, mereka dapat membicarakannya dengan pihak sekolah. “Harusnya dikomunikasikan dengan gurunya, bahwa dalam jangka waktu tertentu mereka tidak dapat mendampingi sepenuhnya kepada anak. Jadi semacam dititipkan”.

Namun, jika orang tua terus menerus ditelan kesibukannya sendiri, jangan-jangan merekalah yang bermasalah dengan manajemen waktu. Sehingga, yang harus diperbaiki adalah bagaimana mengatur waktu agar mereka tetap dapat focus mendidik anak.

Pada beberapa kasus khususnya untuk anak yang mulai berancak besar, laporan negative guru kepada orang tua dapat mengakibatkan perasaan hilan semangat dan penurunan motivasi, sehingga berpotensi menyebabkan berulah dan menyebabkan prestasi belajar anak menurun.

Untuk itu, orang tua disarankan untuk melakukan pendekatan intensif melalui diskusi dan obrolan dari hati ke hati.  Mau tidak mau pendekatan melalui diskusi memakan waktu dan kesabaran untuk mendengarkan. Jika anak sudah mersa aspirasinya tersampaikan dan didengarkan orang tuanya, kemungkinan besar ulahnya dan prestasinya akan meningkat kembali.

Jadi, dalam kaitannya dengan kerja sama antara guru dan orang tua, yang lebih relevan dilakukan adalah berkomunikasi dengan pihak sekolah, bagaimana agar pendekatan rumah selaras dengan pendekatan di sekolah.

 

Bagian 6 Peran  dan Tanggung Jawab Orang tua

Orang tua berkewajiban untuk memeliharan dan mendidik anak-anaknya dengan rasa kaih sayang. Perasaan kewajiban dan tanggung jawab yang ada pada orang tua untuk mendidik anak-anaknya timbul dengan sendirinya, secara alami, tidak karena paksaan atau disuruh oleh orang laon. Demikian pula, perasaan kasih sayang orang tua terhadap anak-anaknyaadalah kasih sayang sejati, yang timbul dengan spontan, tidak dibuat-buat. Di rumah anak menerima kasih sayang yang sangat besar dari orang tuanya. Anak menggantungkan diri sepenuhnya kepada orang tuanya, tempat ia mencurahkan isi hatinya. Anak merasa satu dengan anggota-anggota dari keluarganya, tidak merasa asing seperti dengan anggota-anggota keluarga lain.

Sebagian orang tua menganggap bahwa peran orang tua pada anak, hanya sebatas pemenuhan kebutuhan-kebutuhan materi saja. Sedangkan materi spiritual mereka hanya sebagian kecil yang diberikan, serta mengenai meningkat tidaknya prestasi anak di sekolah juga kuramg diperhatikan oleh orang tua.


lanjutan Bagian 6 Peran dan Tanggung Jawab Orang tua

0 0

Cara berpikir inilah yang seharusnya sudah mulai diubah. Seharusnya orang tua sudah mulai ikut berperan aktif dalam rangka meningkatkan prestasi anak di sekolah dengan melaknakan bentuk-bentuk peran yang diberikan guru di sekolah.

Jika orang tua menyadari peran dan tanggung jawabnya sebagai orang yang akan dicontoh segala perilakunya, sebagai orang yang berhak menjadikan anak itu menjadi apa ke depannya, dan sekaligus pendidik utama yang akan memberikan pengaruh sangat besar terhadap anaknya, yaitu memelihara, membina, mendidik, memotivasi dan memantau serta memperhatikan perkembangan spiritual, social, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki anaknya, maka prestasi yang diperoleh anaknya di masa depan akan baik.

Adapun bentuk-bentuk peran orang tua tersebut antara lain :

1.     Orang tua  sebagai motivator

Orang tua mempunyai tugas untuk memotivasi dalam mempelajari segala hal. Motivasi yang diberikan bisa dalam bentuk pujian atau hadiah atas prestasi yang diraih. Sekecil apapun hadiah itu sangat berharga untuk mereka karena dapat membuat mereka lebih bersemangat dan senang dalam belajar.

2.     Orang tua sebagai pendidik

Orang tua sebagai pendidik/guru memiliki tugas mendidik, membina dan mengajar anak-anaknya. Oleh karena itu, orang tua dituntut untuk bersikap sabar dalam membimbing dan mengarahkan mereka sebagaimana tugas guru di sekolah sehingga saling melengkapi dan sangat membantu memecahkan masalah-masalah atau kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak-anak baik di sekolah maupun di rumah.

3.     Orang tua sebagai penegak disiplin

Orang tua bertugas menanamkan dan menegakkan kedisiplinan. Pendisiplinan terhadap anak sangat penting, namun bukan berarti pendisiplinan yang kaku. Anak perlu dibiasakan dalam hidup keteraturan. Hubungannya dengan usaha meningkatkan prestasi anak, orang tua dapat membuat jadwalkan pembagian tugas di rumah dan jadwal belajar mereka. Penerapan pendisiplinan secara teratur lama-kelamaan akan dirasakan anak, sehingga ia tidak merasa terikat oleh peraturan, namun akan menjalaninya dengan rutin atas dasar kesadaran.

4.     Orang tua sebagai pengontrol

Orang tua hendaknya selalu mengikuti perkembangan prestasi anak serta mengontrol perilakunya baik di rumah maupun di sekolah dengan melakukan pendekatan informasi dan kelompok masyarakat antara guru dan orang tua. Dengan demikian orang tua dapat mengetahui sebab-sebab dari maju maupun  mundurnya prestasi anak serta menyikapi masalah-masalah yang dihadapi anak secara bijak.

Jadi peran orang tua dalam mendidik, mengajar serta mengawasi anak hampir sama dengan peran guru, hanya saja peran orang tua lebih menyeluruh. Sebab orang tua memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap anak, karena anak lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah daripada di sekolah, karena orang tua sebagai pendidik utama di rumah dan yang bertanggung jawab atas kebahagiaan anaknya masing-masing baik itu di dunia maupun diakhirat.


lanjutan Bagian 6 Peran dan Tanggung Jawab Orang tua

0 0

Peran orang tua dalam hal mendidik dan mengasuh dipastikan berunah sesuai dengan tumbuh kembang anak-anaknya. Namun, satu hal yang tidak berubah adalah konsistensi orang tua, bahwa mereka akan selalu menjadi model pembelajaran bagi anak-anaknya. Sikap kita dalam hal apapun dapat mengilhami mereka dan menunjukkan kepada mereka bagaimana bertanggung jawab atas perjalanan pendidikan dan hidupnya keseluruhan. Orang tua memiliki peran penting sebagai model pembelajaran bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus menjadi konsistensi orang tua dala hal mengasuh dan mendidik anak.

1.     Jadilah teladan untuk belajar

Saat usia dini, orang tua adalah guru pertama anak-anak dalam hal menjelajahi alam, membaca, bersama, masak bersama, dan menghitung bersama. Ketika anak mulai sekolah, tugas orang tua adalah menunjukkan, bagaimana sekolah dapat memperluas pembelajaran yang diberikan di rumah, dan betapa menarik dan bermaknanya pembelajaran itu. Saat anak-anak tumbuh menjadi anak-anak usia sekolah, orang tua juga membantu mengatur waktu dan mendukung keinginan untuk belajar hal-hal baru di dalam dan di luar sekolah.

2.     Perhatikan apa yang disukai anak

Menurut pakar psikologi perkembangan dari Tuft University-Boston, Dalton Miller-Jones, salah satu terpenting yang dapat dilakukan orang tua adalah memperhatikan anaknya. Apakah dia seorang pembicara atau apakah dia pemalu ? Cobalah mencari tahu  apa yang menarik baginya dan membantu dia menjelajahinya. Biarkan anak menunjukkan cara yang ia sukai untuk belajar,”ujarnya.

3.     Sesuaikan dengan cara anak belajar

Beberapa anak belajar secar visual melalui pembuatan dan melihat gambar, yang lain melalui pengalaman sentuhan, seperti membangun menara balok dan bekerja dengan tanah liat. Yang lainnya adalah pembelajar pendengar yang paling memperhatikan apa yang mereka dengar. Mereka mungkin tidak belajar dengan cara yang sama seperti saudara mereka lakukan. Dengan memperhatikan bagaimana anak belajar, orang tua mungkin dapat mengalihkan minatnya dan menjelaskan topik-topik sulit dengan menggambar bersama, membuat bagan, membuat model, menyanyikan lagu, dan bahkan menyusun syair.

4.     Latih apa yang anak pelajari di sekolah

Banyak guru mendorong orang tua untuk mempelajari apa yang dipelajari anak-anak di sekolah dengan cara tidak tertekan dan untuk mempraktekkan apa yang mungkin mereka perlu bantuan tambahan.

5.     Hubungkan apa yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari

Jadikan belajar sebagai bagian dari pengalaman sehari-hari anak-anak, terutama ketika itu keluar dari pertanyaan si anak. Contohnya, saat memasak bersama, lakukan pengukuran matematika. Ketika orang tua mengendarai mobil, cobalah mengajari anak menghitung plat nomor dan berbicara tentang suatu daerah yang dilewati. Contoh lainnya saat kita menyalakan blender, jelajahi cara kerjanya bersama. Ketika anak mempelajari cuaca, bicaralah tentang mengapa cuaca sangat panas di pantai. Lakukan percakapan memberi dan menerima, mendengarkan ide-ide anak alih-alih menuangkan informasi ke dalam kepala mereka.

6.     Sisihkan waktu untuk membaca bersama

Bacalah di depan anak-anak dengan keras, bahkan kepada anak-Anak yang lebih tua. Jika ia malas dalam membaca, maka membaca dengan keras akan memberikan struktur dan kosa kata sastra yang baik dan membuatnya tertarik untuk membaca lebih banyak.

 


lanjutan Bagian 6 Peran dan Tanggung Jawab Orang tua

0 0

Adapun pendapat lain dari Arifin mengenai peran orang tua dalam prestasi belajar anak yaitu :

1.    Menyediakan kesempatan sebaik-baiknya kepada anak untuk menemukan minat, bakat, serta kecakapan-kecakapan lainnya serta mendorong anak agar meminta bimbingan dan nasehat kepada guru.

2.   Menyediakan informasi-informasi penting dan relevan yang sesuai dengan bakat dan minat anak.

3.    Menyediakan fasilitas atau sarana belajar serta membantu kesulitan belajarnya. Berdasarkan pendapat Arifin di atas, maka dapat dijelaskan lebih rinci dan luas tentang peran orang tua dalam mendukung prestasi belajar anak yaitu :

1.       Pengasuh dan Pendidik

Orang tua berperan sebagai pendidik sebab dalam pekerjaannya tidak hanya mengajar, tetapi juga melatih keterampilan anak, terutama sekali melatih sikap mental anak. Maka dalam hal ini, orang tua harus dan mampu bertanggung jawab untuk menemukan bakat dan minat anak, sehingga anak diasuh dan didik, baik langsung oleh orang tua atau melalui bantuan orang lain, seperti guru, sesuai dengan bakat dan minat anak sendiri, sehingga anak dapat memperoleh prestasi belajar secara lebih optimal. Bukan karena keegoisan orang tua, yang justru “memenjarakan” anak dengan kondisi yang diinginkan orang tua.

