The Perfect of Imperfections
Sinopsis
Tags :
#nonfiksi #motivasi #religi #inspirasi #theperfectofimperfection #ketidaksempurnaan
KMO CLUB BATCH 50
KELOMPOK 4
DAY1
455 KATA
Mahakuasa
Allah yang telah menciptakan segenap makhluk dengan segala kekurangan dan
kelemahannya. Manusia memang paling sempurna di antara ribuan makhluk
ciptaan-Nya. Sebab, manusia telah diberi banyak komponen yang tidak Allah
berikan pada ciptaan lainnya. Manusia diberi akal, yang dengannya ia mampu
berpikir. Jika kita mampu menggunakan anugerah Allah berikan ini dengan baik,
maka kita akan menjadi pribadi yang luar biasa.
Meski begitu, untuk mencapai kesempurnaan bukanlah hal yang mudah. Mengapa? Sebab, pada hakikatnya kesempurnaan adalah milik Allah. Karunia yang telah Allah berikan pun begitu luas dan tidak pernah ada habisnya. Dari sekian banyaknya ilmu pengetahuan di dunia, mustahil bagi seorang manusia untuk menguasai semuanya.
Dengan merelakan ketidaksempurnaan diri kita sebagai makhluk, maka kita akan menjalani hidup dengan penuh rasa syukur dan semangat. Kita tidak perlu terbebani oleh sesuatu yang memang diciptakan bukan untuk kapasitas kita. Yang terpenting kita melaksanakan apa yang ada di hadapan dengan niat pengabdian kepada-Nya. Allah hanya memerintahkan kita untuk terus berbuat baik. Bukan memerintahkan kita untuk menjadi pribadi yang sempurna serta menghapus seluruh kekurangan kita.
Memang, terkadang melihat dari kacamata bahwa hidup seseorang yang dikenal itu lebih baik dari kehidupan kita. Dari segi keuangan, karier, prestasi, paras, atau keharmonisan serta kerukunan dalam keluarga. Namun, itu hanya perspektif dari sudut pandang kita. Padahal belum tentu bahwa hidupnya bahagia. Itu mungkin hanya mereka mampu menutupi kekurangannya dari khalayak.
Yang terpenting bagi kita adalah bagaimana cara menutupi lubang yang berasal dari kekurangan dengan sebuah atau beberapa kelebihan yang kita punya. Perlu diketahui bahwa setiap kita yang memiliki kelebihan, pasti ada kekurangan. Begitu pun sebaliknya, setiap kekurangan akan selalu memiliki nilai plusnya.
Kita semua penuh kekurangan, entah masih saja melakukan maksiat, kurang dalam ketaatan, bahkan kadang bermudah-mudahan meninggalkan kewajiban yang telah diperintahkan-Nya. Allah memerintahkan kita untuk muhasabah diri;
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Hasyr : 18-19)
Kita boleh sesekali kecewa kepada diri sendiri atas ketidaksempurnaan. Namun, jangan terlalu lama larut dalam kesedihan, menunduk tanpa petunjuk. Lihatlah dari segala arah, sehingga tidak hanya menemukan kerikil dan duri tajam penghalang langkah yang membuat kita merasa tidak sempurna. Namun, ada juga pemandangan indah nan menakjubkan.
Sesekali amatilah mereka yang datang, apa pun itu. Lalu raba dan rasa kepada semua yang mencoba mangetuk. Baik itu dengan sapa atau bahasa tubuh. Tentu saja, tidak akan kita temui yang sempurna. Sebab, sempurna letaknya bukanlah pada dunia yang fana, apalagi pada manusia. Bukan. Yang utama tanamkan rasa syukur pada diri atas kemampuan apa pun yang dimiliki dari pemberian Allah azza wajalla ini.
KMO CLUB BATCH 50
KELOMPOK 4
DAY 2
JUMLAH KATA 513
Bulan lalu ada seorang teman yang chat kalau dia baru saja mencoba bunuh diri.
"Teteh, saya baru aja sengaja minum baygon. Tapi saya langsung sadar dan cepat-cepat minum air putih, takut kenapa-kenapa."
Saya pun menyampaikan kalimat sederhana kepadanya. Bagi sebagian orang mungkin kalimat saya itu terkesan klise dan mudah diucap oleh orang yang tak menghadapi masalah sebesar masalah yang ditanggung teman saya ini. Saya pun merasa demikian.
Saya menyampaikan bahwa Allah tak pernah membebani hamba-Nya dengan ujian yang jauh lebih hebat dari kadar kekuatan sang hamba.
Pikiran bodoh bisa melintas pada jiwa siapa pun yang sedang dilanda beban hidup yang menurutnya terasa sulit. Kerap kali kita mudah terseret ke dalam kekhawatiran. Ketika menghadapi masalah yang menghimpit, perasaan kita mudah menjadi kalut dan menduga hal-hal negatif yang akan menimpa selanjutnya. Namun yakinlah, tak ada seorang pun yang tak punya masalah.
Kita hidup selalu diikuti berbagai ujian. Ada yang mudah, ada yang sulit. Ada yang tetap merasa tenang, ada pula yang begitu mengkhawatirkan. Setiap porsi yang Allah berikan sudah pasti pas dan terakar kemampuan tiap-tiap hamba-Nya. Tak mungkin Allah memberikan ujian melebihi batas kemampuan hamba-Nya. Sebab, Allah tahu kita mampu, maka Allah menghendakinya.
Beberapa kisah menampar hati ini, bahwa tak semua yang dilihat itu menyenangkan dari luar. Beberapa sedang tergopoh untuk menyelesaikan masalah. Yang membuat salut, masih banyak dari jutaan manusia yang menerima ujian memilih untuk menerima takdir-Nya dengan ikhlas dan sabar.
Seperti Zhang Da, bocah kecil yang kisah hidupnya menginspirasi sekitar 1,4 miliyar penduduk Cina pada tahun 2006. Saat itu Zhang Da mendapatkan penghargaan dari pemerintah Cina pada 27 Januari 2006 dengan katagori “Melakukan Perbuatan Luar Biasa”.
Zhang Da hidup di hutan kecil bersama ayahnya yang mengalami lumpuh dan sakit bertahun-tahun. Ibunya pergi meninggalkan mereka karena tidak tahan dengan penderitaan hidup keluarga kecilnya. Akhirnya, Zhang Da yang saat itu masih berusia 10 tahun, sekolah dan bekerja keras menghidupi diri dan ayahnya.
Setiap hari ia pergi ke sekolah melewati hutan kecil yang jaraknya cukup jauh. Di perjalanan ia memakan tumbuhan liar apa pun yang ia temui di hutan seperti buah-buahan dan jamur. Setelah pulang sekolah, ia bergabung dengan para kuli untuk memecah batu. Lalu uang yang diperoleh ia pakai untuk membeli obat sang ayah dan kebutuhan pangan.
Karena jarak rumah sakit cukup jauh dari rumahnya, ia pun belajar dari perawat cara menyuntik ayahnya. Akhirnya ia nekat melakukan itu hingga mampu membeli obat sendiri dan menyuntik ayahnya selama lima tahun. Zhang Da sering menggendong ayahnya ke luar rumah untuk berjemur pada pagi hari, menyeka, dan memijat bagian tumbuh ayahnya yang terasa sakit. Tanggung jawab membersihkan rumah, mencari uang tambahan untuk kebutuhan hidup, bahkan untuk biaya sekolah ia tanggung seorang diri. Semua itu ia lakukan tanpa berkeluh kesah.
Lantas bagaimana dengan kita yang memiliki usia lebih tua dari usianya yang masih kanak-kanak saat itu? Di saat kita sudah puas menikmati masa kanak-kanak dengan bermain ceria tanpa beban penderitaan, justru Zhang Da harus merelakan melepas usia kanak-kanaknya dengan penuh tanggungan. Ia rela menjadi dewasa atas keadaan yang ditanggungnya. Secara ekonomi dan kehidupan bocah kecil itu memang tidak sempurna. Namun, ia memiliki hati yang begitu luar biasa sebagai manusia.
KMO CLUB BATCH 50
KELOMPOK 4
DAY 3
468 KATA
Beberapa orang memang merasa sulit, tetapi sebagian lagi merasa pasti bisa, kok. Insyaallah. Kita hidup di bumi Allah yang sudah pasti Allah akan memberikan semua yang ada di bumi ini untuk siapa pun yang dikehendaki. Barangkali kita menjadi salah satunya.
Jadi jangan pesimis atau khawatir nanti bagaimana, terus yakin dengan Allah. Dia tak akan membiarkan hamba-Nya yang senantiasa bersujud untuk terus menderita dan selalu dalam situasi yang buruk. Jangan sampai kita memilih jalan pintas seperti bunuh diri untuk menyelesaikan masalah. Meskipun terkadang bisikan setan lebih kuat dibanding akal sehat kita.
Rasulullah bersabda yang artinya, "Barang siapa yang melempar dirinya dari gunung untuk membunuh dirinya, maka dia berada di dalam neraka jahannam. Dilempar di dalamnya kekal selamanya. Dan barang siapa meneguk racun untuk membunuh dirinya, maka di dalam neraka jahannam meletakkan racun di tangannya, dia meneguknya selamanya di neraka. Dan barang siapa membunuh dirinya dengan besi, maka besi tersebut di tangannya, dia menusuk dengan besi tersebut perutnya di neraka jahannam kekal selamanya." (HR. Bukhari & Muslim)
Ada kisah dari seorang teman yang lain. Ia adalah seorang dosen dan hidup dalam berkecukupan materi. Ia sudah menikah dua belas tahun lalu, tetapi lama tidak dikaruniai anak. Berbagai ikhtiar telah dilakukan untuk mendapatkan karunia berupa keturunan. Alhamdulillah tahun lalu Allah mengabulkan doa-doa panjang pasangan ini. Namun, baru beberapa hari lalu Allah mencabut kembali nikmat karunia yang baru saja diberikan kepada mereka. Allah menjadikan putri kecil mereka yang baru menghirup angin dunia menjadikannya bidadari surga. Innalillahiwainnailaihirojiun.
Begitu sayangnya Allah kepada sepasang suami istri ini. Begitu sayangnya Allah kepada anak mereka dengan menjadikannya sebagai bidadari surga. Bagaimana jika kita berada di posisi mereka berdua? Sedih? Pasti. Namun, mereka ikhlas menerima setiap takdir yang Allah tetapkan untuknya. Mereka yakin bahwa ini yang terbaik untuknya tanpa menghakimi-Nya dengan keterpurukan berkepanjangan.
Semua orang pasti akan meninggal, cepat atau lambat. Yang terpenting bukan waktunya, tetapi bagaimana kita meninggal dunia. Akankah kita meninggalkan dunia ini dengan senyum bahagia karena telah berbuat baik. Ataukah kita meninggal dunia dengan tangisan getir, karena tak bisa memanfaatkan umur yang dikaruniakan oleh Allah dengan baik.
Memang tak semua berjalan sesuai rencana. Namun yakinlah, bahwa apa yang menjadi takdir kita saat ini, itulah yang terbaik dari Allah. Jangan katakan Allah tak adil. Allah Mahaadil pada seluruh makhluk-Nya, hanya saja kita tak paham bahwa terkadang Allah memberi beragam masalah untuk menguatkan kita. Kita tak paham bahwa terkadang Allah memberikan ‘ulat’ bukan ‘kupu-kupu’. Setiap keadaan dapat dijadikan Allah sebagai jalan untuk mendatangkan kebaikan pada diri manusia.
Maka hadapilah ujian hidup dengan tegar. Sebab, Allah telah mengukur bobot kita terhadap masalah yang diberikan kepada kita. Jangan putus asa, menyerah, down, ikuti alurnya, tawakallah, dan husnuzan. Jadikan masalah sebagai sarana untuk bermuhasabah agar diri terus-menerus berbenah. Ada hal lain yang sedang dirancang sebegitu indah oleh Allah. Because Allah is the best planner and know everything. Jangan sia-siakan pahala sabar.
KMO CLUB BATCH 50
KELOMPOK 4
DAY 4
501 KATA
Setelah
beberapa hari, teman saya ini kembali lagi dan bercerita tentang hal yang sama.
"Maaf, ya, saya bukan buka aib. Saya percaya aja sama kamu. Saya cuma butuh teman curhat, pusing kalau mendem." Satu pesan dari aplikasi berlogo hijau.
Pernah, tak, seseorang atau bahkan beberapa orang datang ke kamu cuma untuk sekadar curhat? Bagaimana perasaanmu? Senang hati menerima curhatannya dengan menanggapi atau justru merasa terganggu?
Kalau saya pribadi merasa senang. Dengan begitu, saya merasa dipercaya. Yah, walaupun kadang bingung harus jawab apa untuk menenangkan hatinya selain satu kata yang keluar dari lisan atau ketikan, yaitu "SABAR". Sebab, tak bisa dipungkiri bahwa tempat curhat terbaik yang dimiliki seorang muslim adalah Allah. Setidaknya, saya sudah berusaha untuk menjadi pendengar yang baik dan bisa menjadi ruang tempat mereka berkeluh kesah meskipun tak selalu bisa menenangkan hatinya.
Sebaik-baik pendengar memang Allah, tetapi terkadang kita butuh seseorang yang bisa dipercaya untuk berbagi keluh kesah. Meskipun curhat ke manusia, mereka cuma bisa bilang, "Yaudah, sabar aja." Namun, bila curhat melalui doa, yakinlah bahwa Dia akan mengijabah.
Orang yang menjadikan Allah tempat curhat terbaik, serta bersabar dan tak menceritakan masalah atau musibahnya pada orang lain, akan mendapatkan keutamaan yang besar. Allah berfirman dalam hadis qudsi,
“Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, “Jika Aku (Allah) memberikan cobaan (musibah) kepada hamba-Ku yang beriman sedang ia tak mengeluh kepada orang yang mengunjunginya, maka Aku akan melepaskannya dari tahanan-Ku (penyakit) kemudian Aku gantikan dengan daging yang lebih baik dari dagingnya juga dengan darah yang lebih baik dari darahnya. Kemudian dia memulai amalnya (bagaikan bayi yang baru lahir).” (HR. Al-Hakim)
Namun, boleh saja seseorang menceritakan musibahnya kepada orang lain secara mutlak, asalkan ia menceritakan dalam keadaan tegar, memuji dan bersyukur kepada Allah serta dengan tujuan musyawarah dan untuk mencari solusi dari musibah yang sedang ia hadapi.
Sebenarnya tak semua orang yang curhat itu butuh pencerahan atau solusi atas apa yang menjadi bebannya. Terkadang mereka hanya butuh didengar demi melegakan hatinya. Seolah dengan curhat, apa yang menjadi masalahnya bisa dikeluarkan dan disalurkan tanpa harus si pendengar menjadi pemikul bebannya.
