Catatan Perawat Magel
Sinopsis
Tags :
#SarapanKata #KMOIndonesia #KMOBatch44 #kelompok19 #Day3 #JumlaKata522 @NurAzizatuzZahra @AniMayani @UlilAnwar
#SarapanKata
#KMOIndonesia
#KMOBatch44
#Kelompok19
#GangsterAksara
#Day3
#JumlahKata522
Judul: Catatan Perawat Magel
Penulis: Tri Mulyani
Pj: Nur Azizatuz Zahra
Ketua Kelas: Ulil Anwar
Neng Jaga: Ani Mayani
Seperti yang dialami Kamila seorang perempuan muda yang punya cita-cita menjadi polisi atau tentara. Kamila tinggal disebuah desa dibawah gunung slamet. Sejak kecil ia tumbuh menjadi anak yang aktif, ceria dan ramah. Ia juga anak yang patuh pada kedua orangtuanya, meski sejak kecil ia lebih banyak tinggal bersama neneknya, karena adiknya yang masih bayi sering sakit-sakitan, namun ia tetap dekat dengan orangtuanya.
Terutama dengan ayahnya ia sangat dekat, benar kata pepatah bahwa ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuan. Kemanapun ayahnya pergi ia sering ikut atau diajak pergi. Seperti menggembala kambing dan kerbau, tak jarang ia sampai tertidur diatas punuk kerbau karena kecapaian. Sambil menggembala ia bermain layangan bersama ayahnya. Kadang juga bermain air disungai yang jernih.
Kamila tumbuh di lingkungan yang cukup baik, keluarganya harmonis, tetangganya baik, dan suasana desanya yang sejuk dan damai membuat orang yang datang merasa nyaman. Meski begitu ternyata ia mengalami masa-masa yang membuatnya kecewa, sedih dan akhirnya harus memilih jalan hidup yang sudah ditentukan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Sejak SD ia selalu bisa mendapat ranking 3 besar dikelasnya, namun ketika lulus SD dia kecewa karena mendapatkan ranking 3 sehingga tidak bisa melanjutkan ke SMP N 1 yang menjadi favorit diwilayahnya saat itu. Dan yang lebih mengecewakan temannya yang ranking satu dan dua tidak melanjutkan sekolah. “aah... Kenapa nilainya ngga buat aku saja? Dengan nilainya aku bisa masuk SMPN 1” begitu pikirnya. Begitulah awal kekecewaan yang dirasakan Kamila, yang akhirnya ia masuk ke SMPN 2 di wilayahnya.
Meski tidak masuk SMP favorit namun Kamila tetap bersemangat untuk belajar bersama teman-teman barunya. Ia memang mudah bergaul jadi mudah mendapatkan teman baru. Selama belajar di SMP ia tidak menonjol dalam pelajaran, karena banyak saingan dari berbagai desa di wilayah kecamatannya. Ia hanya menonjol dari keaktifannya, karena keceriaannya dan keramahannya.
Setiap anak mempunyai keistimewaan atau kecerdasannya masing-masing. Ini yang sering tidak dipahami oleh kebanyakan orangtua. Mereka hanya berfokus pada nilai akademiknya saja, orngtua sering menuntut kepada anak-anaknya agar menjadi juara, menjadi bintang kelas, dan selalu mendapat ranking 1 dikelasnya. Padahal anak-anak punya kecerdasan yang berbeda. Ada anak yang memiliki kecerdasan IQ, ada juga yang memiliki kecerdasan dari sisi EQnya. Orangtua tidak bisa memaksakan anaknya menjadi seperti anak yang lain. Seorang anak tidak bisa memilih saat dia dilahirkan mau menjadi pintar apa bodoh, menjadi bintang kelas ataupun juara. Mereka hanya menerima pilihan yang sudah ditentukan oleh sang pencipta yang maha sempurna. Dialah Alloh yang memberikan kita kekurangan namun diimbangi dengan kelebihan yang tidak dimiliki orang lain.
Kembali pada Kamila, ia tak bisa memilih kehidupan seperti orang lain. Dia tetap bahagia menjalani kehidupannya yang enjoy walaupun dengan keterbatasan materi maupun sarana hidup.
Lulus SMP Kamila mulai bimbang apakah akan melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi yaitu SMA atau tidak. Ia melihat kondisi perekonomian orangtuanya yang pas pasan rasanya sulit untuk dia melanjutkan sekolah ke SMA atau SMK. Namun orangtuanya yang mendukung ia untuk melanjutkan sekolah, masalah biaya sekolah itu urusan orangtua. “Tugas kamu hanya belajar, tidak usah memikirkan soal biaya” begitu kata orangtuanya, sehingga Kamila mencoba mendaftarkan diri di SMA N yang baru satu tahun berdiri. Dengan pemikiran karena sekolah baru mungkin biayanya tak semahal sekolah favorit yang sudah berdiri lama.