2.       Pembimbing

Bimbingan adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan, agar orang tersebut mampu mengatasinya sendiri dengan penuh kesadaran. Maka dalam hal ini, orang tua harus senantiasa memberikan bimbingan secara berkelanjutan. Anak di sekolah hanya enam jam, dan bertemu dengan gurunya hanya sampai 2 dan 3 jam. Maka prestasi belajar anak sangat didukung oleh bimbingan belajar yang diberikan orang tua secara berkelanjutan, langsung maupun tidak langsung.

3.       Motivator

Orang tua memberikan dorongan tentang pentingnya belajar dengan tujuan dapat meningkatkan prestasi belajar, sehingga anak benar-benar  merasa penting dan membutuhkan apa yang dianjurkan oleh orag tuanya. Orang tua harus mampu menjadi motivator belajar anak. Hal ini dilakukan anatra lain dengan membimbing belajar anak dengan kasih sayang secara berkelanjutan, serta dengan menciptakan suasana belajar di rumah. Suasana belajar dapat diwujudkan dengan meminimalisir kebiasaan-kebiasaan yang kurang bermanfaat, seperti nonton TV secara terus menerus, maka bagaimana suasana belajar mampu dikondisikan oleh orang tua, maka sejauh itu pula anak termotivasi untuk belajar. Semakin tinggi motivasi belajar anak, semakin tinggi pula kemungkinan anak untuk memperoleh prestasi belajar yang maksimal.

4.       Fasilitator

Dalam belajar mengajar orang tua menyediakan berbagai fasilitas seperti media, alat peraga, termasuk menentukan berbagai jalan untuk mendapatkan fasilitas tertentu dalam menunjang program belajar anak. Orang tua sebagai fasilitator turut memperngaruhi tingkat prestasi yang dicapai anak. Bentuk dukungan lainnya yang tidak kalah pentingnya berkenaan dengan peranan orang tua dalam belajar anak dengan biaya pendidikan karena tidak ada pendidikan gratis serratus persen.


Bagian 7 Peran dan tanggung jawab guru

0 0

Guru adalah orang yang mengajar di sekolah. Guru merupakan orang yang digugu, ditiru, tindakan, ucapan dan bahkan pikirannya selalu menjadibagian dan kebudayaan masyarakat disekelilingnya. Guru adalah orang yang bertanggung jawab memberikan pendidikan di sekolah kepada peserta didik, guru menjadi teladan atau contoh yang akan ditiru oleh peserta didik. Maka dari itu, guru harus menjaga perilaku, perkataan dan perbuatannya agar dapat menjadi teladan yang baik terhadap peserta didik karena semua tindakan yang dilakukannya akan dicontoh oleh peserta didik.

Guru adalah sosok yamg dapat membentuk jiwa dan watak peserta didik. Guru  mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadiaan anak didik menjadi seorang yang bergua bagi agama, nusa dan bangsa.

 

Pada kegiatan pendidikan, baik pendidikan di rumah maupun pendidikan di sekolah yang menjadi pendidik atau guru haruslah mampu menjadi teladan atau contoh yang baik bagi orang-orang yang sedang didiknya, karena pendidik yang baik haruslah memiliki akhlak dan perilaku yang baik agar dapat dicontoh oleh orang-orang disekelilingnya.

 

Menurut Djamarah dan Zain ( 2015 :281) guru adalah seseorang yang berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan keilmuan yang dimilikinya, dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 39 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

 

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian guru adalah seseorang yang berkewajiban untuk mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada orang lain, sehingga dia dapat menjadikan orang lain menjadi orang yang cerdas. Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran dan melakukan bimbingan dan pelatihan.

 

Tugas guru secara umum adalah mempersiapkan manusia susila yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan negara. Tugas guru secara umum adalah mendidik, dalam oprasionalisasinya mendidik adalah rangkaian proses mengajar, memberikan dorongan, memuji, menghukum, membentuk contoh dan membiasakan.

Tugas guru secara khusus adalah :

1.     Sebagai pengajar

Sebagai pengajar ( instruksional ), guru bertugas merencanakan proram pengajaran, melaksanakan program yang telah disusun dan melaksanakan penilaian setelah program itu dilaksanakan.

2.     Sebagai pendidik

Sebagai pendidik ( educator ) guru bertugas mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan yang berkepribadian sempurna.

3.     Sebagai pemimpin

Sebagai pemimpin, guru bertugas memimpin dan mengendalikan diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait, meyangkut upaya pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, partisipasi atas program yang dilakukan.

Perkembangan baru terhadap pandangan belajar mengajar membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya. Karena pada dasarnya proses belajar mengajar dan hasil belajar peserta didik sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru.


lanjutan bagian 7 Peran dan tanggung jawab guru

0 0

Dan kalau kita membuka  kembali semboyan pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara tentang tiga asas pendidikan yaitu Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Yang implementasinya dalam pendidikan dapat dipahami bahwa guru sebagai pendidik yaitu :

1.     Ing Ngarso Tuludo

Artinya bahwa di depan seorang guru harus dapat memberikan contoh atau teladan yang baik bagi kepada siswa-siswinya.

2.     Ing Madya Mangun Karsa

Artinya guru adalah pendidik yang berada di tengah siswanya mampu memberikan dorongan atau semangat untuk berkarya.

3.     Tut Wuri Handayani

Artinya di belakang guru adalah pendidik yang mampu mengarahkan atau menopang siswa-siswinya pada jalan yang benar.

Guru professional adalah orang yang terlibat dalam pendidikan yang tugasnya tidak hanya sekedar mentransfer ilmu dari guru kepada peserta didik akan tetapi lebih dari itu.

Guru berperan sebagai pemgganti orang tua di sekolah yang tugasnya mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan dan mejadikan menreka manusia seutuhnya melalui teladan yang bisa dicontoh, semangat atau dorongan untuk menjadi lebih baik dan bimbingan atau arahan agar selalu pada jalur kebenaran dalam mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Guru mempunyai beban atau tugas untuk menumbuhkan kemampuan peserta didik agar dapat meningkatkan dan mencerdaskan kehidupan bangsa, seperti tujuan pendidikan yang tertera pada UUD 1945 alinea ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

 

Warso ( 2014 ) dalm bukunya Proses Pembelajaran dan Penialiannya di SD/MI/SMP/MTs/SMA/MA/SMK mengatakan pada pelaksanaan proses pembelajaran guru mempunyai peran yang sangat penting. Peran/ tugas guru dalam proses pembelajaran tersebut meliputi guru sebagai :

1.     Sumber belajar

Guru sebagai sumber belajar maka gurulah yang menjadi tempat  peserta didik menggali atau mengambil pelajaran. Sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran hendaknya guru harus memiliki bahan referensi yang lebih banyak dibandingkan dengan siswa dan guru perlu melakukan pemetaan tentang materi pelajaran

2.     Fasilitator

Guru sebagai fasilitator berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

3.     Pengelolaan Pembelaaran

Guru sebagai pengelolaan pembelajaran, guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman melalui pengelolaan kelas. Sebagai pemgelolaan pembelajaran guru memiliki 4 fungsi umum yaitu

a.       Merencanakan tujuan belajar

b.     Mengorganisir berbagai sumber belajar

c.       Memimpin dan

d.     mengawasi

4.     Demostator

Guru sebagai demonstator yaitu peran untuk mempertunjukkan kepada siswa tentang segala sesuatu yang membuat siswa lebih mengerti dan paham terhadap pesan/informasi belajar yang disampaikan. Guru juga berperan sebagai model atau teladan bagi siswa.

5.     Pembimbung

Guru sebagai pembimbing yaitu membimbing siswa agar dapat menentukan berbagai potensi yang dimilikinya sebagai bekal mereka, membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian tersebut ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai mansia ideal yang menjadi harapan setiap orang tua dan masyarakat. Tugas guru adalah menjaga, mengarahkan dan membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, minat dan baktnya.


lanjutan bagian 7 Peran dan tanggung jawab guru

0 0

6.       Motivator

Guru sebagai motivator, proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa memiliki motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan potensi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa.

7.       Penilai

Guru sebagai penilai berperan untuk mengumpulkan data atu informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan melakukan penilaian maka guru akan mengetahui atau menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dan juga guru dapat menentukan keberhasilan setiap program-program yang telah direncanakan oleh guru itu sendiri.

Ada pun pendapat lain menyatakan peran guru adalah

1.     Fasilitator

Sebagai fasilitator, guru pintar harus mampu menfasilitasi pembelajaran supaya seluruh siswa dapat terlibat secara aktif. Guru pintar harus dapat menfasilitasi pembelajaran para siswa untuk bisa mendapatkan pengalaaman yang otentik. Hal ini sesuai dengan falsafah pendidikan era 4.0 yang lebih mengedepankan student centered. Dengan fasilitator yang baik, siswa akan menjadi aktif dalam belajar dan dapat menggali semua potensi besar yang mereka miliki.

2.     Motivator

Dalam proses belajar mengajar, tak jarang siswa mengalami kesulitan atau kendala dalam belajar. Guru pintar harus mengambil peran sebagai pemberi semangat pada siswa supaya selalu kuat menghadapi tantangan yang ada di depan mata dan tidak mudah menyerah atau putus asa.

3.     Inspiratory

Guru tidak cukup hanya sekedar jadi panutan yang dapat diteladani segala tindak tanduknya. Guru pintar juga harus dapat menjadi insoirasi bagi siswa sehingga mereka senantiasa tergerak untuk berkarya, bersemangat dalam mecapai cita-cita dan juga berkontribusi positif di dalam masyarakat.

4.     Mentor

Sebagai mentor, guru pintar sepatutnya dapat mejadi rekan belajar para siswa. Guru pintar harus dapat memberikan arahan dan bimbingan kepada siswa. Bukannya bersikap otoriter dan selalu mendikte siswa untuk melakukan keinginannya.

5.     Pemantik imajinasi dan kreativitas siswa

Pada pedidikan 4.0, pembelajaran seharusnya tidak boleh kaku dan hanya berpusat pada guru. Guru pintar dituntut untuk dapat mendesain pembelajaran yang menyenangkan dan sekaligus kreatif.

6.     Pengembang nilai karakter dan kerja tim

Kolaborasi merupakan salah satu keterampilan abad 21 yang harus dikuasai siswa. Guru pintar harus melatih siswa untuk mampu berkolaborasi dengan orang lain dan juga menanamkan nilai-nilai karakter yang positif pada siswa.

7.     Empati social

Guru pintar juga harus bisa menunjukkan rasa empati pada tiap-tiap siswa. Hal ini merupakan salah satu hal yang tidak akan dapat dilakukan oleh mesin atau robot. Empati guru juga merupakan bentuk penghargaan terhadap sisi kemanusiaan tiap siswa.

Mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara sengaja dalam upaya memberikan kemungkinan bagi siswa melakukan proses belajar sesuai dengan rencana yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan pengajaran.


lanjutan bagian 7 Peran dan tanggung jawab guru

0 0

Guru yang ideal, bukan sekedar guru yang memenuhi syarat-syarat teknik: seperti pintar, pandai, atau pakar di bidang ilmu yang dimiliki; melainkan yang jauh lebih penting dari itu semua, guru harus bisa menempatkan dirinya sebagai agen perubahan “ agent of change”. Hal yang penting namun sering terlupakan dari seorang guru dalam mendidik siswanya adalah karakter. Berbohong adalah bibit korupsi, dan menyontek adalah perilaku korupsi kecil. Apakah seorang guru membiarkan siswanya mnyontek telah mendidik siswanya berperilaku jujur ? lihatlah, banyak siswa yang menyontek demi nilai dan tugas terpenuhi tanpa mengerti apa yang mereka kerjakan, berkata tidak sopan kepada guru dan temannya, membully, hingga berkelahi. Banyak guru yang tidak menerangkan, meremehkan siswanya, membiarkan siswanya tidak bisa dan masih banyak kasus lain yang dialami guru terhadap siswanya dan juga sebaliknya.

Untuk itu guru harus memiliki peran dan tanggung jawab secara pribadi yang mandiri, social, intelektual, moral dan spiritual.

1.     Tanggung jawab pribadi yang mandiri   yaitu mampu memahami dirinya, mengelola dirinya, mengendalikan dirinya dan menghargai serta mengembangkan dirinya.

2.     Tanggung jawab social diwujudkan melalui kompetensi guru dari lingkungan social serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif.

3.     Tanggung jawab intelektual ( professional ) diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk penunjang tugasnya.

4.     Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk agama yang berperilaku senantiasa tidak menyimpang dari norma agama dan moral.

 

Wijaya dkk ( 1994:9 ) mengatakan bahwa guru mempunyai tanggung jawab moral di mana setiap guru harus mempunyai kemampuan untuk menghayati perilaku serta etika yang sesuai dengan Pancasila sekaligus mengamalkannya. Tanggung jawab guru dalam bidang pendidikan di sekolah adalah harus menguasai cara pengajaran yang efektif di mana guru harus bisa menjadi model bagi murid, bisa memberi nasihat, menguasai teknik bimbingan serta layanan dan bisa membuat serta melaksanakan evaluasi yang lain.

 

Guru professional harus sadar bahwa anak-anak yang datang ke sekolah telah mempelajari pendidikan moral di rumah dari keluarga dan masyarakat. Ini bermakna anak-anak telah mempunyai sikap, kepercayaan dan tabiat tentang moral yang dipelajari mereka daripada berbagai sumber sebelum mereka ke sekolah. Latar belakang ini mewujudkan berbagai persoalan moral dari segi pengetahuan dan prinsip hidup anak-anak.

 

Guru juga harus sadar bahwa sekolah itu sendiri merupakan sumber pembelajaran moral secara tidak langsung. Suasana social di sekolah dan bagaimana guru-guru bertingkah laku akan memberikan pengaruh secara tidak langsung kepada pembelajaran moral anak-anak di sekolah. Guru dikehendaki megambangkan pengetahuan moral murid-murid ini dan membimbing mereka semasa pengajaran dilaksanakan. Pendidikan di sekolah digunakan untuk mengembangkan pengetahuan moral anak-anak kea rah mencapai kesuksesan kurikulum untuk melahirkan individu yang bermoral, beretika dan berakhlak tinggi.


lanjutan bagian 7 Peran dan tanggung jawab guru

0 0

Sementara itu, Sharon A. Lynch & Cynthia G Simpson menjelaskan bahwa tanggung jawab guru adalah harus mampu melatih para siswa dan dibiasakan memiliki sikap dan perilaku social yang baik, antara lain :

1.     Empati

Dalam hal ini, para siswa harus dibiasakan memahami kondisi siswa lainnya, sesame satu kelas, atau satu sekolah, yakni bisa memahami jiwanya dan bahkan kalau bisa mampu memposisikan teman-teman kelasnya atau teman sekolahnya itu menjadi bagian dari dirinya.

2.     Partisipasi

Dalam kegiatan kelompok, yakni para siswa harus dibiasakan untuk bisa berpartisipasi dalam berbagai kelompok, apakah kegiatan akademik, nonakademik atau kegiatan-kegiatan social yang diinisiasi oleh sekolah.

3.     Dermaawan

Para siswa dilatih untuk membiasakan diri berbagi dengan yang lainnya. Akan tetapi, beebagi dalam konteks membiasakan diri menjadi  orang dermawan, karena belum menjadi orang berada, tapi jiwa social mereka harus dilatih sejak dini, sehingga kelak bisa menjadi orang dermawan.

4.     Berkomunikasi

Berkomunikasi dengan teman sekelas dan teman sekolah, yakni para siswa harus dilatih untuk mau terbuka berkomunikasi dengan teman-teman kelas mereka. Jangan dibiarkan menjadi orang tertutup, introvert, atau tidak mau berteman dengan koleganya sendiri.

5.     Penyelesaian masalah

Para siswa harus dilatih memiiki keterampilan menyelesaikan masalah. Oleh sebab itu, para siswa harus diberi kesempatan melakukannya dalam konteks yang lebih nyata dengan cara belajar berbasis kasus.

Tugas dan tanggung jawab seorang guru diantaranya adalah menciptakan suasana atau iklim proses pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan semangat. Tugas seorang guru itu mencakup beberapa hal, yaitu sebagai berikut : guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan dan bidang kemasyarakatan. Tugas guru sebagi profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa.

Peter dikutip Sudjana ( 2002 : 15 ), menyebutkan tugas dan tanggung jawab guru yaitu :

a.       Guru sebagai pengajar

b.     Guru sebagai pembimbing

c.       Guru sebagai administrator.

Ketiga tugas guru di atas merupakan tugas pokok profesi guru. Dimana guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Sedangkan guru sebagai administrator kelas pada hakikatnya merupakan jalinan antara pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya.

 

 

Tanggung jawab guru menurut Hamalik ( 2004 : 127 )  yaitu sebagai berikut :

1.     Guru harus menuntut murid-murid belajar.

Tanggung jawab guru yang terpenting adalah merencanakan dan menuntut murid-murid melakukan kegiatan-kegiatan belajar guru mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan.


lanjutan bagian 7 Peran dan tanggung jawab guru

0 0

2.  Turut serta membina kurikulum sekolah.

Sesungguhnya guru merupakan seorang key person yang paling mengetahui tentang kebutuhan kurikulum yang sesuai dengan tingkat perkembangan murid.

3.     Melakukan pembinaan terhadap diri siswa ( kepribadian, watak dan jasmaniah )

Memompakan pengetahuan kepada murid kiranya bukan pekerjaan yang sukit. Tetapi membina siswa agar menjadi manusia berwatak ( berkarakter ) sudah pasti bukan pekerjaan yang mudah. Mngembangkan watak dan kepribadiannya, sehingga mereka memiliki kebiasaan, sikap, cita-cita, berpikir dan berbuat, berani dan bertanggung jawab, ramah dan mau bekerja sama, bertindak atas dasar nilai-nilai moral yang tinggi, semuanya menjadi tanggung jawab guru.

4.      Memberikan bimbingan kepada murid

Bimbingan kepada murid agar mereka mampu mengenal dirinya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mampu menghadapi kenyataan dan memiliki stamina emosional yang baik, sangat diperlukan.

5.      Melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan belajar

6.      Menyelenggarakan penelitian.

Sebagai seorang yang bergerak dalam bidang keilmuan ( scientist ) bidang pendidikan maka ia harus senantiasa memperbaiki cara bekerjanya.

7.      Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif.

Guru tidak mungkin melaksanakan pekerjaannya secara efektif, jikalau guru tidak mengenal masyarakat seutuhnya dan secara lengkap.

8.      Menghayati, mengamalkan, dan mengamankan Pancasila

Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa yang mendasari sendi-sendi hidup  dan kehidupan nasional, baik individu maupun masyarakat kecil sampai dengan kelompok social yang terbesar termasuk sekolah.

9.      Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan bangsa dan perdamaian dunia

Guru bertanggung jawab untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik. Pengertian yang baik adalah antara lain memiliki rasa persatuan dan kesatuan sebagai bangsa.

10      Turut menyukseskan pembangunan

Pembangunan adalah cara yang paling tepat guna membawa masyarakat ke arah kesejahteraan dan kemakmuran bangsa. Pembangunan itu meliputi pembangunan dalam bidang mental spiritual dan bidang materiil.

 

Tanggung jawab meningkatkan peranan professional guru. Bertolak dari tanggung jawab yang telah dikemukakan di atas maka dengan demikian guru sangat perlu meningkatkan peranan dan kemampuan profesionalnya. Tanpa adanya kecakapan yang maksimal yang dimiliki oleh guru maka kiranya sulit bagi guru tersebut mengemban dan melaksanakan tanggung jawabnya dengan cara yang sebaik-baiknya.

 

Wijaya dkk ( 1994 : 9 ) menyebutkan beberapa tanggung jawab yang memerlukan sejumlah kemampuan yang lebih khusus dari seorang guru yaitu :

1.     Tanggung jawab moral adalah setiap guru harus memiiki kemampuan menghayati perilaku dan etika yang sesuai dengan moral Pancasila dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2.     Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah adalah setiap guru harus menguasai cara belajar mengajar yang efektif, mampu membuat satuan pelajaran, mampu dan memahami kurikulum dengan baik, mampu mengajar di kelas, mampu menjadi model bagi siswa, mampu memberikan nasihat, menguasai teknik-teknik pemberian bimbingan dan layanan, mampu membuat dan melaksanakan evaluasi dan lain-lain.


lanjutan bagian 7 Peran dan tanggung jawab guru dan bagian 8 Pengertian belajar dan pembelajaran

0 0

3.     Tanggung jawab guru dalam bidang kemasyarakat adalah turut serta menyukseskan pembangunan dalam bidang kemasyarakatan, untuk itu guru harus mampu membimbing, mengabdi kepada dan melayani masyarakat.

4.     Tanggung jawab dalam bidang keilmuan yaitu guru selaku keilmuan bertanggung jawab dan turut serta memajukan ilmu terutama ilmu yang telah menjadi spesialisasinya dengan melaksanakan penelitian dan pengembangan

Tugas dan tanggung jawab guru tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Dia tidak terikat oleh keterbatasan jam dan kelas untuk mendidik. Karena proses belajar tidak hanya dilakukan di sekolah namun dibutuhkan di lingkungan untuk membentuk karakter dan kepribadian siswa, atau sekurang-kurangnya dapat membentuk landasan yang berarti untuk bekal siswa selanjutnya .

 

Bagian 8 Belajar dan Pembelajaran

 

a.       Belajar

Belajar merupakan perubahan yang relative permanen dalam perilaku, afektif dan psikomotor sebagai hasil dari pengalaman. Wina Sanjaya ( 2013 : 49 ) Belajar adalah proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif, baik perubahan dalam aspek pengetahuan, afektif maupun psikomotor.

Higard ( 2013 : 49 ) menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan di dalam laboratorium maupun lingkungan alamiah.