Saya pun sama. Saya tipe orang yang diam di mulut dan berisik di otak. Bukan juga tipe orang yang mudah curhat sana-sini. Kadang saya butuh teman yang bisa diajak berbagi cerita, dan tak semua orang bisa jadi teman curhat. Seperti yang saya alami beberapa bulan lalu. Allah menegur dengan ujian yang begitu dahsyat, tetapi tak ada seorang pun yang saya beri tahu, bahkan keluarga. Hanya Dia dan satu orang yang belum pernah bertemu yang diberi tahu sebelum akhirnya keluarga pun saya beri tahu.
Dengan berat hati, saya curhat dengan dia, karena saya ingin meminta bantuannya. Sebab, kebetulan dia seseorang yang paham dalam pengetahuan tentang apa yang menjadi beban saya saat itu. Namun, dia menolak dan menawarkan bantuan lain yang lebih ringan. Saya pikir, dia tak mau membantu. Ternyata saya salah dan baru sadar. Alhamdulillah dengan dia tak menolong, dia telah menjadi perantara Allah untuk menyelamatkan saya. Saya pun meminta untuk tak membukanya kepada siapa pun.
Begitulah manusia, terkadang merasa kurang puas curhat dengan sang pemberi masalah.
KMO CLUB BATCH 50
KELOMPOK 4
DAY 5
433 KATA
Dua setengah tahun lalu, seorang teman dari Singapur rutin mengirim dua belas foto isi buku (12 halaman) setiap hari untuk saya yang sengaja dia beli di Bandung. Tak menghabiskan waktu sepuluh menit, semua tulisan dalam foto itu saya baca. Lumayan perih juga mata ini menatap layar dalam waktu tersebut.
“Ok, enjoy!” ucapnya setelah saya membalas semua foto itu dengan say thank you.
Lalu, ada satu halaman tertera quote yang membuat saya membalas pesannya lagi.
Ever tried, ever failed, no matter. Try again, fail again, fail better (Pernah mencoba, pernah gagal, tak masalah. Coba lagi, gagal lagi, gagal lebih baik).
“I like this quote,” saya membalasnya kembali.
Setiap kita, pasti pernah merasakan kegagalan. It’s ok, gagal itu hal yang lumrah. Walaupun terkadang satu dua kegagalan membuat kita down dari beberapa kegagalan lainnya. Nobody’s perfect and if you think they are, you’re sadly mistaken.
Begitu juga dengan saya, pernah merasakannya. Saya dulu sempat terbang, lalu jatuh karena tersandung dan akhirnya terpuruk sendiri. Terkadang bingung, mengapa saya begitu mudah terjatuh, terperosok ke dalam kubangan yang saya gali sendiri? Dasar, manusia makhluk yang mudah rapuh. Jiwa meronta-ronta, tetapi tubuh terlalu rapuh untuk bangkit.
Lalu seolah Allah menarik, menuntun, dan membawa saya pergi ke tempat yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Tempat yang mengajarkan banyak hal dan membuat saya mengerti apa artinya hidup. Tempat yang mengajarkan artinya bersyukur. Juga tempat yang menyadarkan apa artinya kebersamaan.
Perlahan jiwa saya terbentuk. Penyerahan diriku berbuah manis, saya tak lagi tertarik menunjukkan diri, tak lagi ingin menampakkan kemampuan. Apa gunanya, hidup dipuja tetapi tak nyata? Yang saya tahu, hidup saya sekarang hanya ingin dengan-Nya.
Saya bukan siapa-siapa, hanya serpihan jiwa yang sempat hancur dan berusaha bangkit. Apa pun yang hancur pasti tak akan pernah sama. Namun, Allah akan menuntun dan memoles retak-retak dari serpihan itu bukan menjadi pertanda luka, tetapi menjadi seni yang indah, bahwa hidup memang harus belajar, walaupun mengalami jatuh terlebih dulu.
Kegagalan umumnya menyakitkan. Tidak sedikit orang yang dirundung wajah murung berkepanjangan karena kegagalan yang dialaminya. Kondisi yang bahkan membuat banyak orang akhirnya putus asa dan menyerah.
Kegagalan ini bisa terjadi dalam bidang pendidikan, pekerjaan, bisnis, pencapaian target, perjuangan merengkuh cita-cita, keluarga, atau dalam memperjuangkan untuk mewujudkan rencana. Kalau ditanya rasanya seperti apa, pasti ada perih dan sedih yang dialami.
Sebagai manusia, mengalami masalah seperti gagal itu hal yang wajar. Yang terpenting adalah tidak boleh berlama-lama terlalu larut dalam keterpurukan. Kita harus bergerak, bertindak, dan memulai langkah positif ke arah yang lebih baik. Ketahuilah bahwa semua itu bukan akhir dari segalanya. Allah tahu kita mampu, itu sebabnya kita diuji. Allah menyayangi, maka itu Dia mengajak kita bicara, bagaimanapun bentuk pembicaraan-Nya.
KMO CLUB BATCH 50
KELOMPOK 4
DAY 6
557 KATA
Seperti Konosuke Matsushita, pendiri Panasonic Corporation asal Jepang yang kisah bangkrutnya telah mendunia. Meskipun beliau hidup dengan bertemankan penyakit, ia tetap berusaha keras menjalani hidupnya. Pada tahun 1917, beliau menciptakan perusahaan elektronik setelah tujuh tahun sebelumnya ia bekerja di perusahaan Osaka Electric Light Company. Beliau dibantu oleh istrinya beserta tiga karyawan.
Kebanyakan pedagang menolak produk baru steker listrik tersebut. Namun, beliau berusaha mengatakan bahwa itu adalah produk yang inovatif dan terus menjajakan sampel ke pedagang, tetapi tidak berhasil karena tidak menawarkan lebih dari satu pilihan produk. Lalu perusahaannya mengalami bangkrut.
Di tahun-tahun awal perusahaan itu sulit. Beliau pernah menggadaikan pakaian kimono istrinya saat ia kekurangan uang. Namun, pada akhirnya ada pelanggan tidak terduga yang memesan seribu set pelat isolator untuk kipas angin listrik. Dari sana, Matsushita memiliki penghasilan untuk terus memproduksi soket listriknya yang ringan.
Matsushita berusaha memperluas bisnisnya, hingga pada tahun 1922, perusahaannya memperkenalkan produk setiap bulannya. Hingga kini, seperti yang kita tahu bahwa brand Panasonic ini merupakan perusahaan besar, yang ternyata dirintis dengan adanya kegagalan dan penuh perjuangan.
Betapa banyak orang yang di masa lalunya suram, bahkan serba kekurangan. Namun, pada akhirnya dia bangkit menjadi manusia yang berprestasi dan berkontribusi untuk negara bahkan dunia.
Banyak sekali orang yang dengan masa lalunya penuh keterbatasan. Namun, keterbatasan itu tidak membuatnya takut untuk bermimpi dan bercita-cita hebat. Dia percaya bahwa masa depan tidak ditentukan oleh masa lalunya yang buruk. Dia lebih percaya bahwa perubahan hidupnya di masa yang akan datang justru sangat dipengaruhi oleh bagaimana dia membangun mimpinya saat ini. Bagaimana dia berupaya keras serta menjauhkan diri dari segala penyakit yang bisa membuat hidupnya statis.
Betapa banyak orang mengalami kegagalan, tetapi berhenti berusaha karena mengalami trauma untuk berbuat sesuatu. Akibatnya, dunia ini pun dipenuhi oleh orang-orang yang gagal tanpa pernah mengecap keberhasilan yang mereka harapkan.
Bercampurnya rasa takut dan hasrat membara dalam diri seseorang ibarat “perang batin” yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Bila hasrat menguat, akan muncul keberanian untuk melangkah, mencoba lagi, dan bangkit dari kegagalan. Namun, bila rasa takut dan suara hati kecil yang negatif mendominasi, hal itu akan memunculkan rasa takut yang lebih besar lagi, sehingga seseorang tidak berani berbuat susuatu akibat dihantui oleh kegagalan di masa lalu.
Ingat, sikap pemenang sejati adalah keberanian untuk melangkah, berani gagal, dan berani mencoba lagi. Kesuksesan akan terjadi bila seseorang berupaya untuk terus mengejar kesuksesan. Daya juang harus tetap menyala sampai kesuksesan diperoleh.
Dari setiap kegagalan semasa hidup, mengajari bahwa segala kegagalan adalah cara unik-Nya untuk mengenalkan banyak hal yang indah dalam hidup ini. Mengambil hikmah dari setiap kegagalan dapat mencermati apa yang harus diperbaiki apa yang menjadi bekal dalam menghadapi rintangan-rintangan yang akan datang.
Kini kita tidak perlu gelisah, simpan marah, tepis semua pikiran buruk yang sudah menemani begitu lama. Hidup adalah pembelajaran. Pembelajaran ke arah yang lebih baik, membawa ke arah segala hikmat, karena menjadi orang bijak hidup haruslah berubah.
Benarlah kalimat bijak yang mengungkapkan, kita meminta pada-Nya setangkai bunga segar, Dia memberi kita kaktus jelek dan berduri. Namun, beberapa hari kemudian, kaktus itu berbunga indah sekali. Kita meminta pada-Nya kupu-kupu, Dia malah memberi kita ulat berbulu.
Ketika memohon kekuatan, Dia memberi kesulitan. Ketika memohon kebijaksanaan, Dia memberi masalah untuk dipecahkan dengan bijaksana. Ketika memohon ketenangan hidup, Dia memberi bahaya agar kita berani menghadapi hidup. Ketika memohon kesehatan, Dia memberi sakit agar kita menghargai hidup. Bersyukurlah dalam segala hal, karena rencana Allah akan indah pada waktunya.
KMO CLUB BATCH 50
KELOMPOK 4
DAY 7
446 KATA
Tepat tiga tahun lalu, saya bertemu seseorang berhati malaikat. Itu hari pertama kami bertemu. Baru beberapa menit, kami saling mendapatkan feel dan bisa menilai satu sama lain.
"I know you good girl and have nice personality," ucap wanita paruh baya sambil mengusap-usap pundak saya dan sesekali merangkul.
Hati siapa yang tak meleleh ketika mendapatkan penilaian positif dari seseorang, bahkan belum pernah bertemu sebelumnya, tetapi sudah bisa menilai tanpa harus menunggu waktu lama. Meskipun saya tahu, pujian tersebut seperti musuh yang siap menjatuhkan saya kapan saja.
Tak berhenti sampai di situ, hujan pujian sering datang menghampiri dari beberapa orang yang belum mengenal saya sepenuhnya.
"Saya salut sama kamu, Nduk. Masih anak-anak, tapi punya pemikiran dewasa," ucap seorang teman yang usianya jauh lebih tua dariku.
"Saya memang sudah dewasa, Mbak. Perawakannya aja yang kelihatan masih anak-anak. Tapi kadang pemikiran saya gak begitu matang."
Ya, saya sering menemukan orang-orang yang begitu meninggikan. Saya merasa sedih, seolah telah membohongi mereka yang mendatangkan ekspektasi terlalu tinggi terhadap diri ini. Saya jadi merasa bahwa mereka menuntut saya untuk dapat memuaskan ekspetasi mereka. Namun, hal itu malah membuat saya khawatir kalau ekspetasi itu tak sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Saya hanya ingin diberikan semangat saja, bukan pujian.
Satu setengah tahun lalu pun, seorang teman berkomentar di salah satu story WhatsApp saya, "Masyaallah Tabarakallah, Kak. Kakak tuh motivator dan inspirator aku. Jujur aku kagum sama Kakak. Oya, Kakak sekarang di mana? Kakak seorang bidan, ya?" Kurang lebih seperti itu kalimatnya.
Setelah saya jawab, seketika senyap setelah centang dua terlihat biru. Entah apa yang ada di pikirannya saat itu. Seolah dia tiba-tiba menurunkan ekspektasi terhadap saya. Lalu apa yang saya rasakan saat itu? Sedih menyelimuti. Saya merasa seperti ada yang salah dengan kata-kata yang tersampaikan untuknya. Namun, saya merasa bahwa saya berkata jujur dan tak ada salah kata yang terucap. Lalu saya menenangkan diri dengan menganggap bahwa dia saja yang berekspektasi terlalu tinggi tentang saya.
Dari untaian hikmah indah Ibnu Athailah rahimahullah, “Orang yang menghormatimu sebenarnya menghormati indahnya tutup Allah yang diberikan kepadamu. Karena itu, pujian hanya pantas diberikan kepada Zat yang menutupi (aibmu); bukan untuk orang yang menaruh hormat dan berterima kasih kepadamu.”
Senang dan bangga, begitulah rasanya menerima pujian dari orang lain. Namun, ketahuilah, orang-orang yang memuji kita karena meraka tak tahu siapa sejatinya kita. Mereka tak tahu berapa banyak cacat, cela, dan aib kita. Allah yang menutupinya dari pandangan mereka.
Karenanya, sikapilah pujian secara wajar. Mohon ampunlah kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya karena Dia telah menutupi aib kita, yang bahkan saat kita mengingatnya, kita akan malu pada diri sendiri. Kebaikan yang ada pada kita hanyalah pantulan dari kebaikan dan sifat-sifat-Nya. Ingatlah saat mereka memuji kira, sebenarnya mereka sedang memuji kebaikan Allah.
KMO CLUB BATCH 50
KELOMPOK 4
DAY 8
455 KATA
Ketika Rasulullah menerima pujian dari seseorang, beliau menanggapinya dengan doa, “Ya, Allah. Janganlah Engkau hukum aku karena apa yang dikatakan oleh orang-orang itu. Ya, Allah. Ampunilah aku dari apa yang tidak mereka ketahui (dari diriku). Ya, Allah. Jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka kira.” (HR. Bukhari)
Bahkan Ali RA. Pernah mewasiatkan, “Kalau ada yang memujimu di hadapanmu, akan lebih baik bila kamu melumuri mulutnya dengan debu daripada terbuai oleh ucapannya.”
Jangan mudah terpesona dengan kemuliaan yang hadir dari manusia, karena pandangan manusia pada diri kita bisa saja tak sama dengan penilaian Allah. Ada kalanya manusia menilai kita terhormat, padahal di sisi Allah kita tak bernilai sama sekali. Kadang di mata manusia kita dielu-elukan, tetapi di sisi Allah kita lebih hina dari binatang.
Kita pun tak bisa lepas dari takdir. Lakukan apa yang bisa dilakukan, jangan terlalu ambisius ingin memenuhi ekspektasi orang lain. Yang terpenting adalah diri kita sendiri. Proses seseorang beda-beda sesuai kemampuannya, jadi lakukan sebisa kita. Sebab, khawatir nanti kita yang kecewa dan menyalahkan diri sendiri.
Tentu saja tak salah, kok, kalau kita tak memuaskan ekspektasi mereka. Kita hidup bukan untuk memuaskan orang lain atas ekspektasi mereka. Toh, kalau kita berekspektasi terhadap sesuatu untuk diri kita sendiri saja belum tentu bisa menjadi realita.
Jangan dijadikan beban jika tak bisa merealisasikan ekspektasi orang lain terhadap kita, itu bukan tugas hidup kita. Cari kebahagiaan sendiri dan bahagiakan diri kita sendiri.
Intinya jangan berekspektasi terlalu tinggi tentang seseorang. Ketahuilah bahwa setiap manusia punya sisi buruknya, aku pun begitu. Jika kalian menganggap aku baik karena terlihat begitu, suatu saat kalian akan merasa kecewa saat aku berlaku di luar ekspektasimu. Aku hanya ingin terlihat baik-baik saja, tak mungkin membuka setiap lembar realita.
Ibrahim bin Asy’ats pernah mendengar Fudhail bin ‘Iyadh berkata, “Kamu berhias di depan manusia, berpura-pura di hadapan mereka, membaguskan diri untuk mereka, dan kamu terus menerus berbuat riya’ hingga mereka mengenalmu dan menyerukan ‘Ini orang saleh’. Lalu mereka memenuhi keperluanmu, melapangkan majelis untukmu, dan memuliakanmu. Padahal itu adalah kerugianmu. Alangkah buruknya keadaanmu jika memang demikian keadaanmu. Jika kamu mampu untuk tak dikenal, maka lakukanlah!”
Astaghfirullahaladzim. Mungkin begitulah perangai kita, baik disadari atau tidak. Bahkan mungkin termasuk yang menulis buku ini. Betapa banyak manusia yang lebih mementingkan penilaian manusia daripada penilaian Allah. Tiap hari dia memikirkan penampilan, aktivitas, dan tindakannya bisa menjadikan dia terhormat di mata sesama.
Apalah arti dipuji dan dihormati manusia jika Allah memurkai kita. Apalah arti penghargaan dari sesama jika ternyata Allah menghinakan kita. Buanglah jauh-jauh keinginan meraih kebahagiaan dalam hidup jika kita masih mementingkan apresiasi sesama dibanding balasan dari Allah. Semoga Allah memberi kita hati yang mampu merasa bahwa kemuliaan di sisi Allah adalah segalanya. Semoga kita bisa terus belajar memperbaiki diri meskipun kita tahu bahwa ketidaksempurnaan tak akan dapat kita raih.
KMO CLUB BATCH 50
KELOMPOK 4
DAY 9
1179 KATA
Hari ini tepat saya memasuki usia 31 tahun menjalani hidup di dunia yang fana. Selalu ada getir dan khawatir setiap kali pengulangan waktu di setiap tahunnya tiba. Sebab, seiring bertambahnya usia di tanggal ini, maka berkurang lagi jatah mengembus nafas di muka bumi.
Dalam bahasa Inggris biasa kita sebut sebagai “birthday”. Namun, bagaimana jika kata “birthday” ini kita maknai sebagai a day to celebrate that you haven’t died in the last year? Yang artinya adalah hari untuk merayakan bahwa Anda belum meninggal dalam setahun terakhir. Membaca kalimat tersebut, maknanya cukup membuat hati bergetar, ‘kan?
Bagaimana tidak? Saya hanya menumpang di bumi Allah secara gratis, bahkan disediakan berbagai pangan oleh alam yang Dia ciptakan. Dengan leluasa saya menikmati hingga kini bisa bertahan hidup. Namun, saya belum bisa berbalas budi atas kebaikan-Nya. Masih saja terlena atas nikmat yang tiada batas ini hingga lalai untuk sekadar mengucap syukur kepada-Nya.
Setiap kali berganti tahun, semakin banyak nikmat yang telah saya dapatkan. Namun, itu semua tidak sebanding dengan perlakuan saya terhadap Sang Pemberi Nikmat. Diri ini sungguh tidak tahu berterima kasih. Bahkan terkadang merasa bahwa apa yang hilang dari diri merupakan suatu masalah dan saya sebut sebagai ujian hidup. Padahal apa yang hilang ini hanya titipan yang Allah beri dan amanahkan. Yang sudah menjadi hukumnya bahwa sewaktu-waktu itu semua akan hilang.
Seketika saya mengingat Puisi “Makna Sebuah Titipan” karya WS. Rendra.
Lantas, pantaskah saya berkeluh kesah menyesali titipan-Nya yang hilang itu? Pantaskah saya menyebutnya sebagai ujian meskipun tahu itu semua bukan milik saya? Apalah arti memiliki jika diri ini saja bukan milik saya. Ada yang lebih berhak dari saya atas itu semua. Begitu juga dengan saya, ada yang lebih berhak atas diri ini, yaitu Allah.
Saya hanya khawatir jika setelah ini dan tanpa aba-aba, malaikat datang menjemput. Saya tidak punya kuasa untuk menghindar. Bahkan sekadar berontak pun, itu tidak akan mungkin. Tanpa bekal dan persiapan apa pun, diri ini ditinggalkan oleh ruh yang selama ini membersamai layaknya bayangan.
Lalu ruh melihat diri ini yang diam dengan mata tertutup dan tanpa gerakan perut juga dada akibat putusnya embusan nafas terakhir. Ruh ingin sekali kembali memasuki raga. Ingin mengulang kembali menjalani kehidupan dengan sebaik mungkin. Namun, ruh saya tidak punya kuasa. Malaikat menuntunnya pergi meninggalkan raga bersama orang-orang yang sedang mengerumuni jasad saya.
Lagi dan lagi. Selalu saja diri ini membayangkan sebuah kematian setiap kali pengulangan bulan yang sama ini tiba.
Beberapa hari lalu, saya melihat huruf “A” kapital berukuran besar di sebuah mal di Singapura. Dengan seketika terlintas di benak bahwa perjalanan hidup ini saya ibaratkan seperti huruf “A” kapital tersebut. Yang mana titik sudut atas diibaratkan sebagai titik kelahiran kita ke dunia. Dua garis berlawanan seperti arah jalan kebaikan dan garis lainnya adalah jalan sesat. Lalu satu garis yang menghubungkan dua garis berlawanan itu saya ibaratkan sebagai jembatan atau jalan hijrah. Sedangkan dua titik bawah merupakan titik akhir kita setelah melewati garis kehidupan, yaitu titik surga dan neraka.
Bagaimana? Bisa dipahami? Entahlah, ada-ada saja penemuan saya ini.
Jadi, mula-mula kita terlahir di satu titik yang sama. Kemudian kita mulai tumbuh menjadi anak-anak, remaja, dewasa, hingga tua. Di saat transformasi masa-masa itulah kita sendiri yang memilih ingin menjalani hidup di jalan yang baik atau buruk. Saya yakin, semua orang mendambakan titik akhir perjalanan hidupnya yaitu surga. Namun, kebanyakan dari kita tidak sadar bahwa kita telah memilih jalan yang salah.
Ada sebagian yang sadar dan hijrah ke jalan yang benar dengan berbelok melewati garis (yang saya sebut sebagai jembatan) yang menghubungkan dua garis berlawanan tersebut. Namun, ada juga yang awalnya sudah benar melewati jalan baik, tetapi mereka terbawa arus oleh lingkungan hingga berbelok melewati jembatan tersebut ke arah garis yang salah.
Hingga akhirnya, mereka yang telah berjalan melewati lebih dari garis penghubung (jembatan) tersebut, semakin mendekat titik akhir perjalanan hidup. Orang-orang yang berada di jalan kebenaran akan mudah saat mengalami hisab dan ada kemungkinan untuk berkumpul dengan orang-orang saleh di surga. Namun, orang-orang yang berada pada jalur garis keburukan dan tak sempat bertaubat hingga titik ajal menjemput, akan mengalami hisab yang sulit serta dengan mudah mereka dimasukkan ke neraka.
Meski begitu, tidak selalu manusia yang terlahir akan bertahan hidup lama. Ada yang baru menapaki titik sudut awal (yaitu baru lahir atau masih bayi), tetapi Allah langsung menjadikannya penghuni surga. Allah cabut nyawa mereka sebelum dosa-dosa menyelimutinya. Soal umur, tidak ada yang tahu. Hanya Allah Yang Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.
Di usia saya yang sudah menduduki kepala tiga ini masih terus belajar dan berusaha untuk memperbaiki diri. Meskipun sulit akibat godaan dan hawa nafsu yang terkadang menghampiri.
Di usia ke-31 ini, membuatku semakin mengerti akan esensi hidup di dunia, bahwa apa pun yang ada di bumi hanya titipan. Semua yang ada pada diri sewaktu-waktu akan Dia ambil dengan maksud yang terkadang berbeda-beda. Ada yang Allah cabut nikmat harta dengan tujuan sebagai pembelajaran untuk kita supaya lebih memanfaatkan harta ke jalan yang lebih berkah. Ada juga yang Allah cabut nikmat harta karena alasan lain yang terkadang tak masuk akal. Namun, perlu kita pahami bahwa akal dan logika manusia terbatas. Sedangkan Allah Maha Tahu segalanya yang ada di bumi dan di langit, yang awal dan yang akhir.
Tidak hanya apa yang ada pada diri saja, tetapi juga kita yang sering mengaku sebagai pemilik itu semua pun akan pergi meninggalkan dunia beserta isinya. Kapan itu akan terjadi, kita tidak akan tahu.
Semoga di usia sekarang ini, saya bisa lebih memaknai hidup dengan penuh seni yang berwarna serta bermakna. Diberi kemudahan dan kelancaran dalam setiap usaha. Kesehatan dan keselamatan yang mengiringi. Juga semakin istikamah untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat hingga maut memisahkan.
Saya hanya ingin hidup saya bisa meninggalkan bekas yang baik di hati orang-orang yang mengenal diri ini. Yang ketika masa saya di dunia telah usai, mereka hanya mengingat kebaikan saya tanpa menemukan keburukan dari diri ini. Saya hanya ingin Allah selalu menutup aib-aib hingga saya tiada, bahkan hingga dunia ini hancur tidak sersisa.
KMO CLUB BATCH 50
KELOMPOK 4
DAY 10
486 KATA
Di dunia ini, sesuatu yang paling sering dilupakan banyak orang adalah kematian. Padahal kematian adalah sesuatu hal yang pasti terjadi dan akan dialami oleh semua makhluk hidup. Maka tidak heran bila banyak orang yang merasa belum siap menyambut datangnya maut yang tanpa permisi.
Kematian memang memisahkan kita dengan segala urusan dunia. Namun, hal itu bukan dari segalanya. Sebab, kematian pada sisi yang lain adalah pintu awal untuk menuju kehidupan yang lebih abadi. Kita akan menerima keputusan atas segala sesuatu yang sudah dilakukan ketika masih hidup.
Nabi Muhammad menganjurkan kita untuk banyak mengingat kematian. Dengan begitu, kita akan sadar bahwa dunia ini tidak abadi. Kita akan menuju dua kehidupan yang akan berlangsung selamanya; surga dan neraka.
Lalu, pernahkah bayangan ajal menghampiri? Saya pernah, bahkan sering. Pernah terbayang, bagaimana jika masa saya di dunia telah habis? Apakah orang-orang terdekat dan mereka yang mengenal saya akan merasa kehilangan? Atau mereka ikhlas melepas kepergian saya tanpa ada tangisan? Atau justru ada yang merasa senang dengan ketiadaan saya di muka bumi? Sebab, kabar kematian memang menimbulkan beragam rasa.
Pikiran ini sempat dibawa ke alam lain, saya tidak memiliki kuasa untuk berpaling, lari dan menghindar darinya. Lalu seolah diri yang telah tiada menyaksikan orang-orang terdekat sedang membicarakan saya. Salah satu teman atau keluarga memposting di sosial medianya sebagai pemberitahuan dan permohonan doa atas meninggalnya diri ini. Lalu saya menyaksikan, banyak sekali yang memberi komentar dengan menuliskan Innalillahiwainnailaihirojiun. Lalu diikuti kalimat positif tentang semasa saya hidup, “Saya bersaksi, beliau orang baik.” Semua yang berkomentar tidak lepas dari kalimat persaksian bahwa diri ini pribadi yang baik. Namun sayang, itu semua hanya ilusi.
Kita tidak akan bisa menerka, apakah kita akan selamat saat pencabutan nyawa? Jangan berbesar hati, merasa aman dari dari kematian, dan menyangka akan selamat di akhirat. Kita tidak akan tahu, apakah diri akan mengembuskan nafas terakhir dalam keadaan husnulkhatimah atau su’ulkhatimah?
Satu tahun lalu, seorang teman tiba-tiba berkata, “Ternyata begitu jadi orang yang meninggal. Dia hanya ditangisi sesaat. Hanya dalam hitungan menit, semua yang hadir bertakziah, sibuk dengan urusannya masing-masing. Seolah lupa bahwa mereka sedang berkabung. Kebanyakan dari mereka sibuk mengurusi hidangan apa yang akan disuguhkan kepada para tetamu. Sibuk mencari peralatan dapur dan menghitung uang takziah guna membeli bahan-bahan makanan yang akan diolah.”
Seketika bayangan saya menuju ke arah pembicaraannya. Apa yang diucapnya hampir seluruhnya nyata. Ternyata begitu. Hal itu pun mungkin akan terjadi pada diri ini bila waktu telah memanggil.
Padahal dengan adanya berita kematian tersebut, kita yang pergi bertakziah seharusnya mampu meluangkan sedikit waktu untuk tunduk merenung kemungkinan seandainya maut menjemput. Seharusnya jiwa kita bergetar, merintih ketakutan karena tidak menutup kemungkinan beberapa detik setelah bertakziah, justru orang lainlah yang bergantian mentakziahi kita.
Oleh karena itu, jangan sia-siakan kesempatan saat bertakziah. Di sana kita bisa menghayati sejarah perjalanan hidup yang sudah dilalui selama ini. Barangkali hasil renungan itu akan menumbuhkan kesadaran baru dalam diri untuk menjadikan hari-hari ke depan bertambah lebih baik. Bukan dengan sibuk bercengkerama dan menyia-nyiakan waktu takziah.
Jika Maut Menjemput (2)
KMO CLUB BATCH 50
KELOMPOK 4
DAY 11
509 KATA
Umur manusia di bumi ini sangatlah pendek. Bahkan sebagian bayi dicabut rohnya saat masih dalam kandungan. Kematian akan menjadi akhir cerita setiap orang. Apakah akan berakhir dengan husnulkhatimah atau su’ulkhatimah, tidak seorang pun mengetahuinya. Kita hanya bisa berusaha agar nantinya menjalani akhir usia secara husnulkhatimah. Namun, banyak di antara kita yang tidak menyiapkan bekal untuk menghadapinya.
Ulat-ulat, cacing, dan belatung yang menjijikkan akan menghambur merubungi jasad fisik yang dikubur. Mereka senang dan berpesta pora. Golongan yang tidak menyiapkan bekal akan dihantui kecemasan dan kekhawatiran. Mereka merasa bahwa alam kubur jauh lebih mengerikan daripada tempat-tempat berbahaya. Mereka tidak memiliki kemampuan untuk menghindar dan berkelit dari setiap ancaman yang diarahkan. Tubuh akan hancur disertai dengan nasib rohani yang tidak mujur.
Lain halnya dengan mereka yang menyiapkan bekal untuk menghadapi kematian. Bagi orang-orang yang memiliki bekal rohani, alam kubur tidak seseram yang dibayangkan. Justru bisa lebih indah dari segala tempat mana pun di dunia ini. Mereka tidak akan dihantui kekhawatiran, kecemasan, dan ketakutan karena semasa hidupnya telah menyiapkan bekal dengan kebaikan.