 

b.     Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses Gagne ( 2013 : 55 ) menyatakan bahwa instruction is a seat of event that effect in such a way that learning is a facilitated. Oleh karena itu, menurut Gagne mengajar atau teaching merupakan bagian dari pembelajaran ( instruction ), dimana peran guru lebih ditekan pad acara merancang atau mengaransemen berbagai sumber serta fasilitas yang tersedia untuk kemudian dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu.

 

Menurut Slavin belajar merupakan proses perolehan kemampuan yang berasal dari pengalaman. Menurut Cronbach memberikan definisi belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman.

 

Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan oleh pendidik agar proses perolehan ilmu dapat terjadi. Undang –undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa, guru dan sumber belajar pada satu lingkungan belajar. Sehubungan dengan hal tersebut, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang mengamanatkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan menantang dan memotivasi siswa untuk berperan secara aktif.

 

 Dari beberapa pengertian belajar tersebut di atas, kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya ( 1997 ) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku yaitu :

1.             Perubahan yang disadari dan disengaja ( intensional )

Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan.


lanjutan Bagian 8 Pengertian belajar dan pembelajaran dan Bagian 9 Empat Pilar Utama Pendidikan

0 0

2.       Perubahan yang berkesimabungan ( kontinyu )

Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya.

3.        Perubahan fungsional

Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang.

4.  Perubahan yang bersifat positif

Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normative dan menunjukkan kea rah kemajuan.

5.  Perubahan yangbersifat aktif

Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan.

6.    Perubahan yang bersifat permanen

Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya.

7.     Perubahan yang bertujuan dan terarah

Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang.

8.       Perubahan perilaku secara keseluruhan

Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya. Seorang guru menguasai “Teori-Teori Belajar.” Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam menerapkan “Teori-Teori Belajar”.

Benyamin  S. Bloom ( 1956 ) mengemukakan perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil belajar meliputi perubahan dalam kawasan ( domain ) kognitif, psikomotor, beserta tingkatan aspak-aspeknya.

1.     Cognitive Domain ( Kawasan kognitif )

Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek intelektual atau secara logis yang bisa diukur dengan pikiran atau nalar. Kawasan ii terdiri dari :

·         Pengetahuan ( Knowledge )

·         Pemahaman ( Comprehension )

·         Penerapan ( Aplication )

·         Penguraian ( Analysis )

·         Memadukan ( Synthesis )

·         Penilaian ( Evaluation )

2.     Affektive Domain ( Kawasan afektif )

Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Kawasan ini terdiri dari :

·         Penerimaan ( receiving/attending )

·         Sambutan ( responding )

·         Penilaian ( valuing )

·         Pengorganisasian ( organization )

·         Karakterisasi ( characterization )

3.     Psyhomotor Domain ( Kawasan psikomotor )

Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi system syaraf dan otot ( neuronmuscular system ) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari :

·         Kesiapan ( set )

·         Meniru ( imitation )

·         Membiasakan ( habitual )

·         Adaptasi ( adaption )


Pembelajaran memiliki ciri-ciri :

1.     Merupakan upaya sadar dan disengaja

2.     Pembelajaran harus membuat siswa belajar

3.     Tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan

4.     Pelaksanaannya terkendali, baik isinya waktu, proses maupun hasil.

 

Bagian 9 Empat Pilar Utama Pendidikan

Hakikat pendidikan sesungguhnya adalah belajar. Selanjutnya dikemukakan bahwa pendidikan bertumpu pada empat pilar, yaitu :

1.     Learning To Know

Adalah upaya memahami instrument-instrumen pengetahuan baik sebagai alat maupun sebagai tujuan, maksudnya sebagai alat, pengetahuan tersebut diharapkan akan memberikan kemampuan setiap orang untuk memahami berbagai aspek lingkungan agar mereka dapat hidup dengan harkat dan martabatnya, dalam rangka mengembangkan keterampilan kerja dan berkomunikasi dengan berbagai pihak yang diperlukan. Sedangkan sebagai tujuan, pengetahuan aka bermanfaat dalam rangka peningkatan pemahaman, pengetahuan, serta penemuan di dalam kehidupan.


lanjutan bagian 9 empat pilar utama pendidikan

0 0

2.     Learning To Do

Adalah lebih ditekankan pada bagaimana mengajarkan anak-anak untuk mempraktikkan segala sesuatu yamg telah dipelajarinya dan dapat mengadaptasikan pengetahuan-pengetahuan yang telah diperolehnya tersebut dengan pekerjaan-pekerjaan di masa depan. Sebagaimana juga pada pilar pertama, belajar menerapkan sesuatu yang telah diketahui juga harus dilakukan secara terus-menerus, karena proses perubahan juga akan berjalan tanpa hentinya.

3.     Learning To Live Together, Learning To Live With Others

Pada dasarnya maksud pilar ini adalah mengajarkan melatih dan membimbing peserta didik agar mereka dapat menciptakan hubungan melalui prasangka-prasangka buruk terhadap orang lain serta menjauhi dan menghindari terjadinya perselisihan dan konflik.

4.     Laerning To Be

Sebagaimana diungkapkan secara tegas oleh prinsip fundamental pendidikan hendaklah mampu memberikan kontribusi untuk perkembangan seutuhnya, setiap orang, jiwa dan raga, intelegensi, kepekaan, rasa etika, tanggung jawab pribadi dan nilai-nilai spiritual.

 

Keempat pilar pendidikan sebagaimana dipaparkan di atas, sekaligus merupakan misi da tanggung jawab yang harus di emban ( dipegang ) oleh pendidikan. Melalui kegiatan belajar mengetahui, belajar berbuat, belajar hidup bersama, dan belajar menjadi seseorang yang didasari keingnan secara sungguh-sungguh maka akan semakin luas wawasan seseorang tentang pengetahuan,  tentang nilai-nilai positif serta berbagai dinamika perubahan yang terjadi. Kesemuanya ini diharapkan menjadi modal fundamental bagi seseorang untuk mampu mengarahkan diri dalam berperilaku positif berpijak pada nilai-nilai yang dia yakini kebenarannya dan pada gilirannya akan semakin terbuka pikiran untuk melihat fakta-fakta yang benar dan salah.

 

Selain itu, pendidikan memiliki peranan ganda antara lain :

1.     Pendidikan berfungsi untuk membina kemanusiaan ( human be ing )

Hal ini menunjukkan arti bahwa pendidikan pada akhirnya untuk mengembangkan seluruh pribadi manusia, termasuk mempersiapkan manusia sebagai anggota masyarakatnya, warga negara yang baik dan rasa persatuan;

2.     Pendidikan berfungsi sebagai pengembangan sumber daya manusia ( human resources )

Artinya mengembangkan kemampuannya memasuki era kehidupan baru.

 

Sementara itu, hingga saat ini, pendidikan kita masih diperhadapkan dengan beberapa masalah pokok antara lain perluasan akses pendidikan, rendahnya kualitas dari daya saing pendidikan tersebut adalah melalui penerapan teknologi pembelajaran yaitu dengan mendayagunakan sumber-sumber belajar ( learning resources) yang dirancang, dimanfaatkan, dan dikelola untuk tujuan pembelajaran. Dengan demikian, aplikasi praktis teknologi pembelajaran dalam pemecahan masalah belajar mempunyai bentuk konkret dengan adanya sumber belajar yang menfasilitasi peserta didik untuk belajar.

 

Sumber belajar merupakan komponen system pembelajaran yang merupakan sumber-sumber belajar yang dirancang terlebih dahulu dalam proses desain atau pemilihan dan pemnafaatan serta dikombinasikan menjadi system pembelajaran yang lengkap untuk mewujudkan terlaksananya proses belajar yang bertujuan dan terkontrol. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut diperlukan adanya penguasaan teknologi pembelajaran dalam upaya merancang, mengembangkan, mengorganisasikan, dan memudahkan atau memfasilitasi seseorang untuk belajar.


Bagian 10 Pengertian Prestasi Belajar

0 0

Secara etimologis, prestasi berasal dari Bahasa Belanda, yaitu prestatie, yang berarti hasil dari usaha. Prestasi diperoleh dari usaha yang telah dilakukan. Prestasi dapat dicaapi dengan mengandalkan kemampuan intelektual, emosioanal, dan spiritual, serta ketahanan diri dalam menghadapi situasi di semua aspek kehidupan.

 

Dalam mencapai kesuksesan, semua orang akan menghadapi tantangan baik dari mereka sedniri ( seperti bakat, potensi, kecerdasan atau intelektual, minat, motivasi, kebiasaan, emosi, kesehatan  dan pengalaman pribadi) dan orang-orang dalam lingkungan  ( seperti tantangan dari keluarga, sekolah, masyarakat, sarana dan prasarana, fasilitas gizi, dan perumahan ).

Menurut Sumadi Suryabrata, Prestasi adalah nilai yang merupakan rumusan terakhir yang dapat diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau prestasi siswa selama peride tertentu.

 

Menurut Nana Sudjana dalam Muhammad Nurdin ( 2003:7 ) Prestasi adalah keberhasilan yang dicapai oleh seorang siswa setelah mengikuti program pengajaran dalam jumlah waktu tertentu sesuai dengan tujuan yang dimaksudkan.

 

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang dicapai, tinggi rendahnya satu nilai sebagai hasil yang dicaapi oleh seseorang.

 

Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa setiap pekerjaan menginginkan hasil, prestasi merupakan hasil maksimal yang dicapai dalam aktivitas, seperti kegiatan belajar juga menginginkan prestasi yang baik. Prestasi dapat mengangkat motivasi seseorang untuk terus berkarya, menghasilkan yang terbaik dalam kehidupannya, sehingga dengan berprestasi dalam kehidupan ini, seseorang memiliki rasa kepercayaan diri. Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar, memerlukan ukuran. Dengan mengukur hasil belajar seseorang dapat diketahui batas kemampuann, kesanggupan, pengetahuan, keterampilan, sikap atau nilai dalam rangka menyelesaikan suatu pelajaran.

 

Hasil yang dicapai tiap-tiap peserta didik belum tentu sama, karena keadaan, cara belajar serta setiap siswa memiliki sendiri tipe-tipe belajarnya. Seseorang peserta didik yang rajin dan tekun belajar, akan mendapat prestasi belajar yang baik.

 

Prestasi menunjukkan segala pekerjaan yang berhasil dan menunjukkan kecakapan manusia sehingga prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan nyata yang berupa kemampuan, kecakapan, atau nilai. Prestasi belajar sebagai kualitas dan pengetahuan yang dikuasai oleh peserta didik, sehingga seringnya seseorang berprestasi maka dapat dipahami, bahwa ia menguasai bidangnya dengan baik. Jadi peserta didik yang berprestasi adalah peserta didik yang menguasai bidang mata pelajaran dengan sempurna.

 

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai setelah melakukan kegiatan belajar, hasil tersebut merupakan kecakapan nyata yang dapat diukur langsung dengan menggunakan uji hasil belajar. Prestasi belajar diwujudkan dalam bentuk angka, ini dapat dilihat pada daftar nilai mata pelajaran, yang diperoleh oleh peserta didik setelah mengikuti ujian. Prestasi belajar merupakan salah satu kriteria untuk menilai kemajuan pendidikan, karena itu segala upaya diarakan agar pencapaian prestasi belajar dapat diraih secara maksimal oleh peserta didik.


lanjutan bagian 10 Pengertian Prestasi Belajar dan Bagian 11 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

0 0

Proses belajar di sekolah merupakan satu kesatuan yang tersusun dan teratur, terdiri dari unsur tujuan, materi, kegiatan pembelajaran, media dan juga unsur lain yakni peserta didik, pendidik, rangsangan dan evaluasi.