Ada sebuah kisah kematian yang dapat kita jadikan sebagai penggugah jiwa agar selalu waspada dan siap sedia sebelum akhirnya kematian itu menjemput kita.
Kisah dari Abu Sufyan ats-Tsauri.
Tatkala hati yang tertampar oleh kematian. Tidak mengenal waktu, tidak mengenal cerita. Dia datang sesuka hatinya. Dengan kematian, kita kembali disadarkan bahwa kita sangatlah kerdil. Tidak ada apa-apanya.
Saat maut mengambil jatah nomor antrean kita selanjutnya, di situlah kita memahami bahwa apa yang akan dibawa ketika kita mati nanti. Amal apa yang sudah kita kumpulkan, pahala apa yang sudah digali sebanyak mungkin? Karena sejatinya mati tidak membawa apa pun. Yang ada hanya hisab dan pertanggungjawaban kita di hadapan Allah. Yang baik akan terkenang dan memperbanyak saksi kebaikan. Sedangkan yang buruk hanya akan menghadirkan kenangan buruk.
Semoga Allah matikan kita dalam keadaan husnulkhatimah. Marilah kita rajin melantunkan doa kepada Allah sebagaimana doa Rasulullah Saw. berikut:
Mencari Ridha-Nya atau Ridha Hamba-Nya?
KMO CLUB BATCH 50
KELOMPOK 4
DAY 12
434 KATA
Di sebalik keburukan seseorang, sadarilah kebaikannya. Di sebalik kebaikan seseorang, maklumilah kekurangannya. Ini rumus penting yang harus disadari. Sebab, tidak ada seorang pun di dunia ini yang terlahir sempurna.
Adakah seorang yang terlahir dengan sebegitu sempurnanya? Ia tumbuh dewasa hingga tua tanpa celah cacat sedikit pun dari dirinya. Mungkin saja, itu hanya karena Allah menutupi setiap keburukannya. Namun, ketika setitik lubang noda itu terlihat, bisa jadi mereka yang berekspektasi tinggi sebelumnya menjadi menurunkan penilaian tersebut terhadap kita. Bahkan bisa jadi mereka membenci dan menjauhi kita.
Orang yang kita anggap baik belum tentu baik di hadapan orang lain. Begitu sebaliknya, orang yang kita anggap kurang baik bisa jadi baik di hadapan orang lain. Manusia mustahil membuat manusia lain ridha. Sampai kapan pun, kita dan manusia lainnya tidak akan lepas dari cibiran orang.
Imam Syafi’i rahimahullah berkata, “Kita tidak akan mampu membuat semua orang senang. Karenanya, perbaiki saja hubunganmu dengan Allah dan tidak usah pedulikan mereka.”
Beliau juga berkata, “Memuaskan orang lain adalah keinginan yang tidak akan bisa diraih.”
Akal kita sadar bahwa mustahil membuat semua manusia ridha terhadap kita. Akan ada saja manusia yang tidak suka, sekali pun kita sudah sebegitu baiknya. Memang hanya ridha Allah yang seharusnya kita kejar. Namun, logika lagi-lagi seringkali membangkang. Ada masanya beberapa statement membuat kita jatuh dan menangis. Faktanya, kita hanya manusia biasa yang Allah berikan hati untuk merasakan banyak hal, termasuk sedih, duka, dan kecewa. Such is life.
Hidup kita layaknya seperti bintang yang selalu bersama dengan bintang-bintang lain dalam konstelasinya. Mau tidak mau, sinar bintang lain akan memengaruhi dirinya. Ada sinar yang terlalu terang, sehingga membuatnya tidak terlihat. Ada pula yang terlalu gelap, sehingga membuatnya tampak bercahaya.
Bintang juga tahu, kalau hidupnya akan dipengaruhi oleh lingkungannya. Namun, bukan berarti dia berhenti bersinar. Seterang apa pun lingkungannya, bagi bintang, yang penting ia tetap memancarkan sinarnya. Sebab, itulah tugas bintang.
Begitu juga kita, manusia. Tugas manusia hanya melakukan yang terbaik. Memberi kebaikan kepada sekitarnya dan bisa menciptakan karya yang bermanfaat untuk digunakan manusia lainnya tanpa memedulikan omongan orang lain terhadap kita. Anggap saja interaksi kita terhadap orang lain seolah-olah sedang berinteraksi dengan Allah, sehingga apa pun komentar dari manusia bisa untuk kita abaikan dan tetap menjadi sebaik-baik manusia. Namun, yang perlu diingat bahwa kesempurnaan hanya milik Allah.
Wahai diri! Kau mesti memohon keridhaan Allah bagi seluruh perbuatanmu dan terus mengejar keridhaan-Nya. Berdoalah agar seluruh perbuatanmu diridhai oleh-Nya. Di antara engkau dan Dia selalu ada sepercik harapan. Harapan itu akan nyata jika kau selalu melibatkan Dia dalam segala hal. Bukan manusia yang seharusnya kita libatkan seutuhnya. Apalagi sampai mencari ridha sesama manusia, kita tidak akan mungkin mendapatkan ridha dari mereka.
Mencari Ridha-Nya atau Ridha Hamba-Nya? (2)
KMO CLUB BATCH 50
KELOMPOK 4
DAY 13
464 KATA
Masih bicara tentang ketidaksempurnaan. Di kota mana pun kita tinggal, di situ pasti terdapat titik nol. Biasanya, titik nol tepatnya berada di alun-alun kota. Jika sebuah kota memiliki titik nol, apakah manusia juga memiliki titik nol?
Seperti sebuah kota, manusia juga memiliki titik nol. Titik nol manusia adalah ketika ia terlahir ke dunia. Walaupun begitu, ada sebagian kalangan yang berpendapat titik nol manusia dimulai ketika ia telah menginjak usia baligh. Ketika segala amal dan ibadahnya mulai diperhitungkan.
Dari banyaknya pengalaman, kini saya sadar bahwa saya adalah pemenang. Sadarilah bahwa kita adalah pemenang kehidupan. Jika kehidupan kita saat ini datar-datar saja, masih kurang bermanfaat, kurang berkontribusi, segera jadikan kehidupan ini menjadi bermakna. Bermanfaat untuk semua. Mengabdi dengan nyata, meskipun tahu bahwa kita masih banyak kekurangannya. Sebelum ajal benar-benar tiba.
Jika diri merasa tidak ada apa-apanya, ingatlah ke belakang bahwa proses panjang telah dilalui dan kita lahir sebagai sosok pemenang. Jangan sampai kita tidak mampu mensyukuri nikmat dari Allah.
Berikut ada sebuah kisah yang dapat kita petik.
Setiap pemberian Allah dalam hidup ini bermakna positif, karena Dia telah merencakan kebaikan di dalamnya. Sadarilah, semua yang terjadi di bumi ini telah diatur oleh Allah dalam skenario-Nya. Tidak ada yang salah dalam perencanaan-Nya. Allah tidak pernah merencakan yang sia-sia. Jadi jangan biarkan kita kalah dalam kehidupan. Jadikan kehidupan ini sebagai medan pertempuran dalam berlomba-lomba berbuat kebaikan meskipun masih banyak kekurangan. Tidak perlu merespon pandangan negatif dari orang lain terhadap kita. Cukup rida Allah-lah yang perlu kita kejar. Fastabiqul khairat.
Memuliakan Diri Sendiri
KMO CLUB BATCH 50
KELOMPOK 4
DAY 14
435 KATA
Allah menilai seseorang mulia atau tidak, hanya melalui sesuatu yang bisa diusahakan oleh hamba-Nya, yaitu melalui ketakwaannya, bukan diukur dengan penampilan lahiriah yang terlihat oleh mata. Perbuatan sehari-harilah yang menjadikan dirinya mulia atau tidak. Seseorang yang terlahir cacat pada tubuhnya, tetapi hatinya selalu khusyuk mengingat Allah, jauh lebih mulia daripada seseorang yang sempurna secara fisik, tetapi melupakan-Nya.
Akhlak terbagi menjadi dua jenis ditinjau dari asalnya, yaitu akhlak bawaan dari lahir serta akhlak dari pembiasaan dan lingkungan masyarakat. Akhlak mulia merupakan ciri khas kepribadian muslim. Oleh sebab itu, cara memuliakan diri sendiri salah satunya yaitu dengan menjadi muslim yang berakhlak mulia.
Akhlak merupakan bentuk batin manusia yang pangkalnya terletak di hati, lalu teraplikasikan di perbuatan dan tingkah lakunya. Batin manusia merupakan pokok kepribadiannya sehingga di situlah titik penilaiannya di sisi Rabb-Nya.
Dirangkum dari https://harianmerapi.com/Khamim Zarkasih/28 Juni 2022, memuliakan diri sendiri artinya mampu mengembangkan karunia Allah yang kita miliki untuk berbuat dan beramal kebaikan.[1]
“Empat rukun kehormatan diri: budi pekerti yang baik, murah hati, rendah hati, dan ibadah sepenuh hati.” (Imam Syafi’i rahimahullah)
Seseorang yang menghiasi diri dengan akhlak terpuji, pada hakikatnya sedang memuliakan dirinya sendiri. Baik di dunia, maupun setelah mati. Kita sadar, bahwa diri tidak akan pernah sempurna. Sebab, kesempurnaan hanya milik Allah. Namun, kita harus berusaha memuliakan diri, di antaranya dengan empat rukun kehormatan diri tersebut.
Berusahalah mempraktikkan dan membiasakan diri berakhlak mulia. Saat pertama kali mencoba mungkin terasa berat, tetapi bila sudah terbiasa maka akan terasa ringan dan mudah. Lalu carilah circle dan lingkungan yang baik. Sebab, sudah menjadi tabiatnya manusia berperilaku sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya dan berkumpul dengan teman-teman yang satu circle. Maka dari itu, Nabi Shalallahu alaihi wasallam pun memperingatkan kita agar mencari teman yang baik. Bila kita berada pada circle pertemanan yang baik, kita akan malu untuk melakukan hal-hal yang tidak baik dan berusaha untuk menghindar dari sesuatu yang buruk itu.
Seseorang yang berakhlak terpuji selalu berusaha melakukan perbuatan-perbuatan baik, kapan pun itu. Dia berbuat baik tanpa tendensius, semata-mata mengharap ridha Allah subhanahu wa taala. Perbuatan baik erat kaitannya dengan penyucian diri.
Akhlak merupakan sifat dasar yang terpendam di dalam diri dan tampak ke permukaan melalui perbuatan. Orang-orang yang berakhlak terpuji akan melakukan perbuatan-perbuatan baik dengan sukarela tanpa tendensius. Mereka memiliki harga diri dan wibawa yang tinggi. Secara otomatis, merasa tidak tertarik dengan perbuatan-perbuatan buruk yang bisa mencemari harkat dan martabat manusia. Selalu menyucikan hati, perkataan, dan perbuatan mereka, meskipun tidak ada orang lain yang mengawasi.
Memuliakan Diri Sendiri (2)
KMO CLUB BATCH 50
KELOMPOK 4
DAY 15
417 KATA
Orang-orang berahlak mulia hidup dalam kedamaian. Selalu merasakan ketenangan batin, tidak ada yang diresahkan dan dirisaukan. Hati nuraninya selalu fokus pada kesucian. Jika ia sengaja melakukan kesalahan, segera bertaubat dan kembali kepada kebenaran. Kesucian hatinya mendorongnya melakukan itu semua tanpa keterpaksaan.
Realitas memperlihatkan bahwa manusia akan bersinggungan dengan kebaikan dan keburukan. Selama manusia hidup, selama itu pula keduanya akan menghampiri. Namun, dengan jiwa yang sepi, setiap keburukan akan terpental sendiri. Sinyal-sinyal kemaksiatan enggan menghampiri. Sebaliknya, jiwa seseorang yang kotor dan keruh akan tunduk kepada seruan-seruan kemaksiatan. Setan-setan akan mudah mengelabui.
Di antara memuliakan diri sendiri yaitu dengan memuliakan orang lain juga. Manusia suka kepada orang yang memberi perhatian kepada orang lain. Manusia suka kepada orang yang mau mendengar ucapan mereka. Manusia suka kepada orang yang memberikan penghargaan dan penghormatan kepada orang lain. Manusia suka kepada orang yang memberi kesempatan kepada orang lain untuk maju. Manusia suka kepada orang yang tahu berterima kasih atau suka membalas kebaikan. Manusia suka kepada orang yang memperbaiki kesalahan orang lain tanpa melukai perasaannya.[1]
Allah memerintahkan manusia untuk menyucikan hati dari kotoran-kotoran yang ingin menjangkiti, menghindarkannya dari tipu daya, dan menjaganya dari godaan setan. Di antara caranya dengan selalu bersikap ikhlas dalam beramal, menyadari kehidupan dunia dan mengingat masa depan di akhirat. Menjadikan Allah sebagai pelindung dan teman setia di mana pun dan kapan pun.
Apa yang bisa kita lakukan hari ini demi mewujudkan di jalan yang lurus, lakukanlah. Jangan menunggu kesempatan, tetapi ciptakanlah sesuatu itu sendiri. Kondisi hidup dan perubahan-perubahan mendadak di dalamnya adalah pelajaran penting bagi orang-orang yang mau memikirkannya. Tidak ada seorang pun yang bisa menjamin bahwa nanti, esok, atau lusa memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri.
Meniti jalan syariat membutuhkan keberanian dan ketegasan. Rintangan, tantangan, dan godaan membentang di sepanjang perjalanan. Namun, sepatutnya kita menyadari bahwa apa pun yang terjadi di bumi Allah dan terjadi pada diri, tidak selalu berjalan mulus. Tugas kita hanya terus berusaha untuk menjaga akhlak demi memuliakan diri sendiri, baik akhlak kita terhadap Allah, rasul-Nya, hamba-Nya. Bahkan kita juga dianjurkan untuk berakhlak mulia terhadap ciptaan-Nya yang lain, yaitu hewan dan tumbuhan.
Berbicara tentang ketidaksempurnaan, sebenarnya banyak sekali kelemahan, kekurangan, cela, dan sifat buruk kita. Namun, Allah menutupinya dari pandangan kita dan pandangan sesama. Seharusnya kita bersyukur atas kemurahan-Nya, bukan justru menjadi makhluk yang tidak tahu diri. Kita seringkali tidak tulus dalam melaksanakan perintah-Nya, tetapi karena kemurahan dan belas kasih-Nya menjadikan ibadah kita diterima. Jika bukan karena kemurahan-Nya, kita tidak akan memiliki tabungan amal sebagai bekal menuju akhirat.
[1] M. Noor, Kiat Memilih Pergaulan, Loka Aksara, hlm: 43-45
Lisan yang Terjaga
KMO CLUB BATCH 50
KELOMPOK 4
DAY 16
430 KATA
Seseorang yang
dapat berbicara dengan lidahnya merupakan karunia besar yang diberikan oleh
Allah kepada ciptaan-Nya. Sudah selayaknya kita menggunakan karunia tersebut
dengan amanah, bukan dengan berkata buruk dan menzalimi orang lain. Sebab,
perkataan yang tidak baik bisa membuat seorang muslim terjerumus ke dalam
murka-Nya.
Ucapan merupakan hal yang mengasyikkan bagi sebagian besar umat manusia. Tidak seorang pun, sadar mau pun tidak sadar, tidak menyukai aktivitas yang satu ini. Berbincang-bincang seringkali menyebabkan lalai hati kepada Allah Swt. Tidak peduli perkataan yang diucapkan mengandung kebaikan atau tidak. Demi mengejar kesenangan, perbincangan yang haram dan terlarang pun akan dilakukan.
Imam Ghazali, dalam Majmu’ah Rasa’il al-Ghazali, menyebutkan bahwa sedikitnya ada dua puluh perkataan yang dapat meracuni kesucian dan menyebabkan kita menyesali menjelang akhir hayat tiba, yakni;
· berbicara hal-hal yang tidak berarti,
· bicara yang berlebihan,
· bicara yang mengasyikkan, tetapi tidak berarti,
· pembicaraan yang sifatnya tidak murni, bohong karena ada maksud terselubung,
· bertengkar dan berdebat kusir,
· berbicara berbelit-belit demi memengaruhi orang lain,
· mencaci maki,
· melaknat,
· bersyair untuk memenuhi hajat syahwat,
· bersenda gurau berlebihan,
· mengolok-olok dan menghina,
· menyebarkan rahasia orang lain,
· mengatakan janji palsu,
· berdusta dengan sumpah,
· menggunjing,
· mengadu domba,
· perkataan yang munafik,
· memuji dengan kebohongan,
· mendiskusikan sifat Allah Swt. tanpa ilmu, dan
· perkataan dengan nada kasar.[1]
Terkadang demi kesenangan semata, kita kerap kali jadikan hal-hal terlarang sebagai bahan obrolan bersama teman. Bahkan, kita menghabiskan banyak waktu untuk membicarakan hal-hal yang sama sekali tidak berguna dan demi kesenangan syahwat semata.
Bila obrolan tidak berguna itu menjadi hobi dan kesenangan, lantas bagaimana kita mempertanggungjawabkan waktu yang terbuang percuma itu? Sebab, obrolan yang tidak berguna itu merupakan racun bagi kehidupan. Ada pun penawarnya tidak lain adalah banyak berzikir dan berbicara yang bermanfaat dan menyelamatkan.
Kalimat semacam ‘hari ini sial’ pun, kadang terucap sebagai bentuk kejengkelan kita karena hari ini tidak membawa keberuntungan. Padahal Allah yang mengatur segalanya dan tidak ada hari yang merupakan hari sial.
Di antara keburukan lisan yang lain yaitu ketika menilai orang lain. Menilai seseorang, lalu memberi komentar seyogyanya terlebih dulu bercermin pada diri sendiri? Apakah memang kita orang yang baik? Atau jangan-jangan kita sendiri yang termasuk golongan mereka yang kita jelek-jelekkan. Belum tentu keburukan mereka lebih parah daripada keburukan kita. Bisa jadi kita seperti pepatah, ‘Gajah di depan mata tidak tampak, lalat di kejauhan terlihat jelas.’ Kita seolah lebih baik dari mereka, padahal belum tentu kita adalah orang yang baik di mata Allah.
[1] Abu Hamid Al-Ghazali, Majmu’ah Rasa’il Al-Ghazali (Yogyakarta: Pustaka al-Furqan, 2007), hlm 275-276.
Lisan yang Terjaga (2)
KMO CLUB BATCH 50
KELOMPOK 4
DAY 17
419 KATA
Menggunjing pada kenyataannya menjatuhkan harga diri orang lain. Menjadi berharga diri seorang muslim maupun nonmuslim yang mempertahankan martabatnya, serta menolak menggunjingnya adalah tugas seorang muslim terhadap orang lain.
Bila kita menemukan kekurangan pada diri seseorang, janganlah kekurangan tersebut kita jadikan bahan gunjingan atau ejekan. Seharusnya kita berpikir, bagaimana jika kekurangan pada diri kita dijadikan bahan ejekan juga oleh orang lain? Pasti kita tidak ingin hal tersebut terjadi, karena pasti kita akan merasa geram.
Jadi, lebih baik bermuhasabahlah untuk diri sendiri daripada meneliti keburukan orang lain dengan mengumbar komentar yang mengundang murka Allah.
Menjaga lisan memang bukan perkara mudah. Meskipun tidak bertulang, perangkat lunak ini bisa lebih tajam daripada pedang. Ucapan bisa membangun atau merusak tatanan hidup.
Di antara rusaknya lisan yang lain yaitu dengan ghibah. Ghibah ialah menyebut perihal seseorang dengan sebutan yang tidak disukainya, baik menyebutnya melalui lisan, tulisan, sindiran, atau dengan isyarat mata, tangan dan kepala. Bisa juga dengan sebutan bahwa seseorang menggunjingkan perihal orang lain atau suatu jamaah tertentu.
Ghibah yang diperbolehkan:
Seperti yang kita ketahui bahwa ghibah itu dilarang. Namun, jika ghibah dalam keadaan tertentu untuk kemaslahatan diperbolehkan, dengan tujuan yang benar menurut hukum syara’ bila tidak dapat dicapai kecuali dengan ghibah. Penyebabnya yaitu dari beberapa faktor seperti yang terangkum dari buku Memelihara Lisan: Seri Doa dan Zikir berikut ini:
· Dalam keadaan teraniaya,
· Meminta bantuan untuk mengubah perkara yang mungkar dan menyadarkan orang yang durhaka supaya kembali kepada kebenaran,
· Meminta fatwa,
· Memperingatkan kaum muslim dari perbuatan jahat dan menasihati mereka,
· Bilamana seseorang terang-terangan dalam kefasikan atau bid’ahnya, seperti terang-terangan minum khamr, menganiaya orang, memungut pungutan liar, menarik pajak secara aniaya, menangani perkara-perkara yang batil maka diperbolehkan menyebut perbuatan yang dilakukannya secara terang-terangan itu, tetapi haram menyebutkan selain itu berupa aib lainnya, kecuali jika ada penyebab lain yang memperbolehkan hal itu.
· Memperkenalkan. Apabila seseorang dikenal dengan julukan rabun, pincang, bisu, buta, tuli, juling, dan lain sebagainya, diperbolehkan menyebut hal itu dengan niat memperkenalkan. Namun, haram mengucapkan dengan niat menghina.[1]
[1] Imam Nawawi, Memelihara Lisan: Seri Doa dan Zikir, Hikam Pustaka (hlm: 38-43)
Lisan yang Terjaga (3)
KMO CLUB BATCH 50
KELOMPOK 4
DAY 18
504 KATA
Berikut beberapa cara agar lisan selalu terjaga:
1. Perbanyak Zikir
Mengapa kita butuh berzikir? Manusia adalah makhluk lemah yang setiap detik, kerdipan mata, detakan jantung, napas, selalu membutuhkan pertolongan Allah. Ketika berzikir, seolah-olah kita berkata, “Ya, Rabb, akulah hamba-Mu yang lemah dan selalu membutuhkan pertolongan-Mu. Menurut Ibnu Qoyyim, setiap anggota badan terdapat ibadah yang terbatas pada waktu, sedang zikir merupakan ibadah hati dan lisan yang tidak dibatasi waktu, setiap keadaan, duduk, berdiri, dan berbaring.
Jadi, berzikir tidak terbatas selesai salat saja, bisa dilakukan kapan dan di mana saja. Pribadi yang senang berzikir, hatinya diberi ketenangan oleh Allah sehingga jauh dari gelisah. (QS. Ar-Ra’d : 28)
Dengan demikian, ucapan dan tindak tanduknya pun akan selalu terkontrol. Saat kesadaran itu muncul, kita akan lebih bijak dalam menghadapi setiap persoalan hidup. Jika diberi nikmat, dengan berzikir, kita akan bersyukur. Sebaliknya, seandainya Allah memberi ujian, kita akan lebih bersabar menghadapinya.
2. Berpikir Sebelum Berbicara
Tanpa disadari, mungkin kita pernah berbicara dengan orang lain, lalu ucapan yang keluar seolah meluncur tanpa hambatan. Apalagi bila diiringi emosi, semua yang terlontar kerap kali menyakitkan kawan bicara.
“Seseorang mati karena tersandung lidahnya. Dan seseorang tidak mati karena tersandung kakinya. Tersandung mulutnya akan menambah (pening) kepalanya. Sedangkan tersandung kakinya akan sembuh perlahan.” (Ali bin Abi Thalib)
Berpikir sebelum berbicara merupakan keniscayaan, mengingat apa yang kita ucap akan dicatat semuanya oleh malaikat serta memiliki konsekuensi di sisi Allah dan sesama. Saat kita berkata baik, pengaruhnya bukan hanya untuk kita saja, tetapi juga orang yang menjadi kawan bicara, bahkan orang lain yang mendengar pembicaraan kita tersebut.
Oleh karena itu, dalam berbicara kita harus menggunakan akal sehat. Hindari asal bicara tanpa manfaat. Jika memang tidak pantas diucapkan atau khawatir menimbulkan mudharat yang besar, diam adalah jalan terbaik. Jangan sampai kita menjadi orang yang bangkrut di akhirat karena ulah lisan yang tidak terkendali.
Dengan penting menjaga amanah berupa lisan ini, maka sudah menjadi kewajiban setiap muslim untuk memfilter semua ucapannya. Jangan sampai perangkat lunak yang tidak bertulang ini menjadi mudharat bagi pemiliknya dan berakibat pada kesengsaraan di dunia dan akhirat.
3. Semangat Menuntut Ilmu
Kebodohan adalah pangkal kehancuran. Betapa banyak orang yang tidak berilmu sehingga apa yang diucapkan pun membawa kehancuran bagi dirinya. Kurangnya ilmu seringkali membuat kita bebas berbicara, bahkan cenderung tanpa kontrol. Tanpa adanya ilmu, kita tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk untuk diucapkan.
Seorang muslim yang berilmu mampu membedakan antara perbuatan baik dan buruk. Dengan iman dan ilmunya, ia berhati-hati dan berusaha menjauhi perbuatan yang dapat menjerumuskannya ke neraka, seperti dengan menjaga lisannya. Sebaliknya, semakin tinggi ikhtiarnya menuntut ilmu, semakin besar pula harapannya untuk masuk surga.
Menuntut ilmu tidak mengenal jender, laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama. Tidak pula terbatas pada umur, kapan pun ada kesempatan, kita wajib menuntut ilmu. Menuntut ilmu juga tidak terbatas pada ilmu agama saja. Ilmu pengetahuan umum yang bersifat keduniaan pun harus kita kuasai. Menuntut ilmu juga tidak hanya dari bangku sekolah. Belajar di majelis taklim atau mengikuti seminar pun disebut menuntut ilmu. Membaca buku di perpustakaan dan berdiskusi saat belajar kelompok juga dikatakan menuntut ilmu.
Lisan yang Terjaga (4)
KMO CLUB BATCH 50
KELOMPOK 4
DAY 19
480 KATA
Dalam buku yang ditulis oleh Ma’sumatun Ni’mah, dijelaskan bahwa dalam menuntut ilmu terdapat adab-adab yang harus diperhatikan:
· ikhlas,
· memohon pertolongan kepada Allah,
· bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu,
· berhias dengan akhlak mulia,
· bersikap bijaksana (hikmah),
· menghormati ulama,
· mengamalkan ilmu.[1]
Kita harus tulus dalam menuntut ilmu dan memohon kepada Allah agar diberi ilmu yang bermanfaat. Dengan adanya ilmu yang berkah dan bermanfaat, bisa menambah derajat keimanan dan akan membawa kita kepada amal saleh.
Dengan ilmu yang semakin bertambah, kita kita akan memiliki cakrawala ilmu yang luas. Ilmu pengetahuan yang kita miliki tersebut akan mendorong kita untuk menjalani hidup mulia serta memudahkan menggapai kesuksesan serta kebahagiaan dunia akhirat.
1. Bergaul dengan Orang Saleh
Di zaman ini, mencari teman yang baik gampang-gampang susah. Apalagi dengan adanya jaringan internet yang mampu menembus batas negara, kita dapat berteman dengan siapa saja tanpa batas. Meski begitu, kita harus tetap selektif dalam memilih teman. Carilah yang berkepribadian luar biasa, pintar, dan saleh. Jangan sampai pergaulan yang salah membawa kita kepada murka-Nya.
Dalam memilih teman, kita harus memerhatikan sifat dalamnya. Seperti yang terangkum dari buku Kiat Memilih Pergaulan berikut ini:
· Akal
· Akhlak yang baik
· Kesalehan
· Tidak tamak terhadap dunia
· Kejujuran
· Tidak egois
· Bisa menjaga rahasia
· Teman di segala suasana
· Tidak menjerumuskan hal negatif[2]
Alat komunikasi paling utama dalam pergaulan adalah berbicara. Dengan berbicara, kita bisa menyampaikan sesuatu. Sebaliknya, kita juga dapat mengetahui keinginan orang lain. Berbicara bisa mendatangkan banyak orang (teman) dan bisa pula mendatangkan musuh. Maka dari itu, kita harus pandai-pandai menjaga cara berbicara kita dengan baik. Kita selalu diajarkan untuk selalu berbicara sopan supaya tidak berakibat merugikan diri sendiri atau orang lain.
Mulut dapat kita gunakan sebagai nasihat. Hindarilah cara berbicara yang bisa menimbulkan perselisihan karena itu kehendak setan yang ditujukan untuk mengadu domba dan fitnah.
Tiap kata yang terucap dan kalimat yang tertulis, sebisa mungkin menyemangati sesama, menginspirasi berbuat kebaikan, serta mengajak pada peningkatan keimanan dan ketakwaan.
Seringkali saya menjumpai kawan yang kalimatnya suka mengeluh, menebar sedihnya, masalah hidupnya, bahkan masalah keluarganya ke depan publik. Tidak perlulah kita mengumbar kegalauan di depan publik atau sosial media kita. Sebab, kita tidak pernah tahu bagaimana reaksi mereka yang sebenarnya saat membaca keluhan kita. Bisa jadi mereka tidak peduli, bahkan mungkin ada yang merasa bahagia atas penderitaan kita. Oleh karena itu, bicaralah yang baik atau diam. Ini nasihat dahsyat dari Rasul.
Kita sebagai manusia memang makhluk yang tidak sempurna. Setitik celah keburukan pasti akan datang menghinggap pada diri. Salah satunya dengan lisan yang tidak terkontrol. Namun, kita bisa berusaha untuk menghindar dari perbuatan buruk ini dengan hal-hal yang telah dijelaskan di atas. Semoga kita tergolong muslim yang pandai menjaga lisan maupun tulisan.