 

Penilaian prestasi belajar menjadi kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran di sekolah, dimaksudkan untuk mengetahui penguasaan materi pelajaran oleh peserta didik setelah mengikuti dan menyelesaikan program materi pembelajaran. Untuk mencapai prestasi belajar, maka peserta didik seharusnya tekun belajar, yang menunjukkan perubahan pola perilaku, makin banyak kemampuan yang diperoleh, sampai menjadi milik pribadi, maka makin banyak perubahan yang telah dialami.

 

Pada dasarnya kegiatan belajar di sekolah memerlukan perubahan dalam tiga bidang yaitu kognitif, afektif dan psikomotor, tingkat kedalaman perubahan sesuai dengan pelajaran yang diamati peserta didik.

 

Ada pun manfaat Prestasi bagi diri sendiri

1.     Sebagai cikal bakal masa depan

2.     Untuk mencapai cita-cita dan tujuan

3.     Untuk membuat orang tua bangga

4.     Sebagai motivasi diri dan orang lain

5.     Kita bisa menjadi positif jika ada peluang untuk dimanfaatkan

6.     Kita akan semakin kreatif, berani bekerja dan dapat membangun negara yang lebih progresif dan lebih cerdas lagi.

 

Tujuan prestasi adalah

1.     Bagi siswa, pencapaian ini bertujuan untuk mengukur kemajuan hasil belajar siswa. Sebagai aturan, itu diringkas, dalam bentuk laporan dan kemudian diberikan kepada orang tua.

2.     Untuk memposisikan siswa dalam situasi pengajaran yang disesuaikan dengan kemampuan, bakat, minat dan karakteristik mereka.

3.     Untuk mengetahui apakah siswa mengalami kesulitan belajar atau tidak.

Sikap yang mendukung individu dalam pencapaian prestasi, termasuk :

1.     Berorientasi pada masa depan dan cita-cita.

2.     Berani mengambil atau menghadapi resiko

3.     Berorintasi pada kesuksesan.

4.     Rasa tanggung jawab yang besar.

5.     Memiliki sikap kreatif dan inovatif, dan mampu mengelola waktu dengan baik.

6.     Terima dan gunakan kritik sebagai umpan balik.

Pentingnya kita memiliki prestasi diri yaitu

1.     Prestasi bisa menjadi indicator ( penanda ) kuantitas dan kualitas yang dicapai dari suatu kegiatan.

2.     Prestasi bisa menjadi pengalaman yang berharga dan informasi material untuk masa depan.

3.     Prestasi bisa menjadi kebanggaan bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakat.

4.     Prestasi bisa digunakan untuk mennetukan tingkat kecerdasan dan kemampuan seseorang atau kelompok.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dalam teori kognitif social ( social cognitive theory ) menurut Bandura yang dikutip dalam jurnal penelitian Yuzarion bahwa prestasi belajar didukung dari dua faktor utama yaitu

1.     Faktor Internal

Faktor perilaku ( factor internal ) adalah factor-faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik, factor internal ini digolongkan menjadi dua golongan. Pada factor ini harus ditinjau, sebab bisa terjadi yang melatar belakangi aktivitas belajar, keadaan tonus jasmani                              ( kesehatan fisik ) , karena jasmani yang segar dan kurang segar, lelah dan tidak lelah akan mempengaruhi situasi belajar yang ada hubungannya

Bagian 11 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

0 0

dengan hal ini terdapat dua                          hal yaitu :

Ø Cukupnya nutrisi karena kekurangan bahan makanan, ini akan mengakibatkan kekurangan kesehatan jasmani, akibatnya terdapat kelesuan, lekas mengantuk, lelah dan sebagainya.

Ø Adanya beberapa penyakit kronis umpamanya pilek, influenza, sakit gugu, batuk batuk hal lain sangat mengganggu belajar maka perlu mendapatkan perhatian serta pengobatan.

Disamping itu fungsi jasmani tertentu terutama fungsi-fungsi panca indra. Sebab panca indra itu merupakan pintu gerbang masuknya pegaruh ke dalam diri individu, orang dapat mengenal dunia sekitar dan semua belajar itu dengan mempergunakan panca indra

v Faktor psikologis

Faktor ini mempunyai andil besar terhadap proses berlangsungnya belajar seseorang, baik potensi, keadaan, maupun kemampuan yang digambarkan secara psikologis pada seorang anak selalu menjadi pertimbangan untuk menentukan hasil belajarnya. Factor psikologis yakni intelegensi, emosi dan motivasi. Keberhasilan anak mencapai prestai belajar juga sangat dipengaruhi oleh kemampuan kognitif, akan tetapi factor non-kognititf ( yaitu antara lain emosi dan motivasi ) juga tidak kalah pentingnya.

 

Anak yang memiliki intelegensi tinggi ( yang diukur dengan Intellegensi Quotient atau IQ ) akan lebih mudah merencanakan materi yang diajarkan. Dengan demikian biasanya juga lebih tinggi prestasi belajarnya. Namun, EQ ( Emotional                Intellegence ), juga mempengaruhi prestasi belajar anak. EQ itu sendiri ialah suatu ukuran yang menunjukkan pada kualitas memahami perasaannya sendiri dan kemampuan ikut mengalami penghayatan perasaan orang lain ( empati ).

 

Keseimbangan antara intelegensi intelektual dan intelegensi emosional diperlukan antara lain berkonsentrasi terhadap materi pelajaran yang dihadapinya, mengatasi stress atau kecemasan dalam persoalan tertentu. Semua ini terkait juga dengan motivasi internal yaitu kecenderungan seseorang anak untuk secara internal berprakarsa secara terarah, atau memiliki dorongan untuk maju ( need for achievement ). Motivasi ini bersumber dari keyakinan kemampuannya untuk memperoleh sukses dalam upaya mencapai sasaran yang dicanangkannya. Hal ini berdampak pada upaya mewujudkan prestasi belajar, mengaktualisasikan potensinya seoptimal mungkin.

 

1.     Factor eksternal

Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yaitu :

a)     Lingkungan Keluarga

Suasana keluarga sangat berpengaruh terhadap prestasi anak dalam hal ini adalah peran orang tua dalam menciptakan suasana yang harmonis sehat, saling menyayangi serta bergotong royong akan membuat anak merasa aman dan nyaman tinggal di rumah. Di samping menciptakan suasana keluarga, motivasi dari orang tua pun sangat membantu semangat belajar anak. Bentuk motivasi itu antara lain :

1.     Menjadi pendamping dalam belajar

2.     Menghargai segala bentuk usaha yang dilakukan anak

3.     Tidak terlalu menuntut kesempurnaan

4.     Menjadi teman setia bagi anak

5.     Pemenuhan fasilitas belajar

 

b)     Lingkungan Sekolah

Kondisi lingkungan sekolah yang dirasa tidak menyenangkan akan berpengaruh pada penurunan semangat belajar.

lanjutan Bagian 11 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar bagian 12 Pengertian Anak dan Tingkat Perkembangan Anak

0 0

Dalam hal ini peran guru dalam menciptakan suasana belajar agar menyenangkan haruslah diciptakan. Tugas guru bukan hanya menyampaikan pelajaran semata, akan tetapi juga bertugas untuk membentuk watak dan kepribadian anak. Untuk melaksanakan tugas ini guru dituntut untuk dapat mendorong minat belajar anak.

 

Dari pernyataan diatas dapat disimpilkan bahwa ada dua factor yang mempengaruhi dalam prestasi belajar siswa yaitu factor internal dan factor eksternal. Factor internal adalah factor yang datangnya dari dalam diri siswa. Factor tersebut antara lain factor fisiologis ( kesehatan dan keadaan tubuh ). Kemudian factor psikologis ( intelegensi, emosi dan motivasi ) termasuk didalamnya minat dan bakat. Sedangkan factor eksternal adalah factor yang datang dari luar diri siswa. Factor tersebut antara lain lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Semua factor tersebut haruslah terpenuhi dan harus berkontribusi sinergi satu sama lain karena keseluruhannya dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

 

Bagian 12 Pengertian Anak dan Tingkat Perkembangan Anak

1.     Pemgertian Anak

Secara umum anak ( jamak : anak-anak ) adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa dalam tahap kelahiran atau belum mengalami pubertas. Apabila dimaknai dari sisi hukum bahwa anak umumnya mengacu pada umur, atau dikenal sebagai orang yang lebih muda dari pada usia mayoritas.

 

Perspektif anak juga dapat menggambarkan hubungan dengan orang tua seperti putra dan putri dari segala usia.

Menurut Saefullah anak adalah setiap orang yang umurnya berada di bawah 18 tahun, termasuk anak yang ada di dalam kandungan. Sementara menurut UNICEF mendefinisikan anak sebagai penduduk yang usianya kisaran 0 – 18 tahun. Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak menyebutkan bahwa anak adalah mereka yang belum menginjak usia 21 tahun dan belum menikah. Berdasarkan Kamus Besar Bahas Indonesia yang dimaksud dengan anak secara etimologis anak diartikan sebagai manusia yang masih kecil atau belum dewasa. R. A Kosnan berpendapat mengenai pengertian anak menurutnya anak-anak adalah manusia muda, muda dalam umur, muda dalam jiwa. Dalam bukunya A Muri Yusuf berpendapat bahwa anak adalah manusia kecil yang sedang tumbuh dan berkembang baik fisik maupun mental.

 

2.     Tingkat Perkembangan Anak

Ada banyak masalah social yang mempengaruhi perkembangan anak-anak setiap hari seperti pendidikan anak-anak, bullying, kemiskinan anak, keluarga disfungsional, pekerja anak, kelaparan, dan tunawisma anak. Anak-anak dapat dibesarkan oleh orang tua, ibu, bapak, wali atau sebagian dibesarkan di pusat penitipan anak tanpa menghilangkan hak mereka.

 

Menurut Damaiyanti karakteristik anak sesuai dengan tingkat perkembangan :

a.       Usia Bayi ( 0 -1 Tahun )

Pada masa bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan kata-kata.

lanjutan bagian 12 Pengertian Anak dan Tingkat Perkembangan Anak

0 0

Dalam hal ini peran guru dalam menciptakan suasana belajar agar menyenangkan haruslah diciptakan. Tugas guru bukan hanya menyampaikan pelajaran semata, akan tetapi juga bertugas untuk membentuk watak dan kepribadian anak. Untuk melaksanakan tugas ini guru dituntut untuk dapat mendorong minat belajar anak.