[1] Ma’sumatun Ni’mah, Semangat Menuntut Ilmu, Cempaka Putih
[2] M. Noor, Kiat Memilih Pergaulan, Loka Aksara, (hlm 36-38)
Menolak Dosa
KMO CLUB BATCH 50
KELOMPOK 4
DAY 20
428 KATA
Siapa yang tidak pernah berdosa dan melakukan kesalahan, baik kesalahan terhadap sesama manusia maupun kepada Allah? Setiap kita pasti memiliki dosa dan banyak cela. Manusia memang terkadang melakukan dosa, baik disengaja maupun tidak. Namun, tidak semua di antara mereka menyadari bahwa mereka telah berbuat dosa.
Ada manusia yang melakukan dosa dan menyadari bahwa berdosa. Ada yang melakukan dosa, tetapi pura-pura tidak mau tahu sehingga tidak menganggap dirinya telah berdosa. Ada yang melakukan dosa, tetapi dirinya benar-benar tidak tahu bahwa apa yang telah dikerjakannya merupakan suatu dosa.
Setiap pengetahuan kita tentang dosa, akan menentukan sikap yang harus dilakukan. Orang yang melakukan dosa dan menyadari dirinya berdosa, kemungkinan besar dirinya akan bertaubat. Orang yang berbuat dosa dan dia sadar bahwa dirinya berdosa, tetapi pura-pura tidak tahu dan merasa benar, kemungkinan dirinya akan menjadi pendosa yang melampaui batas. Sedangkan orang yang melakukan dosa, tetapi dia tidak menyadarinya dan tidak berusaha untuk belajar, yang pasti dia akan celaka.
Dosa itu ibarat sebuah batu, dimana akan mengalami proses pengendapan. Bermula dari satu kekhilafan kecil yang mengendap dan disusul oleh kekhilafan lainnya. Terus dan terus mengendap hingga membentuk sebuah dosa yang besar.
Gumpalan-gumpalan dosa yang meronta kemudian bertaut menjadi satu dan mengalami proses pembekuan. Tahap ini dapat dianalogikan dengan sebuah batu yang sudah berhasil mengeras. Jika seseorang tidak punya cukup amal untuk mengikisnya, maka akan diadakan sebuah proses pengguguran dosa secara gratis, yaitu ujian.
Perbuatan dosa berpotensi dilakukan setiap orang, tidak mengenal waktu, usia, dan siapa dia. Dalam sehari saja, pasti kita banyak melakukan kesalahan, baik terhadap sesama makhluk hidup maupun terhadap Allah, baik sengaja atau tidak. Dosa yang dipetik membuat manusia mencium ganasnya neraka yang amat pedih.
Anehnya, ada orang yang bangga dengan dosanya. Ini bisa termasuk tipe kedua atau ketiga yang saya jelaskan di atas. Mereka tidak merasa malu melakukan perbuatan yang dilarang Allah. Saat mampu minum khamr berbotol-botol, ia bercerita, ‘Mana ada yang mampu minum 5 botol dalam waktu satu jam kalau bukan saya?’ Di lain waktu bercerita, ‘Rezeki anak saleh,’ sambil menunjukkan uang kemenangan dan kertas struk hasil togel.
Dosa adalah aib. Seharusnya kita malu jika mengumbar aib diri sendiri. Bahkan sekarang kita mudah menyaksikan banyaknya wanita dengan penampilan vulgar di media elektronik dan tidak merasa risih menunjukkan seksualitas kepada siapa saja yang menontonnya.
Rasulullah mengingatkan, “Setiap umatku dimaafkan, kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah seorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari, kemudian di pagi harinya ia berkata, ‘Wahai fulan, kemarin saya telah melakukan ini dan itu,’ padahal Allah telah menutupnya dan di pagi harinya, ia membuka tutupan Allah atas dirinya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Menolak Dosa (2)
KMO CLUB BATCH 50
KELOMPOK 4
DAY 21
433 KATA
Sebagai makhluk yang tidak lepas dari dosa, kita perlu mengelola kesalahan tersebut menjadi energi positif yang membawa perbaikan diri, bukan dengan mengumbar sana-sini. Sebab, membuka dosa-dosa sendiri termasuk perbuatan yang mengundang murka Allah.
Selama jantung berdetak, selama itu pula Allah membuka pintu maaf-Nya. Tergantung kemauan kita untuk menghampiri pintu keampunannya dengan kerelaan hati. Namun, di satu sisi kita wajib menjaga lisan untuk tidak mengumbar kemaksiatan yang telah dilakukan kepada khalayak sekadar untuk pamer apalagi berbangga-bangga.
Terkadang, ada dosa yang tanpa disadari bahkan mungkin kita anggap sepele dan tidak berdosa jika sesuatu itu dilakukan. Seperti dosa masa lalu saat kita ketika masih kanak-kanak. Coba sejenak kembali ke masa lalu, adakah dosa yang kita anggap sepele yang telah kita lakukan? Atau mungkin kalian tidak menemukan satu kesalahan yang pernah dilakukan?
Mungkin saja dahulu kita pernah mencuri buah jambu yang siap makan di pelataran rumah tetangga saat kita pulang sekolah. Tanpa merasa bersalah, kita ambil satu, dua, atau beberapa buah tanpa izin terlebih dahulu. Lalu kita makan sambil berjalan menuju rumah.
Mungkin juga saat pergi atau pulang sekolah dengan berjalan kaki, kita harus melewati sekelompok angsa di pinggir jalan. Karena rasa takut, akhirnya kita lempari angsa-angsa tersebut dengan bebatuan supaya mereka pergi dan kita bisa melanjutkan perjalanan tanpa harus dikejar unggas tersebut.
Bagi yang pernah memiliki pengalaman seperti ini di masa kanak-kanak, apakah kini sadar bahwa kalian telah melakukan dosa? Hal-hal kecil seperti ini terkadang kita abaikan dan menganggapnya bukan suatu kesalahan. Perilaku seperti ini yang mudah terjerembab menjadi gumpalan dosa yang mungkin saja tanpa kita sadari.
Astaghfirullahaladzim. Sudah sepatutnya kita meminta maaf atas kesalahan yang telah kita perbuat sehingga membuat kehidupan menjadi lapang dan aman. Setelah itu kita wajib memohon ampun kepada Allah Sang Pemilik nyawa karena manusia yang hidup tidak pernah luput dari kesalahan.
Tidak ada dosa yang hancur kala kita hidup, tetapi dosa itu bertambah seiring bertambahnya usia kita. Namun, kita bisa mencoba agar kesalahan demi kesalahan yang telah kita buat bisa terhapus serta terganti sehingga kelak menjadi amalan yang indah.
Oleh karena itu, kita perlu memperluas ilmu tentang agama. Orang yang memiliki ilmu akan mudah membedakan mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk. Mereka juga akan mudah mengendalikan nafsu atau perbuatan yang akan menjerumuskannya ke dalam kubangan dosa.
Mulailah saat ini, kita memohon ampun kepada Allah atas semua perbuatan yang telah kita lakukan. Jangan pernah merasa malu untuk bertaubat dari keburukan masa lalu kita. Dia yang paling senang jika kita berkeluh kesah kepada-Nya dan mau menerima kesalahan kita dibanding sesama manusia yang belum tentu mau menerima kesalahan kita.
Andai dosa kita seluas samudera dan setinggi langit, ampunan Allah jauh lebih agung.
Tidak Mampu Membersamainya
KMO CLUB BATCH 50
KELOMPOK 4 (HEADLINERS)
DAY 22
501 KATA
Sebagai orang tua, khususnya ibu, membersamai anak merupakan hal yang paling diidam-idamkan. Terlebih bila anak masih dalam fase golden age. Kebersamaan di seluruh waktunya untuk menemani dan mendidik buah hati yang memang merupakan tanggung jawab sebagai orang tua dan akan dipertanggungjawabkan atas apa yang menjadi amanahnya ini di akhirat nanti.
Allah telah mempersiapkan para ibu dengan berbagai macam potensi perasaan agar bisa memberikan pengayoman dan berkorban untuk anak-anaknya. Rasa kasih sayang seorang ibu mampu mengorbankan waktu istirahat dan tidurnya hanya untuk menjaga anaknya.
Seorang ibu yang terkadang dituntut oleh diri sendiri untuk sempurna. Namun, bagaimana jika seorang ibu harus bekerja? Suami-istri bekerja bukan suatu hal yang aneh di zaman sekarang. Lain halnya dulu, suami yang lazim mencari nafkah, sedangkan para istri hanya menunggu di rumah sembari mengurus anak dan pekerjaan rumah lainnya.
Oleh karena itu, bagi seorang ibu yang bekerja di luar rumah, mereka merasa tidak dapat menjalankan kodratnya sebagai ibu yang baik bagi anak-anaknya. Terkadang rasa bersalah menyelimuti yang tidak jarang mengakibatkan setres.
Untuk seorang ibu yang bekerja di luar rumah, meluangkan waktu dengan anak kadang menjadi suatu hal yang istimewa. Biasanya malam hari menjelang tidurlah waktu yang tepat untuk mengobati rasa bersalah kita terhadap mereka. Kita bisa bercerita dan saling curhat beberapa menit sebelum mereka memejamkan mata.
Kita bisa sambil duduk atau berbaring sembari membelai rambutnya dan mengobrol tentang apa saja. Dengan begitu, kemungkinan mereka akan mengungkapkan segala hal yang belum pernah mereka ungkapkan sebelumnya. Dengarkan dan berikan ruang untuk mereka bercerita tentang segala yang terlontar tanpa banyak menyela. Lalu tanggapi dengan ekspresi yang begitu antusias. Lalu akhiri dengan sebuah kecupan di kening atau pipi dan doa bersama.
Orang tua yang tinggal di rumah sungguh beruntung karena dia mempunyai banyak waktu untuk bersama anak-anak dan itu dapat membangun ikatan yang kuat dengan mereka. Sementara bagi pasangan orang tua bekerja, memiliki waktu luang sedikit itu sangat bermanfaat untuk memaksimalkan terbatasnya kebersamaan.
Setiap anak pasti mengharapkan agar orang tuanya memprioritaskan mereka. Terlebih jika anak sudah memasuki usia balita, hatinya mudah peka terhadap situasi dalam rumahnya; apa yang terjadi dengan orang tuanya dan dapat merasakan saat orang tuanya tidak begitu peduli terhadap mereka. Terkadang, anak turut merasakan tekanan akibat pekerjaan orang tuanya. Terlebih sang ayah yang di pundaknya banyak sekali tanggung jawab pekerjaan yang harus diselesaikan.
Ada seorang penyair ternama Hafiz Ibrahim mengungkapkan sebagai berikut: “Al-Ummu madrasatul ula, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq.” Artinya: Ibu adalah madrasah (sekolah) pertama bagi anaknya. Jika engkau persiapkan ia dengan baik, maka sama halnya engkau persiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya.
Jelaslah dari syair tersebut bahwa ibu adalah madrasah pertama yang nantinya akan memberikan keteladanan bagi sikap, perilaku, dan kepribadian anak. Jika seorang ibu itu baik, maka baik pula anaknya. Secara tidak langsung semua tindak tanduk ibu akan menjadi panutan atau sebagai suri tauladan bagi anaknya. Ketika seorang ibu menjalankan kewajiban dan fungsinya dengan baik dalam rumah tangga, bukan tidak mungkin akan melahirkan anak-anak yang saleh salihah yang kelak menjadi tunas berdirinya masyarakat yang berbakti kepada kedua orang tua, berkualitas, berbudi pekerti luhur, dan Islami.
Tidak Mampu Membersamainya (2)
KMO CLUB BATCH 50
KELOMPOK 4
DAY 23
555 KATA
Menjadi seorang ibu adalah salah satu nikmat luar biasa yang Allah berikan, karena tidak semua wanita diberikan kesempatan menjadi seorang ibu, bahkan di dalam Islam seorang ibu mempunyai kedudukan yang sangat mulia dan juga mempunyai keutamaan, di antaranya: (by Redaksi Dalamislam)
· Mulia di mata Allah
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa.” (QS. Al-Ahqaaf : 15)
· Sosok yang kuat
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman: 14)
· Wajib dihormati.
Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!, Ibumu!, Ibumu!, Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari : 5971)
Dari hadis Rasulullah tersebut bermakna bahwa ibu adalah seorang yang wajib dihormati bahkan disebut hingga tiga kali baru menyebut ayah. Hal ini bukan dimaksud untuk membedakan kasih sayang kepada ibu dan ayah, tetapi lebih kepada keutamaan menjadi ibu dalam islam yaitu seorang yang paling berjasa karena telah melahirkan ke dunia ini dan telah melakukan amalan ibu hamil menurut Islam agar anaknya lahir dengan selamat.
· Haram untuk disakiti.
“Sesungguhnya Allah mengharamkan kalian berbuat durhaka kepada ibu-ibu kalian.” (Hadis shahih riwayat Bukhari, no. 1407)
Tidak diperkenankan berbuat durhaka kepada ibu, sebab ibu adalah seseorang yang telah banyak berkorban mulai dari mengandung, melahirkan, hingga senantiasa mencurahkan kasih sayangnya semasa mendidik dan mengurus sampai anak tersebut menjadi dewasa serta melakukan tugas ibu rumah tangga dalam Islam dengan penuh keikhlasan.
· Wajib untuk dibahagiakan.
“Seseorang datang kepada Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Aku akan berbai’at kepadamu untuk berhijrah, dan aku tinggalkan kedua orang tuaku dalam keadaan menangis.” Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kembalilah kepada kedua orang tuamu dan buatlah keduanya tertawa sebagaimana engkau telah membuat keduanya menangis.” (Shahih : HR. Abu Dawud no. 2528)
Dari hadis tersebut bahwa membuat ibu bahagia lebih baik dari hal apa pun, dalam melakukan urusan apa pun wajib meminta restu terhadap ibu terlebih dahulu atau setidaknya memohon doa kebaikan darinya agar urusan tersebut berjalan dengan penuh berkah serta terhindar dari azab anak durhaka kepada ibunya.
· Ridhanya adalah ridha Allah
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata, “Ridha Allah tergantung ridha orang tua dan murka Allah tergantung murka orang tua.“ (Adabul Mufrod no. 2)
Allah memberi ridha terhadap suatu urusan jika ibunya memberi ridha pula akan hal tersebut, karena itu restu dari seorang ibu tidak boleh diremehkan.
· Doanya mustajab
Ada tiga doa yang dikabulkan oleh Allah subhanahu wa taala yang tidak diragukan tentang doa ini: (1) doa kedua orang tua terhadap anaknya, …” (Hasan : HR. Al-Bukhari). Mohonlah doa kepada ibu di setiap urusan sebab doa ibu adaah doa yang mustajab, dalam urusan apapun sebaiknya selalu mengungkapkan pada beliau agar beliau turut mendoakan.
· Banyak jalan pahala
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya.” (QS. Al Baqarah : 233)
Tidak Mampu Membersamainya (3)
KMO CLUB BATCH 50
KELOMPOK 4 (HEADLINERS)
DAY 24
490 KATA
Keutamaan menjadi ibu dalam Islam akan mendapat pahala bahkan ketika menyusui dan mengurus anaknya.
· Tidak boleh mendapat perlakuan kasar
“Hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al Isra: 23).
· Teladan yang mulia
“Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam : 32)
Ibu adalah sosok yang teladan, ibu yang salehah tentu tidak akan mengajarkan keburukan pada anaknya dan selalu mengajarkan nilai-nilai kebaikan seperti menjauhi sifat sombong seperti Maryam kepada anaknya Nabi Isa.
· Pembentuk Generasi Cemerlang
Dengan adanya ibu yang salehah dan cerdas akan terbentuk generasi yang cerdas pula dimana memang dalam keseharian sejak kecil anak selalu bersama ibu, apa yang diajarkan ibu sejak kecil dan kebiasaan apa saja yang ditanamkan, hal itulah yang akan menjadi ingatannya hingga ia dewasa. Sehingga harus mengajarkan kebaikan pada anak.
· Sosok penuh kasih sayang
Keutamaan menjadi ibu dalam Islam ialah diberi keistimewaan oleh Allah untuk memiliki rasa kasih sayang yang lebih. Ibu tentu selalu mau berkorban untuk anak yang disayanginya hingga mengorbankan dirinya sendiri, seperti ibu rela lelah agar anaknya bisa digendong dan tidak kelelahan, terkadang ibu pun rela tidak makan asal anaknya mendapat makanan.
· Terdekat dengan buah hati
Karena berada bersama sejak masa kecil, umumnya ibu menjadi sosok yang paling dekat dengan anaknya.
Hal ini kadang menjadikan sebuah ikatan batin atau firasat yang tepat satu sama lain, ketika terjadi sesuatu dengan ibu umumnya akan memilikii firasat dalam hatinya, begitu juga sebaliknya ketika terjadi sesuatu dengan ibunya sang anak pun merasa ada yang mengganjal.
· Penerus keturunan
Jelas bahwa seorang wanitalah yang mengandung dan melanjutkan keturunan, memang baik laki-laki atau pun wanita berperan dalam hal ini karena manusia tidak mungkin bisa berkembang biak sendiri, tetapi sebagian besar yang memelihara dan merawat hingga dewasa adalah seorang ibu yang selalu berada di sisi anaknya dan mendampingi anaknya dalam keadaan apa pun.
· Memiliki segala jenis ilmu
Ibu tentu memiliki ilmu segalanya, ilmu memasak, pelajaran, tentang rumah, tentang psikologi anak, hingga ilmu tentang keuangan. Keutamaan menjadi ibu dalam Islam akan mengajarkan banyak hal dan menjadi jalan untuk seorang wanita mampu menuntut ilmu sebanyak dan seluas luasnya sehingga nantinya mampu menjadi jalan kebaikan pula untuk anaknya.
· Jalan menuju surga
Seorang ibu banyak mendapat jalan surga dari Allah, jika selama mengandung, melahirkan, hingga mengurus anak dilakukannya penuh cinta dan semata karena Allah dengan menerima keseluruhan kodratnya sebagai wanita. Hal tersebut akan menjadi jalan surga baginya karena ia harus melewati banyak rintangan yang menguji kesabaraannya.
· Pendidik yang terbaik
Keutamaan menjadi ibu dalam Islam ialah mampu menjadi pendidik yang terbaik. Ibu yang saleh dan cerdas akan menanamkan berbagai ilmu kebaikan untuk anaknya sejak kecil sehingga anaknya pun tumbuh menjadi seseorang yang cerdas dan hebat. Ibu selalu berjuang apa pun keadaan dirinya untuk bisa memberikan yang terbaik untuk anaknya.[1]
?Tidak Mampu Membersamainya (4)
KMO CLUB BATCH 50
KELOMPOK 4
DAY 25
696 KATA
Peran seorang ibu memang lebih dominan dalam mendidik anak-anak, hal ini disebabkan karena keberadaan ibu yang lebih sering di rumah dan lebih sering berinterkasi dengan anak-anaknya. Rasa kasih sayangnya yang besar menciptakan ikatan batin yang baik antara ibu dan anak. Allah memberikan kepada seorang ibu perasaan yang lembut, berbeda dengan sifat yang Allah berikan kepada laki-laki. Seorang ibu merupakan motivator terkuat untuk tumbuh kembang anak-anaknya.
Tidak ada hal yang sempurna di dunia ini. Demikian pula dengan pengasuhan yang kita lakukan pada anak. Setiap cara akan selalu ada kekuatan dan kelemahannya masing-masing.
Saya sering memikirkan bagaimana perkembangan buah hati. Namun, segalanya membuat bangga dan bernapas lega, meskipun ada beberapa yang membuat saya mengeluh dan berkecil hati. Ketika saya renungkan, ini semua tidak lepas dari apa yang saya dan ayahnya ajarkan. Kami kondisikan, baik secara langsung maupun tidak. Sebab, kami berdua termasuk orang tua bekerja yang tidak selalu 24 jam membersamainya.
Ketika ia menunjukkan prestasi akademik yang cukup baik di sekolahnya, saya mensyukuri itu sebagai sebagian rezeki Allah atas usaha yang saya lakukan dalam mendampingi belajarnya meskipun tidak begitu maksimal membersamainya.
Namun, kala harapan yang tergenggam hati menjadi kenyataan, maka yang ada kidung cinta dan senandung kebahagiaan. Seorang ayah atau ibu yang sudah cukup lama tidak bertemu dengan si buah hati, menjadikannya mampu melakukan apa saja untuk kebahagiaan anaknya. Untuk menebus waktu yang selama berpisah itu, kami pun berusaha memberikan yang terbaik.
Setelah menjalani kehidupan beberapa bulan yang terpisah dengan sang buah hati, saya belajar bahwa hidup memiliki warna-warna yang senantiasa mengajarkan banyak hal pada yang setiap berpikir. Penderitaan mengajarkan untuk bersabar. Bahagia mengajarkan untuk bersyukur. Segala sesuatu selalu memberikan pelajaran pada setiap diri untuk bisa bijak dalam melihat kehidupan ini.
Terkadang, kita melihat kenyataan hidup tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Maka yang perlu kita lakukan adalah meneguhkan hati untuk dapat menatap apa yang terpajang dan Allah takdirkan untuk kita. Bukan karena pasrah dan tidak ingin berikhtiar, tetapi karena mencoba untuk menerima dengan ikhlas, saat hidup tidak sesuai dengan keinginan kita.
Kini, saat saya dan buah hati sudah berkumpul, inilah nikmat terbesar yang saya rasakan, dapat memeluknya setiap saat, serta mencurahkan kasih sayang untuknya. Di sinilah peran saya sesungguhnya, untuk menjalankan amanah sebagai orang tua dengan harapan anak tumbuh sesuai yang kita harapkan.
Hati adalah tempat berjuta perasaan, di dalamnya mengalun kerinduan dan melodi cinta, bisa juga berkalung berjuta nestapa. Karena terkadang manusia lebih meninggikan kebencian dan kemarahan dibandingkan menyenandungkan cinta yang mampu meneduhkan Sang Pemilik hati. Manusia yang bertahtakan cinta di dalam hatinya, seharusnya mensyukuri anugerah Allah, walaupun cinta terkadang tidak membawa pada kebahagiaan. Namun, cinta pada dasarnya adalah sumber ketenangan untuk jiwa manusia yang merindukan kedamaian.
Lima tahun lamanya, hati berkabut kesunyian dan berselimut kerinduan. Setiap diri, pasti merindukan cinta yang datang bersama sejuta bahagia untuk menyambut asa yang di genggam sang jiwa. Tanpa terkecuali saya, sebagai seorang ibu, impian terbesar saat itu adalah dapat berkumpul bersama sang buah hati, untuk menyalurkan kerinduan dan mengalirkan berjuta cinta untuk sang buah hati tercinta.
Jangan ditanya tentang perasaan rindu, karena hal itu tidak membutuhkan jawaban. Ibu mana yang tidak rindu saat harus jauh terpisah dari sang buah hati? Jangan dianggap juga sebagai seorang ibu yang tidak punya perasaan, karena kamu tidak akan pernah tahu apa yang sebenernya dirasakan saat memutuskan untuk meninggalkan anaknya. Bagi seorang ibu, anak merupakan harta terbesar yang dimilikki dalam kehidupannya.
Secara fitrah, hubungan seorang ibu dengan anaknya pun sangatlah erat. Bahkan terkadang ada kontak batin seperti ketika seorang ibu merasakan hatinya gelisah atau berbagai perasaan yang membuat suasana hatinya tidak nyaman, tatkala anaknya yang tidak di dekatnya tengah sakit. Sebab, sesungguhnya Allah memberi kelembutan hati dan rasa cinta mendalam seorang ibu kepada anaknya. Perasaan keibuannya akan gembira ketika melihat anaknya hidup bahagia dan sabar dalam menghadapi cobaan hidup dan juga seorang ibu akan menderita tatkala ia dijauhkan dari anaknya.
Kehadirannya, merupakan mata air yang mengalirkan kehangatan dan ketenangan jiwa kami, sumber kebahagiaan bagi kami selaku orang tuanya.
Saya menyadari, dibalik itu juga ada amanah dan tanggung jawab besar yang harus kami tunaikan. Memenuhi kebutuhan anak, bukan hanya materi, tetapi juga membentuk akhlak dan kepribadiannya, dengan harapan anak kami memiliki pribadi yang baik dan menjadi penyejuk hati bagi kami selaku orang tuanya.
Berlian dalam Diri
KMO CLUB BATCH 50
KELOMPOK 4
DAY 26
602 KATA
“Anda memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Demikian halnya dengan orang lain. Beginilah hidup ini telah diatur. Kita sama-sama memiliki beban ataupun kesenangan yang berbeda, dan dari sinilah kita bisa belajar dan berkembang. Ketika ita bisa menerima kenyataan bahwa hidup ini memang tidak adil, barulah kita bisa melangkah ke arah yang lebih besar.” (Ralp Marstone)
Setiap makhluk yang ada di bumi ini diciptakan oleh Allah dengan maksud yang sudah digariskan. Tidak ada satu pun makhluk yang tidak berguna di mata Allah. Hanya makhluk itu saja yang membuatnya berbeda. Demikian halnya manusia.
Ada manusia yang diciptakan mendekati sempurna, tubuh indah, wajah rupawan, dan intelektualitas yang tinggi. Ada pula manusia yang jauh dari sempurna. Anggota tubuh yang tidak lengkap sedari lahir atau pun karena kecelakaan tragis yang dialaminya. Ada juga manusia yang dianugerahi keberkahan oleh Allah, justru tidak mau berbuat banyak kepada orang-orang di sekitarnya. Ada manusia yang tidak diberikan rezeki berlimpah, tetapi mau dan berbagi pada orang lain. Ada pula karena kesederhanaan dan kemiskinan malah menjadikan mereka mampu menghidupi orang banyak di masa depan. Sikap tekun, pantang menyerah, kerja keras, dan percaya pada kemampuan diri menjadi modal utama mereka meraih prestasi tinggi dan berarti di masyarakat.
Pada hakikatnya, manusia diciptakan sebagai makhluk sempurna. Segala potensi yang kita miliki dapat membawa kemuliaan serta mampu menjalankan amanah. Terkadang anugerah sebagai manusia inilah yang sering kali dilupakan. Kita sibuk membandingkan diri dengan kelebihan orang lain, merasa menjadi orang yang tidak beruntung. Padahal, setiap insan memiliki kelibihannya masing-masing, dan setiap kelebihan akan selalu ada kelemahannya. Oleh sebab itu, tinggal bagaimana kita menyikapi, menggali, dan mengasahnya.
Potensi kita sebagai manusia sangatlah besar. Namun, terkadang kita tidak menyadarinya. Padahal, sistem tubuh kita tercipta sangat sempurna dengan level ketelitian yang akurat. Mereka tidak pernah lelah bekerja untuk hidup kita.
Ini yang ingin saya tekankan seperti yang telah tertulis dalam buku Seni Memaknai Hidup karya saya. Sekali lagi, kita wajib bersyukur atas kebaikan-Nya yang telah memberikan bentuk fisik serta organ yang sempurna dan mampu berfungsi dengan baik. Jadi, dengan kesempurnaan inilah seharusnya kita menggali potensi. Bukan malah sebaliknya menjadi pasrah dan lelah dalam berkarya.
Coba kita perhatikan mereka yang memiliki keterbatasan fisik, apa yang kamu pikirkan jika melihat orang yang memiliki keterbatasan fisik dan kemampuan finansial dapat melakukan hal yang kamu sendiri tidak dapat melakukannya? HEBAT. Kamu mungkin terheran-heran berdecak kagum melihat orang tersebut. Bagaimana bisa? Mereka tetap semangat menjalani hidup dengan ikhlas dan tidak menghakimi Allah. Bahkan mereka yang berkebutuhan khusus pun tidak pernah merasa bahwa Allah tidak adil. Justru dengan keterbatasannya mereka berjuang menemukan berlian yang memang sudah Allah berikan secara gratis kepada setiap ciptaan-Nya. Akhirnya, mereka mampu menciptakan karya.
Ada seorang teman dari Singapura, dia memiliki keterbatasan fisik sejak lahir. Tangan dan kakinya tidak dapat berfungsi dengan normal. Kesehariannya hanya bisa berbaring duduk di kursi roda yang didorong-dorong oleh pengasuhnya. Meski begitu, tidak menghalangi segala aktivitasnya.
Dia merupakan gadis yang cerdas, pandai berbahasa Jawa meskipun dirinya merupakan Chinese Singaporean. Ilmu matematikanya pun seolah semua rumus telah dilahapnya. Dia begitu cepat menemukan jawaban ketika harus berhitung. Bahkan dengan keterbatasan fisiknya, dia mampu mengharumkan nama bangsanya (Singapura). Ya, dia merupakan seorang atlet internasional. Dia pernah dua kali mengikuti kompetisi bola di luar negeri. Yang membuat saya takjub, dia melakukan kompetisi bola tersebut hanya dengan mulutnya dan cukup berdiam diri di kursi roda. Masyaallah.
Bagaimana reaksi kita sebagai makhluk yang Allah ciptakan sempurna melihat karya-karya dan keberhasilan mereka? Mungkin, baru melihat satu karya mereka saja kita sudah merasa minder dan kalah darinya. Sesungguhnya, kita memang kalah segalanya dari mereka. Mereka mampu berdiri tegak dengan hasil karyanya, bahkan mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah dari kerja kerasnya sendiri. Apakah kita tidak malu?
Berlian dalam Diri (2)
KMO CLUB BATCH 50
KELOMPOK 4
DAY 27
519 KATA
Tahukah siapa penemu huruf Braille yang biasanya digunakan oleh para tunanetra? Beliau adalah Louis Braille, seorang lelaki tunanetra dan miskin yang tidak pernah menyalahkan keadaan. Dia memutuskan untuk melakukan perubahan yang dapat memperbaiki kualitas hidupnya. Dia mampu menemukan metode Braille yang bermanfaat bagi jutaan orang yang tidak bisa melihat. Seorang yang cacat akhirnya mampu berkontribusi untuk umat manusia.