 

Dari pernyataan diatas dapat disimpilkan bahwa ada dua factor yang mempengaruhi dalam prestasi belajar siswa yaitu factor internal dan factor eksternal. Factor internal adalah factor yang datangnya dari dalam diri siswa. Factor tersebut antara lain factor fisiologis ( kesehatan dan keadaan tubuh ). Kemudian factor psikologis ( intelegensi, emosi dan motivasi ) termasuk didalamnya minat dan bakat. Sedangkan factor eksternal adalah factor yang datang dari luar diri siswa. Factor tersebut antara lain lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Semua factor tersebut haruslah terpenuhi dan harus berkontribusi sinergi satu sama lain karena keseluruhannya dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

 

Bagian 12 Pengertian Anak dan Tingkat Perkembangan Anak

1.     Pemgertian Anak

Secara umum anak ( jamak : anak-anak ) adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa dalam tahap kelahiran atau belum mengalami pubertas. Apabila dimaknai dari sisi hukum bahwa anak umumnya mengacu pada umur, atau dikenal sebagai orang yang lebih muda dari pada usia mayoritas.

 

Perspektif anak juga dapat menggambarkan hubungan dengan orang tua seperti putra dan putri dari segala usia.

Menurut Saefullah anak adalah setiap orang yang umurnya berada di bawah 18 tahun, termasuk anak yang ada di dalam kandungan. Sementara menurut UNICEF mendefinisikan anak sebagai penduduk yang usianya kisaran 0 – 18 tahun. Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak menyebutkan bahwa anak adalah mereka yang belum menginjak usia 21 tahun dan belum menikah. Berdasarkan Kamus Besar Bahas Indonesia yang dimaksud dengan anak secara etimologis anak diartikan sebagai manusia yang masih kecil atau belum dewasa. R. A Kosnan berpendapat mengenai pengertian anak menurutnya anak-anak adalah manusia muda, muda dalam umur, muda dalam jiwa. Dalam bukunya A Muri Yusuf berpendapat bahwa anak adalah manusia kecil yang sedang tumbuh dan berkembang baik fisik maupun mental.

 

2.     Tingkat Perkembangan Anak

Ada banyak masalah social yang mempengaruhi perkembangan anak-anak setiap hari seperti pendidikan anak-anak, bullying, kemiskinan anak, keluarga disfungsional, pekerja anak, kelaparan, dan tunawisma anak. Anak-anak dapat dibesarkan oleh orang tua, ibu, bapak, wali atau sebagian dibesarkan di pusat penitipan anak tanpa menghilangkan hak mereka.

 

Menurut Damaiyanti karakteristik anak sesuai dengan tingkat perkembangan :

a.       Usia Bayi ( 0 -1 Tahun )

Pada masa bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan kata-kata.

lanjutan bagian 12 tingkat perkembangan anak

0 0

Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi banyak dengan menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada saat lapar, haus, basah dan perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekresikan perasaannya dengan menangis. Walaupun demikian, sebenarnya bayi dapat merespon terhadap perilaku orang dewasa yang berkomunikasi dengannya secara non verbal, misalnya dengan memberikan sentuhan, dekapan, dan mengendong dan berbicara lemah lembut. Ada beberapa respon non verbal yang biasa ditunjukkan bayi misalnya menggerakkan badan, tangan, dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi kurang dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang. Oleh karena itu, perhatian saat berkomunikasi dengannya. Jangan langsung menggendong atau memangkunya karena bayi akan merasa takut. Lakukan komunikasi terlebih dahulu dengan ibunya. Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan baik dengan ibunya.

b.    Usia Pra Sekolah ( 2 – 5 Tahun )

Karakteristik anak pada masa ini terutama anak dibawah 3 tahun adalah sangat egosentris. Selain itu, anak juga mempunyai perasaan  takut pada ketidaktahuan sehingga anak perlu diberitahu tentang apa yang akan terjadi padanya. Misalnya, pada saat akan diukur suhu, anak akan merasa melihat alat yang akan ditempelkan ke tubuhnya. Oleh karena itu, jelaskan bagaimana akan merasakannya. Beri kesempatan padanya untuk memegang thermometer sampai ia yakin bahwa alat tersebut tidak berbahaya untuknya.

 

Dari hal Bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Hal ini disebabkan karena anak belum mampu berkata-kata 900-1200 kata. Oleh karena itu, saat menjelaskan, gunakan kata-kata yang sederhana, singkat dan gunakan istilah yang dikenalnya. Berkomunikasi dengan anak melalui objek transisional seperti boneka. Berbicata dengan orangtua bila anak-anak malu-malu. Beri kesempatan pada yang lebih besar untuk berbicara tanpa keberadaan orangtua. Satu hal yang akan mendorong anak untuk meningkatkan kemampuan dalam komunikasi adalah dengan memberikan pujian atas apa yang telah dicapai.

c. Usia Sekolah ( 6 – 12 Tahun )

Anak-anak usia ini sudah sangat peka terhadap rangsangan yang dirasakan mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan anak usia ini harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti anak dan berikan contoh yang jelas sesuai dengan kemampuan kognitif anak. Anak usia sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang dewasa. Perbendaharaan kata yang dimiliki anak sudah banyak, sekitar 3000 kata dikuasai dan anak sudah mampu berpikir secara konkret dengan melihat langsung.

 d.      Usia Remaja ( 13 – 18 Tahun )

Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir masa anak-anak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola pikir dan tingkah laku anak merupakan peralihan dari anak-anak menuju orang dewasa. Anak harus diberi kesempatan untuk belajar memecahkan masalah sendiri dan  secara positif dengan diberikan masukan dan pengarahan. Apabila anak merasa cemas atau stress, jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebaya atau orang dewasa yang ia percayai. Menghargai keberadaan identitas diri dan harga diri merupakan hal yang prinsip dalam berkomunikasi. Luangkan waktu bersama dan tunjukkan ekspresi wajah bahagia. Maka dari itu perlu terjalin komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak.


lanjutan bagian 12 tingkat perkembangan anak

0 0

Menurut Very Well Family, dimulai sejak usia bayi, anak memiliki fase tumbuh kembang yang kian pesat. Perkembangannya pun memerlukan stimulasi tepat dari lingkungan sekitar. Dengan demikian diharapkan nantinya anak mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahapnya.

 

Tahap perkembangan anak sesuai usia antara lain :

1.     Perkembangan anak usia 1-4 tahun

Pada usia hingga 4 tahun, perkembangan anak lebih pesat secara fisik, emosional, dan kognitif. Keterampilan motorik yang berkembang pesat membuat anak di usia ini lebih senang berlari mengeksplorasi lingkungan sekitarnya, termasukbermain di dalam dan di luar rumah.

Saat keterampilan Bahasa anak semakin bertambah, anak usia balita juga sudah mampu mengkomunikasikan keinginan dan kebutuhannya.

 

Strategi pengasuhan

Melindungi anak di mana saja menjadi hal penting yang perlu diterapkan orang tua di tahap ini. Sebab anak usia balita sangat aktif, sehingga mereka mampu cepat berlari, memanjat meja/kursi, menaiki tangga, atau mencoba melakukan hal-hal yang dapat menimbulkan bahaya lainnya.

Anak balita cenderung penasaran dan suka menjelajah. Jadi, jangan lupa berikan perhatian besar pada anak.

Pastikan juga anak mendapatkan cukup nutrisi dan sitirahat yang cukup untuk menunjang tumbuh kembang.

 

2.     Perkembangan anak usia 5-6 tahun

Memasuki usia 5-6 tahun, perkembangan anak di tahap sosial dan emosional akan berkembang pesat. Anak belajar memahami karakteristik teman sebaya dan lingkungannya.

Dalam masa ini, wajar jika anak masih butuh arahan dalam mengendalikan emosinya. Termasuk saat bermain bersama teman-temannya.

Berikan dukungan jika anak cenderung cemas saat berpisah dengan orang tua, misalnya saat pergi ke sekolah untuk kali pertama. Hindari memarahi anak karena ini justru membuatnya semakin tidak mau  bersosialisasi.

 

Strategi pengasuhan

Seiring dengan perkembangannya yang bertambah banyak, pola makan dan kebiasaan tidur anak juga akan berubah. Perkenalkan dengan prinsip keteraturan agar anak mampu disiplin menjalani aktivitasnya.

 

3.     Perkembangan anak usia 7-12 tahun

Ketika masuk dunia sekolah, perkembangan anak akan semakin bertambah banyak. Selain itu,  anak juga mulai memiliki persahabatan, minat dan hobi baru.

Tapi seiring berjalannya waktu, anak usia sekolah juga akan semakin kritis. Perlawanan mungkin akan mulai dirasakan oleh orang tua ketika meminta anak melakukan sesuatu, misalnya mengerjakan pekerjaan rumah atau membersihkan kamar.

 

Strategi pengasuhan

Menjaga  kesehatan anak di usia sekolah bisa menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua. Kemandirian yang mulai tumbuh membuat anak cenderung bersikeras untuk enggan menerapkan pola hidup sehat, terutama berkaitan dengan jam tidur atau konsumsi makanan bergizi.

Namun, ini merupakan saat yang tepat untuk mengajari anak pentingnya merawat tubuh sendiri sejak dini. Jika anak mulai menunjukkan minat dalam perawatan kebersihan diri, berikan pujian dan dukungan.

 

4.     Perkembangan anak usia 13-15 tahun

Memasuki tahapan praremaja, perkembangan anak di usia ini semakin matang. Sebagian anak praremaja mulai memasuki masa pubertas dan citra tubuh mungkin akan menjadi masalah utama.

Dibandingkan dengan anak laki-laki, anak perempuan umumnya mengalami pubertas lebih dulu. Efeknya, pertumbuhannya pun akan menjadi lebih pesat.

 

Strategi pengasuhan

Teknologi merupakan aspek penting dari kehidupan anak praremaja. Jadi, pastikan orang tua menetapkan aturan yang jelas berkaitan dengan pemakaian smartphone atau saat menggunakan internet.

Agar perkembangan anak praremaja dapat optimal, biasakan penerapan pola hidup sehat dengan tidur malam sekitar 7-9 jam. Berikan juga makanan bergizi dan biasakan anak olahraga teratur.

 

5.     Perkembanan anak usia 16 tahun ke atas

Ketika anak mulai beranjak remaja, pertumbuhan fisiknya akan menjadi lambat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Dari segi kedewasaan emosional, anak usia remaja seharusnya sudah memiliki control yang lebih baik. Ini merupakan hal wajar sebab tanggung jawabnya juga sudah bertambah.

 

Strategi pengasuhan

Meskipun anak remaja mungkin sudah memiliki cukup banyak keterampilan, ada kemungkinan besar keterampilan sosial dan emosionalnya masih memerlukan penyesuaian. Ini saat yang tepat untuk mengajari anak remaja strategi pemecahan masalah yang efektif.


Bagian 13 Bentuk-bentuk kolaborasi antara sekolah dan orang tua dalam meningkatkan prestasi belajar anak

0 0

Proses belajar mengajar akan berhasil dengan baik  serta mencapai tujuan pembelajaran apabila ada kolaborasi antar orangtua dan sekolah. Dengan demikian diharapkan akan berdampak pada peningkatan prestasi anak. Untuk itu perlu sekali adanya berbagai usaha kegiatan kolaborasi antara sekolah dan orang tua secara terprogram dan terencana.

Ki Hajar Dewantara menyebutkan bahwa, ada tiga pusat pendidikan yaitu Rumah Tangga                        ( keluarga ), Sekolah dan Masyarakat. Ketiganya saling terkait antara satu dengan lain dan saling melengkapi. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Redja Mudyaharjo, yaitu pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dana tau pelatihan. Yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan secara tepat dalam berbagai lingkungan hidup.

Kolaborasi sekolah dan orang tua sangat menentukan keberhasilan siswa. Melalui kolaborasi ini antara sekolah dan orang tua saling bantu membantu serta saling pengertian antara guru dan orang tua siswa demi keuntungan anak didik, dimana masing-masing membawa pengaruh. Hal ini dapat diwujudkan dengan saling mengerti dan bantu membantu antara keduanya untuk meningkatkan prestasi belajar anak.

Saling membantu, saling pengertian antara guru dan orang tua sangat diperlukan. Bahwa guru dan orang tua kolaborasinya sangat bermanfaat dalam meningkatkan prestasi belajar anak. Untuk menciptakan hal tersebut, guru dan orang tua harus berusaha menempuh langkah-langkah apa yang harus dilakukan sehingga kolaborasi ini dapat terjalin dengan baik antara kedua belah pihak yang berhubungan orang tua siswa maupun guru dengan lingkungan masyarakat.

Dalam usaha meningkatkan prestasi belajar anak, guru hendaknya bekerjasama dengan pihak keluarga yaitu orang tua merupakan pihak pertama yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya. Adapun bentuk kolaborasi yang dilakukan sekolah dan orang tua sebagai berikut :

1.     Mengadakan pertemuan dengan orang tua pada hari penerimaan murid baru

Setiap  tahun sekolah selalu mengadakan pendaftaran untuk menerima murid baru. Nah, kesempatan ini dapat digunakan oleh kepala sekolah dan guru-guru untuk mengadakan pertemuan dengan para orang tua murid. Selain waktu untuk pendaftaran, yang dapat juga dipakai untuk menanyakan segala sesuatu tentang anak-anaknya oleh kepala sekolah, lebih baik pula jika pada hari pertama masuk sekolah para orang tua diminta datang untuk mengadakan pertemuan dengan guru-guru.

2.     Mengadakan surat menyurat antara sekolah dan orang tua

Surat menyurat itu perlu diadakan, terutama pada waktu-waktu yang sangat diperlukan bagi perbaikan pendidikan anak-anak. Seperti surat peringatan dari guru kepada orang tua jika anaknya perlu lebih giat, sering membolos, dan lain-lain.

 

 

3.     Adanya daftar nilai atau rapor

Daftar nilai atau rapor yang dibagikan setiap semester kepada murid-murid pun dapat dipakai sebagai penghubung antara sekolah dan orang tua murid. Sekolah dapat memberi surat peringatan atau meminta bantuan orang tua yang hasil rapor anaknya kurang baik, atau sebaliknya jika anaknya mempunyai keistimewaan dalam suatu mata pelajaran, agar dapat lebih giat mengembangkan bakatnya.

 


lanjutan bagian Bagian 13 Bentuk-bentuk kolaborasi antara sekolah dan orang tua dalam meningkatkan prestasi belajar anak

0 0

4. Kunjungan guru ke rumah orang tua murid atau sebaliknya kunjungan orang tua ke sekolah

Hal ini lebih menguntungkan dari pada hanya mengadakan surat menyurat saja. Tentu saja kunjungan guru ke rumah orang tua murid itu dilakukan bilaman diperlukan. Misalnya, untuk membicarakan kesulitan-kesulitan yan dialami di sekolah terhadap anak-anaknya atau mengunjungi murid yang sembuh dari sakitnya untuk sekedar memberikan hiburan. Umumnya, orang tua murid akan merasa bahwa anaknya itu sungguh-sungguh diperhatikan. Bagi anak itu sendiri lebih merasa segan dan hormat kepada gurunya yang telah mengenal keluarganya atau orang tuanya.

 

5.    Mengadakan perayaan, pesta sekolah atau pameran-pameran hasil karya murid-murid di sekolah dan dihadiri oleh seluruh orang tua murid

Pada umumnya tiap akhir tahun pelajaran, tiap-tiap sekolah mengadakan ulang tahun atau perayaan kenaikan kelas, juga perpisahan dengan anak-anak yang meninggalkan sekolah itu karena sudah lulus/tamat. Dengan perayaan-perayaan tersebut, yang dikunjungi oleh orang tua murid, sekolah dapat mempertunjukkan kepandaian-kepandaian dan kecakapan-kecakapan, seperti tari-tarian, olahraga, nyanyi-nyanyian, dan perlombaab menggambar. Orang tua tentunya akan sangat bergembira atas undangan mengunjungi perayaan-perayaan semacam itu. Karena dengan demikian orang tua dapat menyaksikan sendiri bagaimana kecakapan anak-anaknya dan dapat mengetahui sedikit usaha-usaha dan kemuajuan sekolah tempat anaknya belajar.

 

6.     Mendirikan perkumpulan atau pertemuan orang tua murid dan guru ( POMG )

Jika perkumpulan semacam ini sudah dapat diusahakan, segala usaha yang telah diuraikan diatas akan mudah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Adanya pertemuan orang tua murid dan guru ( POMG ) dapat membantu kelancaran jalannya pengajaran di sekolah itu. Berbagai masalah pengajaran, seperti pengumpulan uang untuk memperindah sekolah, untuk menambah ruangan baru, melengkapi kekurangan alat-alat pengajaran, mengadakan perpustakaan sekolah, mengadakan pesta sekolah, mengadakan karyawisata, dan lain-lain dapat diusahakan dengan mudah, semuanya dapat bantuan dan pemufakatan dengan pengurus POMG.

Menurut Profesor Joyce L Epstein Ph.D., Direktur Pusat Kerjasama dan Jaringan Nasional Masyarakat, Keluarga, dan Sekolah Universitas Johns Hopkins, Amerika Serikat, dalam bukunya “ School, Family, and Comumunity Partnerships : Your Handbool for Action “ menyebutkan ada enam tipe ketrelibatan keluarga atau masyarakat dalam pendidikan di sekolah untuk meningkatkan keberhasilan siswa di sekolah. Enam tipe pelibatan itu adalah :

a.     Parenting atau Kelas Orang tua

Parenting merupakan kegiatan mengumpulkan orang tua dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang tumbuh kembang anak hingga dewasa. Hal ini sangat penting agar para orang tua siswa dapat memberikan bantuan yang tepat bagi percepatan tumbuh kembang anak sesuai dengan usianya masing-masing. Kegiatan parenting ini bisa berupa diskusi, ceramah, seminar dan lain-lain. Kegiatan yang menghadirkan narasumber yang kompeten, seperti psikolog, atau pendidik.


lanjutan bagian 13 Bentuk-bentuk kolaborasi antara sekolah dan orang tua dalam meningkatkan prestasi belajar anak

0 0

b.     Dialog

Kegiatan dialog ini adalah upaya yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan komunikasi dua arah dengan para orang tua siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan program-program sekolah dala meningkatkan hasil belajar dan karakter siswa serta prestasi yang sudah dicapai oleh sekolah dan siswa. Contoh kegiatan ini misalnya sekolah melakukan komunikasi secara teratur, sistematis dan terencana. Dalam kegiatan ini, juga terbuka peluang dialog melalui sarana teknologi, seperti telepon, SMS atau media social.

c.       Aktivitas sukarela

Kegiatan ini berupa pelibatan pihak di luar sekolah dalam mendukung aktivitas sekolah dengan pelaksanaan dilakukan orang tua. Contoh kegiatan seperti Usaha Kesehatan Sekolah ( UKS ) dengan memanfaatkan puskesmas dan dokternya. Tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan kompetensi siswa.

d.     Belajar di rumah

Kegiatan ini berupa informasi tentang apa dan bagaimana orang tua membantu anak menciptakan kebiasaan belajar dan budaya belajar yang baik saat di rumah secara terjadwal.

e.       Ikut terlibat keputusan penting

Orang tua siswa diberikan peluang untuk terlibat dalam proses pembuatan keputusan di sekolah yang berkaitan dengan program sekolah. Pelibatan orang tua siswa dalam pengambilan keputusan ini menjadi sangat strategis dan bermakna Karen mereka merasa dilibatkan dan pada gilirannya mereka merasa memiliki sekolah. Hal ini akan mendorong mereka ikut bertanggung jawab dalam melaksanakan keputusan bersama tersebut.

f.       Kerjasama dengan masyarakat

Kegiatan kolaborasi ini berupa kerjasama antara sekolah, kelompok masyarakat, organisasi-organisasi, serta kerjasama dengan masyarakat dan atau tokoh masyarakat secara individual.

Adapun bentuk lain kegiatan yang dilakukan sekolah dengan menfasilitasi setiap kali pertemuan guru dan orang tua, didatangkan pembicara yang merupakan ahli dalam pedidikan. Pengetahuan Orang tua siswa dalam mendidik anak  akan bertambah.Pendidikan pada siswa akan membuahkan hasil lebih baik.

Karena itu, guru dan orang tua sebenarnya sama-sama mempunyai kewajiban menyukseskan belajar anak. Untuk itu, baik guru maupun orang tua harus sama-sama aktif dalam mempererat kolaborasi diantara keduanya. Jika kolaborasi ini dapat terjalin dengan baik, maka sedikit-sedikit pendidikan di Indonesia akan semakin memiliki kualitas yang baik dan tujuan pembelajaran yang telah direncanakan oleh guru dapat tercapai dengan optimal.

Untuk mendapatkan hubungan yang baik antara pihak sekolah dalam hal ini guru dengan orang tua murid maka perlu membangun hubungan yang positif diantara keduanya. Cara membangun hubungan yang positif antara orang tua dengan guru antara lain :

1.     Menumbuhkan sikap saling percaya antara guru-guru dan orang tua.

2.     Mengutarakan tujuan bersama tentang minat baik dari seorang anak

3.     Menciptakan sarana untuk berkomunikasi secara terbuka

4.     Menjelaskan sebuah sikap kerjasama dalam pemecahan masalah ketimbang saling menyalahkan.

 

Beberapa hasil penelitian dari prasekolah hingga SLTA menunjukkan bahwa sekolah bekerja sama dengan keluarga ( Orang tua ) untuk mensupport belajar anak, mereka cenderung dapat sukses di sekolah dan masa depannya. Dengan kata lain, keterlibatan orang tua dalam kegiatan beljaar anak merupakan predictor yang akurat bagi performa anak di sekolah daripada factor status social ekonomi.


Bagian 14 Cara Membangun Kolaborasi Sekolah dan Orang Tua dalam meningkatkan Prestasi Anak

0 0

 Menurut James Comer menemukan bahwa melibatkan orang tua melibatkan orang tua di sekolah dengan 3 cara yaitu :

a.       Dalam pengambilan keputusan, penentuan program, dan kebijakan sekolah

b.     Berpartisipasi, bekerjadi kelas dengan upah atau sukarelawan sebagai asisten dalam kegiatan pembelajaran

c.       Partbership atau kemitraan, menyediakan bimbingan di rumah guna mensupport belejar mereka dan mengembangkan pencapaian tujuan sekolah

Kepercayaan orang tua kepada sekolah dapat diatasi dan para siswa merasa dapat terpenuhi kebutuhannya dengan tiga cara di atas.