Seharusnya kita bisa berkarya lebih banyak dari mereka. Namun, kita hanya terlihat kuat dan sempurna secara fisik, tetapi sejatinya kita lemah. Inilah bukti bahwa Allah begitu adil dengan setiap penciptaan-Nya.
Tanpa kita sadari, Allah telah menyelipkan berlian dalam diri kita. Hanya saja, kita masih belum menyadari dan menemukannya. Memahami kelebihan dan potensi diri akan menjembatani setiap orang untuk menggapai masa depan yang lebih baik. Jadi, temukanlah potensi dan passion-mu, lalu bergabunglah dengan komunitas yang sesuai dengan bakatmu itu. Dengan begitu, kamu bisa mengembangkan apa yang menjadi passion dan kamu pun disebut penuntut ilmu. Sehingga apa yang kamu lakukan itu bisa bernilai ibadah.
Jika kita bergabung dengan komunitas yang tidak sesuai dengan passion, kemungkinan besar tidak akan menghasilkan sebuah karya yang mana itu akan menjadi kebanggaan kita dan keluarga. Jadi temukanlah berlian yang sekarang masih terpendam dalam diri. Asah itu dengan sekuat tenaga. Lalu jadilah bersinar yang mampu menyinari banyak orang.
Berikut kelebihan-kelebihan yang tercipta untuk manusia:
· Selain diciptakan dengan kesempurnaan struktur jasmani, manusia juga merupakan makhluk yang memiliki kecerdasan intelektual dan emosional yang tinggi. Kita menyebutnya dengan istilah IQ (Intelligence Quotient) dan EQ (Emotional Quotient). Keduanya saling melengkapi bagi manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya melalui proses berpikir dan belajar tanpa henti.
· Manusia secara fitrah diberi kesadaran untuk mengaui eksistensi Sang Pencipta. Ada Dzat Agung yang keagungan-Nya meliputi segala sesuatu.
· Manusia memiliki fitrah untuk hidup berakhlak yang secara otomatis bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, yang pantas dilakukan dan yang buruk ditinggalkan. Kita juga bisa memilih hal-hal yang sesuai dengan akhlak mulia atau hal-hal yang dimurkai-Nya. Dia telah membimbing kita dengan cara mengirimkan ilham ketakwaan dan kejahatan.
· Manusia mendapat kemudahan dalam memahami wahyu Allah.[1]
Kemauan yang kuat bisa mengalahkan kendala dan rintangan. Kita harus mempunyai semangat baja sekalipun kita memiliki keterbatasan fisik. Bila kita tidak memiliki kekurangan fisik, kita harus lebih terdorong lagi untuk membuat karya nyata, dan tentunya sesuatu yang positif.
Dalam realita kehidupan, ada banyak orang sering menyebutkan bahwa mereka secara fisik memang tidak terkendala, tetapi ada halangan lain yang sering dijadikan alasan untuk bisa berkarya dan berprestasi, antara lain:
a. Merasa tidak cerdas
b. Terlalu sibuk atau tidak mempunyai banyak waktu
c. Merasa tidak berbakat seperti orang lain
d. Lingkungan keluarga, rumah, atau masyarakat tidak mendukung dan memungkinkan untuk berprestasi
e. Tidak memiliki cukup modal
f. Dan seribu alasan lainnya.
Apabila kita cenderung berdalih dan mengucapkan beberapa alasan itu, ingatlah bahwa pecundang akan selalu menonjolkan alasan untuk selalu berada pada zona nyaman. Namun, pemenang akan tetap semangat untuk mencapai hal-hal yang lebih baik, tanpa terhalangi oleh berbagai kendala.
[1] Irja Nasrullah, Aku Tak Sempurna, hlm: 67-69
Hari Ini Lebih Baik dari Kemarin
KMO CLUB BATCH 50
KELOMPOK 4
DAY 28
429 KATA
"Dunia ini hanya memiliki tiga hari: Hari kemarin, ia telah pergi bersama dengan semua yang menyertainya. Hari esok, kamu mungkin tidak akan pernah menemuinya. Hari ini, itulah yang kamu miliki, maka beramallah di hari ini." (Hasal Al-Bashri)
Kalimat yang sudah jelas maknanya. Seperti yang kita ketahui bahwa kemarin adalah sejarah, besok adalah misteri, sedangkan hari ini adalah anugerah. Pergunakan waktu pada hari ini dengan sebaik mungkin dan janganlah disia-siakan.
Pembaca sekalian yang dirahmati Allah. Bagi yang telah membaca buku The Perfect of Imperfections sampai sejauh ini, mudah-mudahan dapat mengambil hikmah dari setiap kejadian yang saya tulis. Saya yang diberi kesempatan oleh Allah untuk menulis sampai sejauh ini pun setelah membaca ulang buku ini, merasa malu karena kadang saya tidak sebaik yang saya tulis.
Untuk berhijrah cenderung mudah. Yang sulit adalah beristikamah di dalam hijrah. Oleh karena itu, saya meminta ridha dan doa dari pembaca sekalian agar saya mampu istikamah mengerjakan apa yang saya tulis.
****
Waktu terus berlalu. Bahkan satu detik berlalu pun disebut masa lalu. Kita tidak akan bisa mengulang kembali apa yang telah berlalu. Pengalaman terindah yang ingin terulang kembali pun jika bisa mengulangnya, itu tidak akan pernah sama dengan sebelumnya. Begitu juga pengalaman pahit yang pernah kita rasakan, akan menjadi masa lalu yang (mungkin) kita menyadari untuk menghindari agar tidak terulang kembali.
Apalagi kenangan buruk yang mana kita telah berbuat kesalahan, bahkan kesalahan tersebut merupakan suatu dosa. Lalu, saat ini baru menyadari dan menyesal atas perbuatan bodoh yang telah dilakukan. Kita tidak akan pernah bisa mengulang kembali supaya mengubah peristiwa lalu menjadi peristiwa baik dengan harapan agar menjadi kenangan terindah. Namun, kita bisa memperbaiki sejarah buruk tersebut menjadi peristiwa baik saat ini.
Terimalah masa lalu yang tidak mengenakkan itu tanpa persyaratan sebagai bagian dari peta kehidupan. Yang pernah berduka cita bukan hanya kamu, tetapi semua orang. Tidak pantas kita kesepian dan meratapi nasib. Sebab, kita semua mengalami hal yang sama.
Selama layar sejarah masih berkembang, sepanjang itu pula dinamika mencari bentuk yang belum selesai. Mirip daun kering yang melayang jatuh dan seakan memilih tempat terbaik untuk menjatuhkan diri. Perkembangan ada yang sudah kita perkirakan, banyak pula yang di luar dugaan. Adaptasi satu peristiwa ke peristiwa lainnya merupakan keharusan. Seperti mutiara. Menjadi mutiara memerlukan adaptasi yang cukup panjang dan melelahkan untuk sampai menjadi barang yang bernilai jual mahal. Kita hanya perlu berusaha untuk mewujudkan hari yang lebih baik dari sebelumnya, yaitu dengan proses memperbaiki.
Sebagian rute kehidupan telah kita lalui. Jadikanlah pengalaman sebagai guru terbaik, dengan begitu kita punya kekuatan untuk berhati-hati dan tidak lagi terjebak pada kegagalan yang sama. Tidak lagi terpeleset pada masalah yang sama.
Hari Ini Lebih Baik dari Kemarin (2)
KMO CLUB BATCH 50
KELOMPOK 4
DAY 29
443 KATA
“Memperbaiki” sangat luas cakupannya. Jika dijabarkan, ada banyak hal yang perlu kita perbaiki dalam hidup ini. Bukan hanya diri dan pribadi kita saja yang harus diperbaiki, tetapi ada sekian hal baik itu dari segi waktu, kebendaan, duniawi, fisik, ibadah, dan lain sebagainya. Apa pun itu, kita wajib berusaha menjadikan hari ini lebih baik dari kemarin. Meskipun terkadang Allah mentakdirkan sesuatu di luar rencana kita.
Ingat, kita hanya manusia biasa yang hanya bisa berusaha tanpa mampu mengubah takdir. Manusia sebatas usaha serta memaksimalkan ikhtiar dan doa. Tugas kita hanya menjadikan sesuatu yang ada pada diri kita maupun di sekitar kita menjadi lebih baik dari sebelumnya. Namun, tidak perlu menyaingi siapa pun. Hindari memperbaiki hari ini supaya bisa lebih lebih baik dari seseorang. Perlahan dalam proses perbaikan, tetapi istikamah di dalamnya.
Satu kata kunci utama dalam menikmati proses yakni semua apa yang kita alami akan menjadi amal dan tidaklah proses terjadi kecuali proses pematangan. Langkah keberhargaan diri kita dan kita yakini sedang menaiki anak-anak tangga kesuksesan.
Perhatikan deretan peristiwa demi peristiwa, kejadian yang pernah merugikan dan menguntungkan. Temukan rumusan-rumusan hal-hal antara yang dulu, kini, dan peluang kemungkinan terbaik di masa yang akan datang. Pasti ada petunjuk Allah yang tersirat maupun tersurat. Tinggal kita saja yang menggali dengan kesadaran, keyakinan, kecermatan mata pandang lahir sekaligus intuisi. Terkadang peristiwa sejarah yang sama sering berulang-ulang. Kejadian sama terjadi lagi terjadi lagi.
Pepatah mengatakan bahwa hidup adalah perjuangan. Benar sekali pepatah itu. Hidup memang perjuangan; perjuangan untuk menyelesaikan masalah, perjuangan untuk sesuatu yang ingin diraih, perjuangan mencapai cita-cita, bahkan perjuangan untuk hidup yang lebih baik. Mengambil pelajaran dengan cara tidak terjebak pada lubang yang sama. Tidak membiarkan orang lain juga tercebur dalam lubang yang sama pula.
Masalah itu datang untuk menguji kita. Jika kita tidak berhasil mengatasinya, kita tidak akan naik kelas. Oleh karena itu, kita harus lolos dengan nilai yang memenuhi standar. Caranya dengan menjadikan hari ini lebih baik dari sebelumnya.
Niatkan seluruh laku kehidupan hasilnya di tangan Allah. Sebelum mengerjakan sesuatu, mantapkan dalam hati bahwa apa pun kelak capaian akhir adalah yang terbaik dari-Nya. Tanpa kemantapan niat bertawakal, seringkali manusia mendadak kaget yang dalam tanda kutip negatif. Seringkali frustasi dan depresi dalam mengejar prestise dan prestasi. Kuatkan niat dan bertawakal ketika sedang menjalani proses ikhtiar.
"Jika engkau berdoa hanya saat bersedih, Tuhan akan meringankan kesedihanmu. Terimalah bahwa saat engkau bersedih dan berdoa, Tuhan lebih memperhatikan doamu daripada kesedihanmu. Sebab, jika hatimu ikhlas sesungguhnya kesedihanmu adalah petunjuk jalan menuju perbaikan diri yang akan memantaskanmu bagi kebahagiaan. Dan karena mungkin engkau sering lupa berterima kasih saat engkau diselamatkan atau diuntungkan, Tuhan yang merindukan kedekatan denganmu mengundangmu untuk mendekatkan diri kepada-Nya dengan membuat hatimu bersedih dan membutuhkan penyelamatan." (Mario Teguh)
Merangkai Cermin yang Retak
KMO CLUB BATCH 50
KELOMPOK 4
DAY 30
469 KATA
Setiap manusia pasti pernah merasakan yang namanya galau, karena ia selalu ada dan menyertai kehidupan manusia. Namun, perlu kita ketahui bahwa jika kita terlalu banyak galau, itu pertanda kita punya masalah. Entah suatu keinginan yang tidak tercapai atau rasa sakit di hati akibat perbuatan orang lain terhadapnya. Jika seseorang galau akibat masalah, itu hal yang wajar. Meskipun wajar, tidak perlu larut dalam kegalauan, karena setiap masalah selalu ada solusi. Namun, jika galau karena penuh keinginan yang tidak tercapai, itu artinya dia terlalu penuh nafsu.
Galau adalah hal yang wajar dan itu menunjukkan bahwa manusia memiliki kehidupan yang normal. Namun, jika kita terlalu banyak keinginan dan keinginan tersebut merupakan suatu yang mustahil, galau rangkap akan menjadi akhirnya jika keinginan tersebut tidak terwujud.
Hendaklah kita mengerem keinginan yang berasal dari tuntutan nafsu yang berlebihan itu. Jangan terlalu terburu-buru ingin mewujudkan segalanya secara cepat dan instant. Fokus saja pada proses dan landai dengan penuh kesabaran serta rasa syukur. Dengan begitu, insyaallah keberhasilan akan diraih.
Terlepas dari galau yang berasal dari diri kita sendiri, tidak jarang kita merasakan hati retak akibat masalah yang berasal dari orang lain. Seseorang yang telah menyakiti kita sehingga hati tidak bisa melupakan ucapan atau perbuatan seseorang tersebut. Sehingga luka terus membekas dan melekat meskipun bisa saja paku yang ditancapkan telah dicabutnya dengan kata maaf.
Kita hidup selalu berdampingan dengan masalah. Ibarat dua sisi mata uang, jika yang sebelah ada makna, sebelah lainnya pun ada. Seperti itu pula masalah. Dia akan selalu membuntuti kita. Namun, masalah tidak seterusnya memusuhi kita. Justru masalah merupakan nasihat bagi kehidupan. Coba perhatikan, jika kita sedang dilanda masalah, secara tidak langsung masalah itulah yang sedang menasihati kita. Jadi jangan pernah menyalahkan masalah, menyalahkan diri sendiri, atau orang lain. Apalagi sampai menyalahkan Sang Pemberi Masalah.
Masalah itu tidak dijemput, ia sering datang tanpa permisi. Namun, kita harus mengantarnya pulang pada tempatnya. Maksudnya, kita harus menyelesaikan masalah tersebut, karena masalah tidak akan hilang dengan sendirinya tanpa campur tangan kita. Kita harus menyelesaikan masalah tersebut pada gerbang penyelesaian. Jika kita berusaha untuk menyelesaikannya, pertolongan Allah akan datang membantu kita, orang-orang yang beriman dan bertakwa. Oleh karena itu, mintalah pertolongan kepada-Nya setiap kali permasalahan datang secara tiba-tiba. Tanpa pertolongan dari Allah, kita tidak akan menyelesaikannya.
Setiap kita terpuruk, pasti ada hikmah yang dapat dipetik dari semua peristiwa pahit itu. Hikmah tersebut berupa pelajaran, pengalaman, dan realitas yang telah terjadi. Setidaknya, hikmah itulah yang bisa kita jadikan sebagai energi dan kekuatan untuk segera move on. Kita perlu merangkai cermin yang retak meskipun kita tahu bahwa itu semua tidak akan sama seperti semula. Namun, setidaknya kita bisa bangkit dari setiap masalah yang menghampiri.
Tidak berlebihan jika kita mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Sebab, setiap pengalaman mengajarkan banyak hal yang bisa kita serap sebagai bekal pengetahuan untuk kita terapkan dalam kehidupan kita setelah hal itu terjadi.