Para orang tua juga dapat terlibat di sekolah dan kegiatan pendidikan ketika mereka menyampaikan ususlan. Mereka bisa memilih orang menjadi wakilnya yang akan terlibat dalam mengurusi sekolahdi daerahnya dalam merumuskan tujuan sekolah, fasilitas, pendanaan, sumber daya manusia, standar kompetensi siswa, dan system evaluasi. Walaupun interaksi ini tidak langsung, namun beroengaruh bagi kegiatan pendidikan di sekolah. Interaksi langsung terjadi ketika orang tua dating ke sekolah anak mereka untuk menemui guru dan karyawan.

Guna membangun kemitraan dan memberdayakan orang tua, sekolah dapat memberikan tutorial, tugas monitoring, dan workshop yang sesuai bagi orang tua untuk memberikan materi kepada mereka tentang bagaimana membantu mereka memahami tentang anak-anak mereka yang prestasinya rendah. Program ini menunjukkan bahwa sekolah peduli terhadap orang tua dan keberhasilan anak-anak mereka. Menurut Mulyasa, beberapa hal yang dapat dilakukan sekolah dalam rangka mengambangkan kemitraan dengan orang tua antara lain :

a.       Melibatkan orang tua secara professional dalam mengembangkan perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi program sekolah.

b.     Menjalin komunikasi secara intensif dan proakttif. Untuk maksud tersebut, sekolah dapat melakukan hal-hal berikut :

1.     Mengucapkan selamat dating dan bergabung dengan sekolah, dan komite sekolah bagi orang tua peserta didik baru. Lakukan perkenalan dan orientasi singkat tentang sekolah dan berbagai kegiatannya.

2.     Mengadakan rapat secara rutin dengan orang tua, sehingga rapat dapat efektif dan mereka saling mengenal.

3.     Mengirimkan berit tentang sekolah secara periodic, sehingga orang tua mengetahui sekolah, program dan perkembangannya.

4.     Membagikan daftar tenaga kependidikan secara lengkap termasuk alamat da nomor telepon dan tugas pokok, sehingga orang tua dapat berhubungan langsung dengan mereka jika diperlukan.

5.     Mengundang orang tua dalam rangka mengembangkan kreativitas dan prestasi peserta didik.

6.     Mengadakan kunjungan ke rumah untuk memecahkan masalah dan mengembangkan pribadi peserta didik

7.     Mengadakan pembagian tugas dan tanggung jawab antara sekolah dengan orang tua dalam pembinaan peserta didik

8.     Melibatkan orang tua dalam berbagai program dan kegiatan di sekolah yang bersifat social kemasyarakatan, seperti bakti social, perpisahan, peringatan hari-hari besar, pentas seni. Pelibatan orang tua ini disesuaikan dengan hobi, kemampuan, dan pekerjaan mereka dengan program kegiatan yang akan dilakukan di sekolah.

9.     Melibatkan orang tua dalam mengambil berbagai keputusan, agar mereka ikut merasa bertanggung jawab untuk melaksanakaannya.

10. Mendorong guru untuk memberdayakan orang tua sebagai sumber belajar dan menunjang keberhasilan belajar peserta didik.


lanjutan bagian 14 Cara Membangun Kolaborasi Sekolah dan Orang Tua dalam Meningkatkan Prestasi Anak

0 0

Namun terkadang tidak semua orang tua tertarik terlibat dalam urusan sekolah anak. Beberapa diantaranya karena tidak suka anak dan menghindari untuk berkomunikasi dengan gurunya. Beberapa orang tua merasa bahwa jika dipanggil ke sekolah kalua ada masalah dengan anak di sekolah. Sebagian lainnya sibuk dengan urusan kerja dan karir, mereka telah kelelahan bekerja, atu bisa jadi diantara mereka tidak dapat berbahasa dengan baik dan merasa kurang nyaman untuk berbincang dengan guru.

Dalam mengembangkan kolaborasi antara sekolah dengan orang tua, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam mendorong partisipasi orang tua di sekolah, yaitu :

1.     Seluruh staf sekolah bekerja sama membangun hubungan yang positif dengan orang tua berdasarkan kesamaan tanggung jawab.

2.     Para pegawai atau pejabat, guru harus mengenal kapasitas korang tua dan mampu memberikan penghargaan kepada peran mereka dalam mensupport pertumbuhan dan perkembangan seluruh anggota keluarga.

3.     Seluruh staf sekolah memahami bahwa orang tua merupaka sumber daya yang penting untuk terlibat dalam mendesain, mnegimplementasikan, dan mengevaluasi program-program sekolah.

4.     Pihak sekolah dan masyarakatnya bersama-sama memahami bahwa keberhasilan pelibatan orang tua dan dorongan terhadap program sekolah harus memperkokoh dan memperkuat kultur keluarga, ras, dan identitas kebahasaan dan mempertinggi kemampuan mereka dalam kehidupan masyarakat multicultural.

5.     Pihak sekolah harus bisa memainkan peran mereka dalam masyarakat, di mana program sekolah harus menyatu dengan masyarakat dan memberi kontribusi bagi proses pembangunan masyarakat.

6.     Sekolah berbasis atau sekolah disokong oleh inisiatif orang tua didesain agar senantiasa berpihak kepada orang tua dalam melayani dan menciptakan system yang fair, responsive, akuntabel bagi orang tua dan para pelajar.

7.     Pihak sekolah bekerja sama dengan keluarga dalam memobilisasi sumber-sumber formal dan informal guna mendorong perkembangan keluarga.

8.     Pihak sekolah harus bisa menjamin bahwa prinsip-prinsip yang mendorong orang tua ini harus di dukung oleh seluruh staf dalam interaksi setiap hari dengan orang tua dalam mendesain seluruh kegiatan dan wilayah kebijakan harus didasarkan dan didukung oleh orang tua.

Beberapa prinsip yang dapat dikembangkan dalam menjamin kemitraan antara sekolah, orang tua dan masyarakat di atas, dilakukan dengan cara bekerja secara bertahap antara guru dan karyawan melalui workshop dan identifikasi kebutuhan yang diperlukan untuk melakukan perubahan. Pemberdayaan guru dalam mendesain kurikulum dan proses pengambilan keputusan, termasuk di dalamnya pengalokasian anggaran. Selain itu, kepemimpinan yang kuat di sekolah dengan menekankan nilai-nilai kebersamaan juga perlu untuk diciptakan.

Keberhasilan pendidikan anak tidak hanya ditentukan oleh proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah maupun lengkapnya sumber daya fisik maupun sumber daya manusia, namun juga ditentukan oleh kondisi atau lingkungan keluarga maupun masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.


Bagian 15 Usaha-usaha yang dilakukan antara orang tua dengan guru dalam meningkat prestasi belajar anak dan Upaya- upaya untuk meningkatkan prestasi belajar

0 0

A.   Usaha-usaha yang dilakukan antara orang tua dengan guru dalam meningkat prestasi belajar anak

1.     Usaha – usaha orang tua siswa

a.       Orang tua sebagai pendorong anak untuk belajar

Orang tua dalam mendidik anak dapat memberikan suatu day dari belakang                                    ( pengaruh ) sambal mengikuti arah perkembangannya, anak-anak boleh dibiarkan berkembang atau bekerja sendiri menurut kemampuannya, tetapi harus ada pengawasan dari orang tua, misalnya dalam belajar dilingkungannya, menemukan sendiri atau menciptakan sendiri, kebebasan yang menentukan sikapnya sendiri di lain pihak orang tua harus berusaha supaya anak-anak dapat berpikir baik dengan cara memberikan suatu kesempatan untuk mengeluarkan suatu pendapatnya sendiri yang perlu dihargai orang. Dalam hal ini bukan anak dapat berbuat atau bertindak sebebas-bebasnya, tapi haru dilandasi dengan batas-batas dan tidak mengarah kepada perbuatan yang negative. Oleh karena itu, sikap semacam ini sebagai rumusan kewajiban orang tua sebagai pimpinan keluarga untuk berdiri di belakang. Dalm arti orang tua mengamati tentang perkembangan anak di rumah, agar senantiasa mengarah kepada saling bekerja sama.

b.     Orang tua harus membantu anak dalam belajar

Belajar adalah salah satu kegiatan yang harus dilaksanakan oleh setiap anak, baik di rumah maupun di sekolah, karena belajar merupakan faktir terpenting dalam mencapai prestasi.

Orang tua harus menyuruh anak untuk belajar, sekaligus membantunya agar anak lebih cepat berkembang sehingga dapat memperoleh hasil yang ingin dicapai, dengan ada bantuan semacam ini berarti orang tua telah membantu sekolah dalam menunjang tujuan pendidikan, dengan kata lain orang tua dapat membantu guru dalam proses belajar anak.

2.     Usaha-usaha guru

Sekolah adalah tempat kedua bagi anak untuk memperoleh pendidikan setelah rumah tangga. Di rumah orang tua yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak, di sekolah adalah guru yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan anak dalam belajar.

Guru memiliki peranan yang penting dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Oleh karena itu, guru bukan saja penyaji bahan pelajaran, tetapi juga harus juga mempunyai kepribadian yang baik. Semua siswa akan senang kepada guru yang baik yang mampu memanfaatkan segala potensi, ramah tamah dan kesdiaannya melayani siswa dengan penuh kasih sayang. Inilah hal – hal yang dibutuhkan siswa dalam belajar.

 

B.     Upaya-upaya untuk meningkatkan prestasi belajar

Upaya – upaya untuk meningkatkan prestasi belajar, strategi dan informasi tentang cara-cara belajar yang baik dan efektif terlebih dahuku harus dikuasai, atau paling tidak dipahami. Karen atidak dapat dipungkiri, banyak anak yang gagal atau tidak mendapatkan hasil belajar yang baik. Karena sebagaian besar tidak mengetahui cara belajar yang efektif. Beberapa petunjuk tentang cara belajar yang baik dan efektif antara lain :

1.     Keadaan jasmani yang sehat.

2.     Keadaan emosional atau pikiran ketika hendak belajar harus dalam keadaan konsentrasi dan lingkungan social yang baik dalam keluarga maupun sekitarnya.

3.     Keadaan lingkungan belajar hendaknya tenang, jauh dari hiruk pikuk lalu lintas dan industry lainnya.

4.     Memulai belajar dengan memotivasi diri sendiri untuk belajar tepat waktu.

5.     Memupuk sikap optimis untuk bisa bersaing niscaya prestasi akan meningkat dan memuaskan.

6.     Belajar keras tidak merusak yang artinya menggunakan waktu tidur untuk belajar, mengurangi waktu istirahat akhirnya akan merusak badan.


Mungkin saja kamu suka

Yoharisna
Mengejar Hani
Jifaziyah
NAVISHA
Lafi Tauchida
Rumah Besar Dua Pilar
Eka Chandra Okt...
You Broke My Mental, Dad

Home

Baca Yuk

Tulis

Beli Yuk

Profil